"Apa anda tidak merasa aneh? Apa hanya saya yang merasa jika Nona Adriana tidak sedang berduka?"Reynard melihat sepintas ke arah Serra yang sempat terdengar menggumam sesuatu tentang Adriana. Tapi pria itu tak bertanya lebih lanjut karena melihat Adriana sudah berjalan ke arah mereka."Mari masuk, saya sudah siapkan sambutan untuk anda dan kekasih anda Tuan Reynard!" ujar Adriana segera berjalan mendahului ke dalam rumah. Melihat tanda keunguan yang tercetak jelas diarea leher Serra membuat hati gadis itu meradang. Tapi gadis itu tetap yakin jika cepat atau lambat ia bisa membuat putra sulung Alexander itu bertekuk lutut di bawahnya. Adriana hanya merasa tak ada hal istimewa pada diri Serra.Sedang Serra yang masih berdiri di sisi Reynard berdecih ketika melihat cara berjalan tuan rumah yang terlihat dibuat buat. Adriana seperti sengaja ingin memamerkan pinggul dan bokong besarnya. Wanita itu pasti ingin menarik perhatian pria disampingnya.Ia segera beranjak menuju bagasi mobil tem
"Tuan Muda, ada yang ingin anda tanyakan menyangkut hasil pertemuan tadi?" tanya Bryan pada Giorgio.Pagi ini Bryan menggantikan posisi Reynard sebagai wakil Jayde pada pertemuan para pemegang saham Stockholm. Dan Giorgio ikut dalam acara itu karena hampir seratus persen proyek Stockholm adalah milik Alexander."Berapa hari mereka pergi?" tanya Gio seperti tak peduli dengan apapun hasil pertemuan tadi. Giorgio tahu jika Reynard sengaja membawa Serra pergi agar bisa menguasai wanita itu sendirian. Mungkin saja kakaknya sudah tahu jika ia mulai tertarik pada sosok asisten pribadinya."Maaf saya kurang tahu Tuan, mungkin dalam waktu satu atau dua hari ini." Giorgio mendengus kesal, padahal siang ini ia berencana ingin menjemput Serra untuk makan siang bersama. Sebagai bentuk penyesalannya, sekaligus sebagai bentuk 'pengumunan' perpisahannya dengan Kathleen karena di luar sana masyarakat masih mengetahui jika wanita itu masih menjadi tunangannya.Setelah menyelesaikan urusannya Giorgio
"Berengsek!" PYAARRR...Adriana meraih apapun yang bisa ia raih, dan melemparnya ke arah dinding hingga hancur berantakan. Ketika ia bangun yang dia lihat adalah dua penjaga Fernandez yang tidur disampingnya tanpa busana, sama seperti dirinya. Dua pria itu pasti kelelahan karena semalaman telah melayaninya.Adriana masih ingat bagaimana tersiksa dirinya ketika harus sekuat tenaga menahan hasratnya yang menggebu. Reynard tak mau menyentuhnya, dan malah mengundang masuk seorang penjaga untuk melayaninya.Sungguh dia sudah berusaha untuk tidak merendahkan dirinya dengan menyerahkan diri pada penjaganya. Dengan bantuan satu penjaga lainnya dia di bawa ke kamar pribadinya. Dia ingin mengunci dirinya di dalam kamar dan mengatasi efek obat itu sendirian.Tapi nyatanya ia kalah, dia memohon pada dua penjaga itu untuk melayani hasratnya. Dan semua terjadi! Sepanjang malam ia tak berhenti menjerit karena semua kenikmatan yang diberikan oleh pria pria rendahan itu. Dan itu menjadi hal paling
Serra akhirnya bisa bernafas dengan lega karena akhirnya sampai area hotel tempat mereka akan menginap. Sebuah hotel super mewah yang letaknya berada di pinggiran pantai. Dan sesuai dugaannya, Reynard pasti akan memilih area yang tidak terlalu ramai. Jauh di sana Serra hanya melihat segelintir orang sedang bersantai di pinggir pantai. Dan di beberapa titik terlihat pria pria berbaju safari yang ia yakin adalah penjaga yang khusus dibayar untuk menjaga keamanan hotel. "Ayo!"Serra segera mengikuti langkah Reynard menuju ke dalam hotel. Beberapa orang yang berpapasan dengan mereka terlihat mengangguk hormat, sepertinya mereka mengenal sosok iblis yang berjalan disampingnya. Sayangnya pria disampingnya seperti tak melihat itu semua, Reynard terus berjalan tanpa mempedulikan siapa pun disekitarnya! Tapi langkahnya mereka terhenti ketika penjaga Jayde's terlihat berlari tergopoh menghampiri mereka. "Ada apa?""T-tuan maaf jika saya lancang menghadang langkah anda. Tapi ada tamu sedang
