"Aish... Berisik!" umpat Valeria sebal saat mendengar bunyi ponselnya yang berdering dengan teramat nyaring. Karena kejadian sore hari bersama Revan yang begitu mengejutkan, Valeria sampai tidak bisa tidur. Kepalanya terus saja dipenuhi oleh bayangan Revan hingga ia merasa sangat frustasi. Kini saat ia baru tidur beberapa jam ponselnya tiba-tiba berdering. Ini adalah waktu liburnya, sebenarnya siapa yang menelepon dirinya dan mengganggu dirinya yang baru terlelap?Valeria sudah menutup telinga dengan bantal, berharap siapapun yang meneleponnya itu akan menyerah. Namun rupanya pemikirannya salah, hingga deringan ke empat, deringan ponselnya tidak mau berhenti. Astaga.Dengan sebal, Valeria segera meraba-raba nakas mengambil ponselnya yang tergeletak, tanpa melihat siapa yang meneleponnya, Valeria segera mengangkat panggilan itu dengan mata setengah terpejam."Ha-llo? Anda bisa menghubungi saya nanti, saat ini saya sangat mengantuk, jadi–" gumam Valeria kecil."Valeria? Kamu masih tidur
"Wah Kak Val, ku kira kamu tidak akan datang." Sinis Lucia.Mata Rionandra dan Valeria seketika bertatapan. Rio terlihat tertegun melihat penampilan Valeria yang cukup berbeda di bandingkan dengan biasanya. Valeria hanya tersenyum lebar menanggapi sindiran Lucia, "Tentu saja aku harus datang, kau adalah adikku dan Rio bagaimanapun kami pernah punya sejarah hubungan yang rumit dan lama. Ya... Bisa dibilang begitu sebelum kau merebutnya," balas Valeria tajam.Tepat saat ia sedang menyindir Lucia, Kalina dan juga Herman datang."Jika kamu datang ke sini tolong jangan membuat keributan Val," ujar Herman."Ya benar, sudah datang kemari tanpa membawa kado pernikahan, sekarang kamu malah ingin membuat keributan."Valeria seketika mendengus, ia menatap ke arah gaun pengantin yang dikenakan oleh Lucia lalu menarik ujung bajunya, "Sepertinya adik kesayanganku ini tidak mau malu, apa dia tidak berkata bahwa aku memberikan gaun ini untuk kado pernikahannya?"Semua orang terlihat terperangah, Kali
"Kamu sudah menunggu lama, Sayang?"Valeria mengerjapkan matanya, mencoba menetralkan hatinya saat mendengar panggilan lembut yang diucapkan Revan Mahendra. Ia tersenyum dengan kikuk, terlebih saat merasakan ikatan tangan Revan yang menyentuh pinggangnya dengan erat. Valeria menghela nafasnya panjang, tenang... Ia harus tenang."Kamu kekasih Valeria?" Tanya Herman dengan tatapan intimidasi. Pria tua itu terlihat menelisik ke arah sosok Revan di hadapannya.Revan mengulas senyum, tanpa merasa terbebani sama sekali dengan tatapan menghakimi seluruh keluarga Valeria. Ia melepaskan pegangan tangannya di pinggang Valeria lalu berkata, "Ya, saya Revan Mahendra. Senang bertemu dengan Anda, Pak Herman,"Kalina yang mendengar hal itu seketika terperangah, "Revan Mahendra? Apa Anda adalah putera sulung dari Agung Mahendra, pemilik perusahaan Best Building, perusahaan terbaik di kota ini?"Semua orang terlonjak mendengar ucapan Kalina, apalagi Lucia ia tidak menyangka jika pria yang katanya keka
Revan seketika mendengus mendengar ucapan Rionandra di depannya. Ini adalah hari pernikahannya bersama dengan wanita lain, tapi tanpa tahu malu Rionandra malah membahas hubungannya dengan Valeria yang sudah berlalu."Saya tidak tahu jika Anda memiliki sifat percaya diri yang luar biasa, Pak Rionandra Mahardika. Darimana Anda yakin jika Valeria tidak bisa melupakan Anda? Dia bahkan sama sekali tidak mengingat dirimu."Emosi Rio mulai terpancing mendengar ucapan Revan, "Apa Anda bilang?""Sepertinya Anda terlalu berhalusinasi, Valeria sudah melupakan Anda jauh setelah Anda mencampakkannya begitu saja. Apa Anda tidak lihat bagaimana dia memperlakukan saya dengan begitu lembut? Anda bukanlah apa-apa bagi Valeria sekarang. Anda tidak seistimewa itu, Pak Rionandra.""Kau!"Revan terlihat tersenyum lebar, ia menyentuh bahu Rio sebagai cara intimidasi, ia mendekat ke arah Rio lalu berbisik dengan perlahan, "Hubungan kami sangat bergairah setiap harinya. Bagaimana? Apa Anda bisa membayangkanny
