Share

23. Ancaman

Author: Aulia Hazuki
last update Last Updated: 2021-11-10 00:51:32

“Ah capeknya,” kata Rissa sambil masuk rumah, melepas sepatunya dan menaruhnya di rak, kemudian menaruh tas kecilnya di samping rak sepatunya. Dia merasa penat di sekeliling leher dan pundaknya. Dia lalu memijit pelan kedua bagian itu, tapi hal itu tidak begitu manjur. Dia lalu membuka jaketnya, yang dibawanya untuk mengusir hawa dingin, meskipun sebagai vampir tentu saja dia tidak merasakan dingin. Hanya saja dia ingin membawa jaket karena kebiasaan saja. Dia masih belum bisa beradaptasi dengan dirinya yang baru dan masih sering melakukan kegiatan semasa dia masih menjadi manusia.   

Dia masuk ke dalam rumah dengan perasaan senang sekaligus curiga. Senang karena rupanya acara makan malam itu tidak seburuk yang diduganya. Acara itu malah menyenangkan dan dia menikmatinya. Hal itu menjadi selingan yang menyenangkan dari rutinitasnya sehari-hari yang bisa sangat menjemukan di kantor. Apalagi mereka makan sambil ditemani lagu favoritnya!

Ya, wal

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jerat Kematian CEO Maut   24. Jebakan

    “Ayah!” seru Melvin terkejut.“Sayang!” seru Claudia.Mr. Jona menggeram.“Jangan kau teruskan permainanmu itu, Melvin!”“Ayah, jangan bercanda. Aku mohon, ayah!”Melvin akhirnya benar-benar panik. Sepertinya ayahnya benar-benar marah! Dia tidak bisa membiarkan hal ini terjadi. Dia harus membujuk ayahnya.“Aku mendekati Miss Rissa tanpa ada rencana apa pun, ayah! Murni karena aku menyukainya!”Ya, berbohong saja, Melvin. Lakukan semua yang bisa kau lakukan demi mengamankan posisimu, pikirnya.Ayahnya kembali menggeram.“Bukankah sudah ayah katakan kalau Ayah menginginkan dia sebagai calon istri Aidan? Tidakkah itu sudah cukup jelas, Melvin?” gertaknya.“Tapi bagaimana jika aku menyukainya, ayah?” kata Melvin dengan nada yang diusahakannya sememelas mungkin. Tapi ayahnya hanya memandanginya dengan keras.“Apa?

    Last Updated : 2021-11-11
  • Jerat Kematian CEO Maut   25. Keteguhan Hati yang Kuat

    “Aduh.”Melvin memegang kepalanya. Dia membuka matanya. Dan ... tak melihat apa-apa.Dia sedang berada di sebuah tempat yang sangat gelap tanpa ada cahaya sedikitpun. Sekelilingnya juga sangat hening. Dia seperti berada di tempat di mana tidak ada cahaya dan tidak ada suara. Hanya kekosongan yang melingkupinya.Ketika dia membuka mulutnya untuk bersuara, dia segera menyadari bahwa suaranya bergaung di tempat aneh itu.“Halo?” katanya.Halo ... lo ... lo ...Suaranya kembali bergaung. Dia mencoba berdiri dan mengulurkan tangan, meraba-raba sekelilingnya, berusaha menemukan tanda apa pun tentang tempat di mana dia berada. Kenapa sangat gelap? Kenapa sangat sepi? Di mana semua orang? Semua pikiran itu berkecamuk dalam benaknya.Dia mencoba berteriak, tapi yang kembali padanya hanyalah suaranya sendiri. Keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya.Apa ini? Di mana dia? Kenapa di

    Last Updated : 2021-11-11
  • Jerat Kematian CEO Maut   26. Pandangan yang Terpesona

    BRAKKK!Rissa lalu menutup pintu dengan keras. Dia gemetar ketakutan. Dia teringat ancaman terakhir Melvin. Bisa-bisanya pria itu mengancamku! pikirnya dengan marah sekaligus takut. Dia pikir siapa dia? Apakah dia berpikir Rissa bisa dikendalikannya seperti boneka? Tidak! Dia, Clarissa Chandra, tidak akan takut!Ya, dia berencana akan mengadukan hal ini pada Mr. Jona. Atasannya itu harus tahu kelakuan anaknya dan apa yang mungkin akan dilakukannya padanya.Rissa kembali ke kamarnya. Tadi dia sedang membaca buku ketika bel pintu berbunyi. Kini ketenangan dan hasratnya untuk membaca sudah hilang, berganti kecemasan dan ketakutan.Dia harus melapor pada Mr. Jona. Tapi kenapa dia mendadak merasa ragu dan takut? Apakah seharusnya dia tidak melakukan itu?Tapi itu tidak akan adil! Melvin tidak boleh dibiarkan lolos dari perbuatannya! Besok sore dia akan melapor pada Mr. Jona, tekadnya dalam hati.Tapi keeso

