Serra akhirnya bisa bernafas dengan lega karena akhirnya sampai area hotel tempat mereka akan menginap. Sebuah hotel super mewah yang letaknya berada di pinggiran pantai. Dan sesuai dugaannya, Reynard pasti akan memilih area yang tidak terlalu ramai. Jauh di sana Serra hanya melihat segelintir orang sedang bersantai di pinggir pantai. Dan di beberapa titik terlihat pria pria berbaju safari yang ia yakin adalah penjaga yang khusus dibayar untuk menjaga keamanan hotel. "Ayo!"Serra segera mengikuti langkah Reynard menuju ke dalam hotel. Beberapa orang yang berpapasan dengan mereka terlihat mengangguk hormat, sepertinya mereka mengenal sosok iblis yang berjalan disampingnya. Sayangnya pria disampingnya seperti tak melihat itu semua, Reynard terus berjalan tanpa mempedulikan siapa pun disekitarnya! Tapi langkahnya mereka terhenti ketika penjaga Jayde's terlihat berlari tergopoh menghampiri mereka. "Ada apa?""T-tuan maaf jika saya lancang menghadang langkah anda. Tapi ada tamu sedang
"Apa apaan ini!?" gerutu Serra ketika membuka koper miliknya, baru saja ia selesai membersihkan dirinya. Dia melihat baju baju di dalam koper yang sudah di persiapkan Bryan untuknya. Tiga stel baju formal dari rumah butik ternama lengkap dengan baju dalam yang nyatanya pas dengan ukuran yang biasa ia pakai.Tapi untuk baju non formal hanya terdapat beberapa baju tidur transparan yang pasti akan mengekspose seluruh bentuk tubuhnya. Dan satu baju renang model two piece berwarna merah menyala, warna yang menurutnya terlalu mencolok untuk ia kenakan."Apa boleh buat," gumam Serra mengangkat baju renang satu satunya yang ada di kopernya.Tadi ia sempat melihat jika ada balkon kamar hotelnya cukup luas, dan ada dua kursi malas disana. Dia bisa manfaatkan semua itu untuk berjemur, tidak lucu bukan jika di siang yang cerah seperti ini dia harus bergelung di bawah selimut?Setelah selesai mengenakan baju renangnya Serra mengambil dua kaleng minuman dingin dan beberapa kue yang ada di lemari p
Giorgio meletakkan ponselnya cukup keras di atas meja kerjanya, sudah berkali kali ia menelpon tapi Serra tak juga mengangkatnya. Padahal ia hanya ingin menanyakan kabar wanita itu. Bagaimana luka di bahunya.Sampai sampai pagi tadi ia datang menemui Dokter Gabrielle di tempat prakteknya hanya untuk menanyakan keadaan Serra. Dan Gio sedikit lega ketika dokter Elle mengatakan jika luka itu hanyalah luka ringan. Walau begitu tak juga mengurangi rasa khawatirnya pada wanita yang menjadi asisten kakaknya. Waktu di apartemen bahkan ia melihat Serra harus berjalan pelan agar bahunya tidak terguncang. Mungkin luka itu tidak dalam, tapi ini pasti hal yang baru pertama dialami Serra. Pasti akan sulit untuk menyembuhkan traumanya."Kenapa tidak diangkat? Bagaimana jika terjadi apa apa padanya? Pasti dia diberi tugas yang berat." Segala macam pertanyaan membuat pria muda itu semakin gelisah. Sampai seseorang masuk ke dalam ruang kantornya."Tidak perlu segelisah itu, kau sendiri yang memutusk
Seperti biasa siang ini Bryan menyempatkan dirinya datang ke kediaman Wilson, walaupun kondisi Naina sudah membaik tapi ingatan gadis itu belum juga pulih. Naina masih saja menganggap dirinya sebagai ayah gadis itu."Terimakasih sudah datang Tuan, saya tinggal sebentar untuk memasak makan siang. Kali ini makanlah disini, biar nanti saya yang menyuapi Naina. Maaf jika dia selalu merepotkan anda," ujar Jane yang merasa tidak enak karena Naina yang sangat manja dengan 'ayahnya'.Jika Bryan datang saat jam makan siang seperti ini maka gadis itu tidak akan mau makan jika bukan Bryan yang menyuapi. Dan pria pendiam dengan aura tak kalah menakutkan dari atasannya itu secara mengejutkan mau menuruti setiap permintaan putrinya."Saya tidak repot sama sekali, putri anda gadis yang sangat baik," sahut Bryan dengan sopan.Akhirnya pria itu masuk ke dalam kamar Naina setelah Jane pergi meninggalkannya. Dilihatnya gadis itu sedang duduk bersandar dengan sebuah buku ditangannya."Selamat siang Ayah!
