Seperti biasa siang ini Bryan menyempatkan dirinya datang ke kediaman Wilson, walaupun kondisi Naina sudah membaik tapi ingatan gadis itu belum juga pulih. Naina masih saja menganggap dirinya sebagai ayah gadis itu."Terimakasih sudah datang Tuan, saya tinggal sebentar untuk memasak makan siang. Kali ini makanlah disini, biar nanti saya yang menyuapi Naina. Maaf jika dia selalu merepotkan anda," ujar Jane yang merasa tidak enak karena Naina yang sangat manja dengan 'ayahnya'.Jika Bryan datang saat jam makan siang seperti ini maka gadis itu tidak akan mau makan jika bukan Bryan yang menyuapi. Dan pria pendiam dengan aura tak kalah menakutkan dari atasannya itu secara mengejutkan mau menuruti setiap permintaan putrinya."Saya tidak repot sama sekali, putri anda gadis yang sangat baik," sahut Bryan dengan sopan.Akhirnya pria itu masuk ke dalam kamar Naina setelah Jane pergi meninggalkannya. Dilihatnya gadis itu sedang duduk bersandar dengan sebuah buku ditangannya."Selamat siang Ayah!
"Sebuah kejutan bisa bertemu kembali dengan anda Tuan Dimitri Alexander!""Senang akhirnya bisa bertemu dengan anda Jenderal...."Dimitri menjabat erat tangan pria di depannya, pria yang sudah bertahun tahun tidak ia temui. Dua pria itu kemudian duduk di teras rumah, sejenak sama sama terdiam dengan menghela nafas seolah sedang menata hati."Sudah lama sekali, tak terasa sudah tujuh belas tahun sudah berlalu. Dan dia tidak baik baik saja."Erick Kylen tersenyum sinis mendengar kata kata ambigu dari pria yang bahkan tak pernah berubah setelah sekian lama. Aura dingin seorang Dimitri Alexander tak berkurang sedikitpun. Tatapan tajam pria itu mampu membuat siapapun tunduk di depannya."Dia adalah wanita yang sangat tegar, Jane mampu membesarkan dua putrinya dengan kedua tangannya....""Solene....dia adalah Solene! Kau tidak akan pernah bisa menyembunyikan dia dariku walau kau sudah mengganti namanya sekalipun!" seru Dimitri sebelum Erick menyelesaikan kata katanya. Intonasinya meninggi k
"Pengacara bodoh! Untuk urusan seperti ini saja kau tidak becus menanganinya!" umpat Dexter pada pria yang dia tunjuk menjadi pengacaranya."Akan sangat sulit membebaskan anda Tuan karena pihak yang berwajib sudah mengantongi semua bukti buktinya. Selain human trafficking, anda juga terbukti mencuri data di Alexander. Pengacara Tuan Reynard sendiri yang menangani kasus ini, anda tahu artinya bukan?"ujar sang pengacara mulai kesal dengan tingkah Dex yang keterlaluan. Untuk membebaskan adalah hal yang tidak mungkin karena kesalahan Dex terlalu berat. Hal yang paling mungkin dilakukan hanyalah meringankan hukuman pria itu. "Memang ada apa dengan pengacara Jayde's? Kalian sama sama di bayar dengan mahal! Pakai otakmu bangsat!"Sang pengacara tampak menutup map berisi berkas berkas kasus milik Dexter, kemudian memencet tombol sebagai tanda ia mengakhiri sesi bicara dengan kliennya. "Hei apa yang kau lakukan, kita belum selesai bicara! Bagaimana siang ini, bukankah aku akan ke rumah saki
"Duduk di sini sebentar dan jangan pergi apapun alasannya. Pesan semua yang kau inginkan, dan aku akan kembali secepatnya agar kita bisa makan bersama. Mengerti?" Saat ini mereka berada restoran yang letaknya tepat ada disamping hotel tempat mereka menginap. Reynard terpaksa meninggalkan Serra di lantai satu restoran karena dia ingin bicara sebentar dengan Keshav Rathore.Baru saja Reynard menerima pesan dari Keshav berupa gambar gambar senjata yang memang ia butuhkan untuk memperkuat penjagaan Jayde's ataupun Alexander's."Tentu saja. Saya hanya harus duduk dan menunggu anda, benar begitu?" sungut Serra , saat ini dia seperti anak kecil yang sedang mendengar perintah dari ibunya. Seharusnya sebagai asisten pribadi dialah yang mengarahkan apa yang akan dilakukan atasannya, bukan sebaliknya."Gadis pintar, tunggu disini!"Restoran ini masih dalam pantauan para penjaga Rathore jadi Reynard yakin Serra akan tetap aman walau duduk sendirian. Siapapun akan berpikir sepuluh kali lipat untu