    Last Updated : 2021-11-12
  • Jerat Kematian CEO Maut   27. Sapu Tangan

    Sisa malam itu berakhir dengan menyenangkan. Sebelum pulang Mrs. Claudia “menginterogasi” Rissa.“Anda pintar sekali bermain piano! Dan lagunya ... itu salah satu lagu favorit saya! Saya hampir menangis ketika mendengarkannya!” pujinya bertubi-tubi.Rissa tersenyum dan menjaga ekspresi wajahnya agar tidak terlalu salah tingkah.“Ayah saya guru musik. Dan kami punya piano di rumah. Bukan yang mewah, yang biasa saja. Ayah saya lalu mengajari saya main piano,” katanya.Mrs. Claudia terlihat kagum.“Benarkah! Berarti Anda memiliki guru yang luar biasa!” serunya.Rissa kembali tersenyum.“Ayah pasti senang jika mendengar pujian Anda,” katanya dengan rendah hati.Mrs. Claudia tersenyum. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua malam. Mrs. Claudia mendesah.“Sayang sekali Anda harus sudah pulang. Kapan-kapan, Anda bisa ke sini lagi dan me

    Last Updated : 2021-11-12
  • Jerat Kematian CEO Maut   28. Sebuah Kejutan

    “Haaah,” keluh Rissa. Dia sedang malas naik lift dan memilih naik tangga. Dia naik sambil terus menundukkan kepala. Sepertinya dengan naik tangga dia bisa menikmati kesedihannya sepuasnya dan selama yang dia inginkan tanpa harus berhenti di tiap lantai jika naik lift. Lagipula dia sedang tidak ingin berpapasan dengan karyawan lainnya. Bisa malu dia. Rissa sampai di kantor sore itu dengan murung. Semalaman dia menghabiskan waktu dengan menangis dan besoknya dia sama sekali melewatkan sarapan dan makan siang. Dia bahkan hanya sekali minum satu botol kecil darah, sama sekali tidak membantu mengatasi rasa hausnya. Tapi dia sedang tidak berselera untuk makan ataupun minum. Kata-kata Aidan terus terngiang di benaknya. Betapa dalamnya kata-kata itu menusuk hingga ke relung hatinya yang terdalam, bagaimana Aidan mengingatkan bahwa dia tak bisa dimiliki olehnya, dan bagaimana lelaki itu meninggalkannya tiba-tiba dengan perasaan hancur. Aidan jelas-jelas

    Last Updated : 2021-11-13
  • Jerat Kematian CEO Maut   29. Sebuah Pelukan

    PLAKKK! Suara tamparan itu rasanya bergaung di seluruh halaman belakang. Semua hadirin langsung terperangah. Beberapa wanita malah langsung menjerit. Mr. Jona menampar Aidan lagi. Gianna yang menyaksikannya menjerit kecil dan langsung mendapat tatapan tajam dari Mr. Jona. Aidan segera tampak terkejut atas tindakan ayahnya. "Sayang!" Terdengar suara Claudia yang buru-buru mendekati mereka. Dia tampak luar biasa terkejut dan ketakutan. Dia tak menduga suaminya akan menampar Aidan di depan umum! Betapa memalukan dan mengerikannya! “Pergi! Pergi kau dasar wanita ******!” Aidan langsung sadar dari keterkejutannya. “Ayah! Jangan hina Gianna!” "Minta maaf, Ayah! Minta maaf pada Gianna sekarang juga!" lanjutnya dengan wajah penuh kemarahan. Mr. Jona tampak seakan ingin menamparnya lagi. “Kau memilih wanita itu dibanding ayahmu? Dibanding keluargamu?!” serunya. Aidan tampak terluka. “Siapa

    Last Updated : 2021-11-13
  • Jerat Kematian CEO Maut   30. Pernikahan, Amarah dan Kesalahpahaman