"Apa apaan ini!?" gerutu Serra ketika membuka koper miliknya, baru saja ia selesai membersihkan dirinya. Dia melihat baju baju di dalam koper yang sudah di persiapkan Bryan untuknya. Tiga stel baju formal dari rumah butik ternama lengkap dengan baju dalam yang nyatanya pas dengan ukuran yang biasa ia pakai.Tapi untuk baju non formal hanya terdapat beberapa baju tidur transparan yang pasti akan mengekspose seluruh bentuk tubuhnya. Dan satu baju renang model two piece berwarna merah menyala, warna yang menurutnya terlalu mencolok untuk ia kenakan."Apa boleh buat," gumam Serra mengangkat baju renang satu satunya yang ada di kopernya.Tadi ia sempat melihat jika ada balkon kamar hotelnya cukup luas, dan ada dua kursi malas disana. Dia bisa manfaatkan semua itu untuk berjemur, tidak lucu bukan jika di siang yang cerah seperti ini dia harus bergelung di bawah selimut?Setelah selesai mengenakan baju renangnya Serra mengambil dua kaleng minuman dingin dan beberapa kue yang ada di lemari p
Giorgio meletakkan ponselnya cukup keras di atas meja kerjanya, sudah berkali kali ia menelpon tapi Serra tak juga mengangkatnya. Padahal ia hanya ingin menanyakan kabar wanita itu. Bagaimana luka di bahunya.Sampai sampai pagi tadi ia datang menemui Dokter Gabrielle di tempat prakteknya hanya untuk menanyakan keadaan Serra. Dan Gio sedikit lega ketika dokter Elle mengatakan jika luka itu hanyalah luka ringan. Walau begitu tak juga mengurangi rasa khawatirnya pada wanita yang menjadi asisten kakaknya. Waktu di apartemen bahkan ia melihat Serra harus berjalan pelan agar bahunya tidak terguncang. Mungkin luka itu tidak dalam, tapi ini pasti hal yang baru pertama dialami Serra. Pasti akan sulit untuk menyembuhkan traumanya."Kenapa tidak diangkat? Bagaimana jika terjadi apa apa padanya? Pasti dia diberi tugas yang berat." Segala macam pertanyaan membuat pria muda itu semakin gelisah. Sampai seseorang masuk ke dalam ruang kantornya."Tidak perlu segelisah itu, kau sendiri yang memutusk
Seperti biasa siang ini Bryan menyempatkan dirinya datang ke kediaman Wilson, walaupun kondisi Naina sudah membaik tapi ingatan gadis itu belum juga pulih. Naina masih saja menganggap dirinya sebagai ayah gadis itu."Terimakasih sudah datang Tuan, saya tinggal sebentar untuk memasak makan siang. Kali ini makanlah disini, biar nanti saya yang menyuapi Naina. Maaf jika dia selalu merepotkan anda," ujar Jane yang merasa tidak enak karena Naina yang sangat manja dengan 'ayahnya'.Jika Bryan datang saat jam makan siang seperti ini maka gadis itu tidak akan mau makan jika bukan Bryan yang menyuapi. Dan pria pendiam dengan aura tak kalah menakutkan dari atasannya itu secara mengejutkan mau menuruti setiap permintaan putrinya."Saya tidak repot sama sekali, putri anda gadis yang sangat baik," sahut Bryan dengan sopan.Akhirnya pria itu masuk ke dalam kamar Naina setelah Jane pergi meninggalkannya. Dilihatnya gadis itu sedang duduk bersandar dengan sebuah buku ditangannya."Selamat siang Ayah!
"Sebuah kejutan bisa bertemu kembali dengan anda Tuan Dimitri Alexander!""Senang akhirnya bisa bertemu dengan anda Jenderal...."Dimitri menjabat erat tangan pria di depannya, pria yang sudah bertahun tahun tidak ia temui. Dua pria itu kemudian duduk di teras rumah, sejenak sama sama terdiam dengan menghela nafas seolah sedang menata hati."Sudah lama sekali, tak terasa sudah tujuh belas tahun sudah berlalu. Dan dia tidak baik baik saja."Erick Kylen tersenyum sinis mendengar kata kata ambigu dari pria yang bahkan tak pernah berubah setelah sekian lama. Aura dingin seorang Dimitri Alexander tak berkurang sedikitpun. Tatapan tajam pria itu mampu membuat siapapun tunduk di depannya."Dia adalah wanita yang sangat tegar, Jane mampu membesarkan dua putrinya dengan kedua tangannya....""Solene....dia adalah Solene! Kau tidak akan pernah bisa menyembunyikan dia dariku walau kau sudah mengganti namanya sekalipun!" seru Dimitri sebelum Erick menyelesaikan kata katanya. Intonasinya meninggi k