Serra membuka matanya, sepertinya dia tertidur di ruangan yang tidak terlalu luas. Setelah itu bukannya bangun, dia malah kembali memejamkan matanya. Bantal yang ada di bawahnya membuat dirinya nyaman walau sedikit terasa keras. Aroma lemon musk dari bantal di bawahnya membuat Serra ingin terus memeluknya. Dan wanita itu semakin mengeratkan pelukannya..."Euugghhh," Serra menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku, ia hanya merasa ranjang yang ia tempati kini terlalu sempit. Serra ingin mengangkat gulingnya untuk ia pindahkan, tapi rasanya berat sekali...."Apa yang kau lakukan?!"DEGGHHH...Suara itu, otak Serra langsung mengulang rekaman kejadian sebelum ia menutup matanya. Kejadian ketika Reynard dengan membabi buta memukuli pria yang tak ia kenal hingga berlumur darah."Jangan bunuh dia!" spontan tubuhnya bangun, di bukanya mata lebar lebar untuk mencari keberadaan iblis mengerikan itu. Dan matanya langsung menoleh ketika merasakan sesuatu bergerak disampingnya."Anda? Apa yang anda
"Kalian antar dia pulang, setelah itu kalian boleh kembali ke markas untuk beristirahat!" kata Reynard pada dua penjaganya. Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ingin Serra ajukan tapi dia memilih diam dan mengikuti langkah dua penjaga yang akan mengantarnya pulang. Sungguh dia tak habis pikir dengan putra sulung Alexander itu, belum lama pria itu mengklaim atas kepemilikan dirinya. Bahkan pria itu berkeras untuk tinggal bersama dirumahnya saat cuti dua harinya nanti. Reynard tak mau mereka tinggal terpisah dengan alasan tidak ada yang akan mengurus dirinya.Tapi saat ini dia merasa sedang dibuang dan tidak dibutuhkan lagi. Pria itu pergi tanpa mengatakan apapun lagi setelah meminta dua penjaga untuk mengantarnya pulang. Serra seperti kehilangan sesuatu dalam hidupnya.Sampai di rumah ia sudah disambut ibunya di teras rumah, air matanya tak bisa ia bendung ketika Jane memeluknya. Sungguh, ia merasa bahagia karena pada akhirnya bisa berkumpul kembali dengan orang orang yang ia kasi
Hanya dalam beberapa saat Giorgio akhirnya bisa menemukan rumah keluarga Wilson. Sebenarnya beberapa hari yang lalu setelah peristiwa penculikan ia sempat mencari rumah Serra. Tapi semua akses informasi tentang wanita itu tertutup rapat, dan ia sangat tahu siapa dibalik semua. Reynard pasti punya alasan yang kuat kenapa harus melindungi keluarga sederhana itu.Berkali kali Gio memencet bel tapi seseorang tak juga membuka pintunya. CEKLEK...Giorgio berdiri dan menoleh ke arah pintu, terlihat seorang wanita parubaya yang masih sangat cantik di usianya. Wanita itu tampak melihatnya penuh tanya, tapi kemudian tersenyum ramah padanya."Selamat sore Nyonya, maaf jika saya sudah mengganggu istirahat anda. Apakah benar ini rumah keluarga Wilson?" "Selamat sore Tuan, saya Jane Wilson. Apa anda ada kepentingan dengan saya atau dua putri saya?" tanya Jane, sepertinya dia pernah melihat pria muda itu sebelumnya. Dari tampilan dan pembawaannya dia yakin jika pria di depannya bukan pria biasa.
"Kau tidak mengangkat teleponnya Nona Adriana? Aku rasa Dexter menelpon mu untuk meminta bantuan," ucap seorang pria yang saat ini sedang tersenyum senang karena melihat gadis didepannya sedang melepas satu demi satu kain penutup tubuhnya."Dia tak berguna lagi untukku, dan aku sedang tak ingin berbicara karena ada hal yang lebih penting yang harus kita lakukan sekarang! Kau sudah membuatku senang dengan berani membakar rumah kesayangan si brengsek itu!"Saat ini Adriana sedang bersama seorang pria parubaya berambut abu di dalam sebuah hotel. Sengaja dia mengundang sang Presdir Ever Techno, Barry Joseph setelah mendengar jika putra pria itu di buat koma oleh Reynard Jayde.Wanita itu berhasil membujuk Barry untuk melawan terang terangan sang iblis Jayde's. Adriana tahu jika Barry tak mungkin menang tapi setidaknya ia bisa membuat hidup Reynard jauh dari kata tenang.Dia sangat membenci sang Presdir Jayde's, di saat pria lain sedang mengharap bisa menjadi teman ranjangnya maka Reynard