    “Aaargh!!!”Aidan rasanya ingin marah-marah terus. Dia teringat kata-kata kasar ayahnya pada Gianna dan dia masih tidak terima. Kenapa ayahnya tak merestui hubungannya dengan Gianna? Dia menanyakan pertanyaan itu berulang kali dalam hatinya walaupun dia tahu bahwa dia sebenarnya mengetahui jawabannya. Ya, ini karena ayahnya dan pendiri Huang Company adalah musuh.Dia tahu dalam perseteruan keduanya sebenarnya ayahnya tidak sepenuhnya salah. Semuanya sejak awal hanyalah masalah kesalahpahaman dan ketidakpercayaan antar satu sama lain. Mr. Jona dan Mr. Samuel Huang dulunya adalah sahabat. Sebenarnya mereka ingin mendirikan perusahaan impian mereka berdua. Mr. Jona ingin perusahaannya berkembang dan menguasai banyak pasar, seperti sekarang yang mana mereka mulai merambah bisnis fashion, Sementara Mr. Huang sendiri lebih suka fokus pada satu pasar, yaitu bisnis makanan. Mereka tidak pernah bisa sepaham dan akhirnya pecah kongsi.Mr. Jona me

    Last Updated : 2021-11-14
  • Jerat Kematian CEO Maut   31. Penguasa yang Sebenarnya

    “Akan kubalas kalian semua.”“Kalian tak akan bisa lolos. Jika kalian sudah menikah pun akan aku buat kalian berpisah.”Mr. Jona mengatakan kalimat itu berulang kali seolah agar kata-kata itu terus terpatri di benaknya dan tidak dilupakannya. Dia menggeram, semarah binatang buas. Wajahnya yang tampan terlihat kaku dan keras seperti batu.Dia turun dari mobilnya di depan sebuah gerbang yang menjulang tinggi dan kelihatan megah sekaligus kuno lima menit yang lalu. Tapi sampai sekarang dia masih berjalan menuju tujuannya. Sekelilingnya adalah pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi hingga jauh di atasnya. Dia seolah berjalan di sebuah hutan, tapi sebenarnya bukan.“Kamu tunggu di sini, Alfred,” kata Mr. Jona pada sopirnya.“Aku akan masuk sendiri,” lanjutnya.Sang sopir mengangguk.“Baik, Mr. Jona.”Malam sudah menyapa, dan keheningan menyeruak di mana-mana.

    Last Updated : 2021-11-15

Latest chapter

  • Jerat Kematian CEO Maut   Epilog

    It's a beautiful night, we're looking for something dumb to doHey baby, I think I wanna marry youIs it the look in your eyes or is it this dancing juice?Who cares, baby, I think I wanna marry youWell, I know this little chapel on the boulevard we can goNo one will know, oh, come on girlWho cares if we're trashed, got a pocket full of cash we can blowShots of patron and it's on, girlDon't say no, no, no, no, noJust say yeah, yeah, yeah, yeah, yeahAnd we'll go, go, go, go, goIf you're ready, like I'm readySuara band mulai berkumandang di pesta pernikahan antara Daniela dan Trevis. Lagu-lagu yang dimainkan mereka rupanya adalah semua lagu-lagu pilihan Daniela dan Trevis! Semua tamu sangat menikmati lagu-lagu itu. Bahkan beberapa bergoyang sambil tertawa-tawa. Suasana pesta yang sangat meriah!Di atas panggung tampak Daniela dan Trevis duduk menghadap pa

  • Jerat Kematian CEO Maut   77. Akhir Bahagia

    Tiga hari sebelumnyaRissa tampak tidak tenang. Dia sudah mendengar bahwa anaknya telah selamat. Bahwa salah satu pelayan Mr. Johann telah membawa bayinya kembali ke Indonesia, jauh dari Angeline Johann yang telah menculiknya. Pelayan itu membawa anaknya dalam kondisi yang baik-baik saja. Ethan tidak kekurangan apa-apa satupun juga.Jika itu benar, maka itu adalah hal yang paling ditunggunya! Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan anaknya! Hatinya sangat sakit menahan kerinduan pada Ethan! Sudah berapa hari dan malam dilaluinya tanpa bersama Ethan ... Sudah berapa hari dilaluinya tanpa bisa mencium bayinya ... Dia sangat merindukan semua momen bersama bayinya!Maka siang itu ketika Mr. Jona kembali dari kantor, dia membawa pula Amelia yang sedang menggendong Ethan.“Rissa, Rissa! Lihat, ini Ethan!”Dia mendengar suara Mrs. Claudia memanggilnya. Dan hatinya langsung terasa terloncat dar