"Sebuah kejutan bisa bertemu kembali dengan anda Tuan Dimitri Alexander!""Senang akhirnya bisa bertemu dengan anda Jenderal...."Dimitri menjabat erat tangan pria di depannya, pria yang sudah bertahun tahun tidak ia temui. Dua pria itu kemudian duduk di teras rumah, sejenak sama sama terdiam dengan menghela nafas seolah sedang menata hati."Sudah lama sekali, tak terasa sudah tujuh belas tahun sudah berlalu. Dan dia tidak baik baik saja."Erick Kylen tersenyum sinis mendengar kata kata ambigu dari pria yang bahkan tak pernah berubah setelah sekian lama. Aura dingin seorang Dimitri Alexander tak berkurang sedikitpun. Tatapan tajam pria itu mampu membuat siapapun tunduk di depannya."Dia adalah wanita yang sangat tegar, Jane mampu membesarkan dua putrinya dengan kedua tangannya....""Solene....dia adalah Solene! Kau tidak akan pernah bisa menyembunyikan dia dariku walau kau sudah mengganti namanya sekalipun!" seru Dimitri sebelum Erick menyelesaikan kata katanya. Intonasinya meninggi k
"Pengacara bodoh! Untuk urusan seperti ini saja kau tidak becus menanganinya!" umpat Dexter pada pria yang dia tunjuk menjadi pengacaranya."Akan sangat sulit membebaskan anda Tuan karena pihak yang berwajib sudah mengantongi semua bukti buktinya. Selain human trafficking, anda juga terbukti mencuri data di Alexander. Pengacara Tuan Reynard sendiri yang menangani kasus ini, anda tahu artinya bukan?"ujar sang pengacara mulai kesal dengan tingkah Dex yang keterlaluan. Untuk membebaskan adalah hal yang tidak mungkin karena kesalahan Dex terlalu berat. Hal yang paling mungkin dilakukan hanyalah meringankan hukuman pria itu. "Memang ada apa dengan pengacara Jayde's? Kalian sama sama di bayar dengan mahal! Pakai otakmu bangsat!"Sang pengacara tampak menutup map berisi berkas berkas kasus milik Dexter, kemudian memencet tombol sebagai tanda ia mengakhiri sesi bicara dengan kliennya. "Hei apa yang kau lakukan, kita belum selesai bicara! Bagaimana siang ini, bukankah aku akan ke rumah saki
"Duduk di sini sebentar dan jangan pergi apapun alasannya. Pesan semua yang kau inginkan, dan aku akan kembali secepatnya agar kita bisa makan bersama. Mengerti?" Saat ini mereka berada restoran yang letaknya tepat ada disamping hotel tempat mereka menginap. Reynard terpaksa meninggalkan Serra di lantai satu restoran karena dia ingin bicara sebentar dengan Keshav Rathore.Baru saja Reynard menerima pesan dari Keshav berupa gambar gambar senjata yang memang ia butuhkan untuk memperkuat penjagaan Jayde's ataupun Alexander's."Tentu saja. Saya hanya harus duduk dan menunggu anda, benar begitu?" sungut Serra , saat ini dia seperti anak kecil yang sedang mendengar perintah dari ibunya. Seharusnya sebagai asisten pribadi dialah yang mengarahkan apa yang akan dilakukan atasannya, bukan sebaliknya."Gadis pintar, tunggu disini!"Restoran ini masih dalam pantauan para penjaga Rathore jadi Reynard yakin Serra akan tetap aman walau duduk sendirian. Siapapun akan berpikir sepuluh kali lipat untu
Serra membuka matanya, sepertinya dia tertidur di ruangan yang tidak terlalu luas. Setelah itu bukannya bangun, dia malah kembali memejamkan matanya. Bantal yang ada di bawahnya membuat dirinya nyaman walau sedikit terasa keras. Aroma lemon musk dari bantal di bawahnya membuat Serra ingin terus memeluknya. Dan wanita itu semakin mengeratkan pelukannya..."Euugghhh," Serra menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku, ia hanya merasa ranjang yang ia tempati kini terlalu sempit. Serra ingin mengangkat gulingnya untuk ia pindahkan, tapi rasanya berat sekali...."Apa yang kau lakukan?!"DEGGHHH...Suara itu, otak Serra langsung mengulang rekaman kejadian sebelum ia menutup matanya. Kejadian ketika Reynard dengan membabi buta memukuli pria yang tak ia kenal hingga berlumur darah."Jangan bunuh dia!" spontan tubuhnya bangun, di bukanya mata lebar lebar untuk mencari keberadaan iblis mengerikan itu. Dan matanya langsung menoleh ketika merasakan sesuatu bergerak disampingnya."Anda? Apa yang anda