  • Jerat Kematian CEO Maut   76. Penyelidikan

    “Hai, Trevis!” Melvin memanggil sahabatnya yang baru keluar dari kantor ayahnya. Dia sendiri memang sedang berencana untuk menemui ayahnya saat dia bertemu Trevis. “Habis dari kantor ayah?” tanyanya. Dia melihat bahwa Trevis tampak habis melalukan pembicaraan yang cukup serius, dilihat dari raut wajahnya. Trevis mengangguk. “Yoi. Aku ke sini buat kasih abu si Angeline,” jelasnya. Melvin bersiul. “Ah! Ayah bilang kalo abunya bakal dilarung atau dibuang ke langit. Ide yang bagus,” katanya. Trevis mengangguk. Dia lalu bergidik membayangkan akan menemui abu Angeline yang jatuh dari langit. Dia bahkan tidak akan mau memegang abu Angeline. Itu seperti membayangkan dia masih ada, hanya saja dalam genggaman tangannya. “Semoga saja ayahmu tidak menyimpan abu itu. Hiiiy itu akan terlalu menakutkan.” Dia lalu memeluk dirinya sendiri, merasa ngeri. Melvin tergelak. “Bahkan dalam kematian pun dia masih bisa

  • Jerat Kematian CEO Maut   75. Kekalahan yang Indah

    CTASSS!!!Kapak itu berhasil mengenai leher Angeline! Melvin berhasil membunuh Angeline!Melvin memperhatikan dengan jantung seolah akan keluar dari dadanya ketika serangannya berhasil mengenai leher Angeline. Dan kali ini Angeline tidak berhasil lolos kembali dari serangannya!“Akhirnyaaa!!!” seru Trevis dengan lega. Dia lalu bangkit dari tubuh Angeline yang sudah tidak bergerak. Dia lalu terkapar di lantai, seperti kelelahan. Padahal yang letih adalah batinnya. Dia sudah muak bertarung tiada henti dengan Angeline yang sangat sulit untuk dikalahkan. Dia sudah sudah kesal dengan wanita itu yang tidak hentinya menyerang, berteriak, dan memaki.“Kau hebat, Melvin,” katanya.Melvin menggeleng, dia lalu ikut terduduk di sebelah Trevis.“Kita yang hebat,” katanya.“Dia bener-bener ... ampun deh nggak tahu lagi gimana ngomongnya,” kata Trevis sambil menggelengkan kepalanya. Dia membay

  • Jerat Kematian CEO Maut   74. Sebuah Pertarungan Tanpa Akhir

    DUAKKK!!!“Aaaargh!!!” seru Melvin segera. Dia memegangi kedua kakinya dengan ekspresi sangat kesakitan. Angeline baru saja memukul area di antara dua kakinya tepat saat dia sedang mengayunkan kapak padanya. Kapak itu lalu terjatuh berkelontang di lantai.“HA HA HA!!!” seru Angeline puas. Dia menatap Melvin dengan pandangan yang membara.“KAU PIKIR KAU AKAN BISA MEMBUNUHKU?!”“Mimpi saja kau!!!”“Tak akan aku biarkan aku mati semudah itu!!!”Trevis segera menghampiri Melvin. Tapi sebelumnya dia menampar Angeline.PLAKKK!!!Tawa Angeline langsung berhenti. Dia menatap Trevis dengan pandangan marah bukan main.“DIAM KAU!!!” seru Trevis hilang kesabaran.Angeline menggerung.“BERANINYA KAU MENAMPARKU!”Trevis meledak marah. Dia sudah tidak sabar lagi dengan pertarungan yang seakan tidak ada habisnya ini

  • Jerat Kematian CEO Maut   73. Pertarungan Yang Sengit

    “Mr. Jona! Kami menemukan keberadaan Angeline Johann!” seru salah satu bawahan Mr. Jona.Ada dua orang yang sedang berdiri di hadapan Mr. Jona sekarang. Dua orang itu sedang memberikan laporan pada bos mereka itu.Mr. Jona langsung berdiri. Ekspresi wajahnya tampak terkejut sekaligus senang.“Benarkah?! Di mana?” tanyanya segera.“Di Volkshotel Amsterdam, Pak!” jawab bawahannya segera.“Kami tahu ini dari Frida Gustav! Dia adalah bawahan dari Mr. Johann dan Angeline Johann!” lanjut mereka dengan segera.Ya, sambil menunggu kepulangan Melvin dan Trevis, Mr. Jona telah mengutus para bawahannya untuk mencari keberadaan Angeline. Mereka akhirnya mendapatkan informasi dari Frida, yang memberi informasi kepada mereka dengan senang hati. Ya, Frida telah memutuskan untuk berkhianat dari Angeline! Dia sudah muak menuruti segala perintah dari Angeline.Dia selalu berkomunikasi secara

  • Jerat Kematian CEO Maut   72. Misi Penyelamatan

    “Apa!?”“Anda bercanda kan, Dokter?” Mrs. Claudia langsung histeris. Dia segera memandang Rissa yang masih tertidur dengan nyenyaknya. Dia tidak tahu bahwa semua orang sedang membicarakannya.Dokter Andreas menggeleng. Dia memandang Mrs. Claudia, lalu memandang Rissa, dan balik memandang Mrs. Claudia sekali lagi.“Sayangnya saya tidak sedang bercanda dan tidak mungkin saya bercanda soal ini. Miss Rissa kemungkinan besar akan mati jika keadaan dia seperti ini terus. Energi hidupnya sudah habis. Dia tak mungkin bertahan jika seperti ini keadaannya. Dia perlu asupan energi untuk bertahan hidup.”“Dan saya tak mungkin terus-menerus memberikan darah padanya lewat infus. Dia harus makan dan minum,” lanjutnya.Memang, untuk sementara waktu Dokter Andreas memasang infus pada Rissa dengan isi darah. Hal itu cukup menopang hidup Rissa untuk sementara waktu.Wajah Daniela memucat.&ld

  • Jerat Kematian CEO Maut   71. Rissa Akan Mati!

    “Lama sekali!!”Angeline menggerutu sambil melihat ke arah jam tangannya. Di sebelahnya, Amelia dengan gugup terus melihat dirinya dan sekelilingnya sambil menggendong Ethan yang terus menangis.Angeline menggeram.“Tidak bisakah kau membuat dia berhenti menangis?” tanyanya dengan kesal.Amelia langsung terlihat gugup.“Sa ... saya tidak tahu apa yang membuat dia menangis!” katanya terbata-bata.Orang-orang mulai melihat ke arah mereka. Untung saat itu Angeline memilih untuk menggunakan kacamata hitam sehingga tidak ada yang tahu keanehan matanya.Angeline menggeram. Pastilah saat itu mereka terlihat seperti ibu dan baby sitternya yang sedang ribut di bandara! Dia sama sekali tidak ingin menarik perhatian saat itu. Tapi Ethan justru sudah menarik perhatian pada mereka sekarang! Betapa kesalnya Angeline saat itu!“Jangan terlalu menarik perhatian, Amelia!” serunya kembali,

  • Jerat Kematian CEO Maut   70. Rencana Angeline

    “Ethan? Ethan?! Di mana kamu, Nak?”Rissa memanggil anaknya berulang kali. Dia merasa gelisah sekali. Dan entah kenapa, ketakutan. Dia ingat bahwa dia tak pernah setakut ini dalam hidupnya. Seolah kejadian buruk sedang terjadi pada dirinya, atau sedang akan terjadi.Siang itu Rissa bermimpi aneh sekali. Dia berada di sebuah ruangan kosong yang tidak dikenalnya. Ruangan itu seluruhnya berwarna putih bersih. Dia tidak menyukai ruangan itu. Ketika dia mengeluarkan suara, gaungnya langsung terdengar ke seluruh ruangan dengan volume dua kali lipat lebih keras. Ruang itu juga menguarkan aura yang meresahkan. Rissa pernah bermimpi seperti ini sebelumnya dan dia tidak menyukai mimpi itu. Mimpi itu selalu merupakan pertanda buruk baginya.Dia tidak tahu bagaimana dia bisa berada di ruangan itu. Seingatnya tadi sebelum tertidur dia masih berada di kamar, bersama Ethan yang sedang menyusu padanya. Satu-satunya yang ada di ruangan itu

DMCA.com Protection Status