"Astaga Sayang!"Kalina berteriak dengan histeris saat melihat keadaan kamar Lucia yang begitu kacau. Semuanya berantakan layaknya kapal pecah, Kalina benar-benar tidak menduga bahwa keadaan Lucia menjadi sekacau ini. Ia segera berlari menghampiri puterinya yang terduduk dengan memeluk lutut sambil menangis hebat."Rio meninggalkan aku, Ma. Dia benar-benar meninggalkan aku huhuhu."Kalina segera memeluk erat Lucia, mengusap-usap bahunya untuk menenangkan puterinya itu."Sayang, tenanglah Sayang.""Mana bisa aku tenang Ma, kak Rio sudah kehilangan minat padaku. Ini semua gara-gara Valeria, dia pasti sengaja ingin menarik perhatian Kak Rio disaat pernikahan kami." Jerit Lucia histeris."Sayang, tenanglah. Mama akan mencari cara.""Memangnya apa yang bisa kita lakukan? Valeria memiliki Revan Mahendra yang bisa memberikan apapun untuknya, sedangkan aku? Aku malah ditinggalkan oleh Kak Rio, ini sungguh tidak adil, Ma! Tidak adil!" teriak Lucia kembali semakin histeris."Tentu saja kita mem
Melihat bahwa Agung mulai terpancing emosi, Kalina seketika tersenyum, ia mulai membuka mulutnya dengan menggebu-gebu, "Namanya Valeria, dia bekerja di kantor putera Anda. Tapi tolong Tuan, Anda jangan melukainya karena dia adalah puteri saya juga." balasnya masih menyimpan kepura-puraannya. Mendengar kenyataan itu, Agung seketika bangkit, wajahnya semakin merah padam, "Apa? Jadi wanita rendah itu juga bekerja di kantor anakku?""Tolong jangan marah, saya mengatakan hal ini hanya ingin menyapa Anda. Tolong jangan lukai puteri saya. Saya mohon," ucap Kalina dengan air mata buaya yang mulai berderai."Keluar, biar aku yang mengurusnya.""Tapi Pak, tolong... Tolong jangan lukai puteri saya.""Keluar ku bilang!"Kalina dan Lucia segera bangkit lalu keluar dari ruangan Agung. Sebuah tawa memekakkan telinga segera terdengar tepat setelah mereka menjauh dari Agung. Rencana mereka berhasil, Agung sepertinya mulai terpancing emosi karena mengetahui hubungan Revan dengan Valeria."Akting Mama
"Apa yang kamu lakukan? Apa kamu sedang melawan ayahmu sendiri?"Revan terlihat menghela nafas, alih-alih menjawab perkataan ayahnya, Revan memilih menghampiri Valeria lalu bertanya dengan nada cemas, "Apa kamu baik-baik saja?""Ya, saya baik-baik saja."Melihat Revan yang tidak menjawabnya dan malah menghampiri Valeria, Agung Mahendra terlihat semakin marah,"Kamu sedang mengabaikan Ayah, Hah?"Revan terlihat bergeming, ia membuka jasnya sejenak lalu mengalungkan benda itu ke arah tubuh Valeria."Pak, Anda tidak perlu melakukan ini," ucap Valeria hendak melepas jas yang menghampiri di tubuhnya, namun Revan segera menahan gerakan wanita itu, "Tidak apa-apa, pakai." Balas Revan dengan nada mendominasi.Mendengar hal itu Valeria segera memakai kembali jas milik atasannya.Mata Agung Mahendra yang semula sudah menatap tajam ke arah mereka kini semakin membulat lebar dengan murka, "Sebenarnya apa yang sedang kalian lakukan di depanku?"Revan kembali menghela nafas, untuk kemudian ia membal
Sepertinya Valeria sudah gila saat menyetujui usul Revan yang memintanya untuk menjadi calon istrinya. Entah apa yang sebenarnya Valeria pikirkan saat kepalanya mengangguk begitu saja saat mendengar permintaan Revan yang terdengar begitu putus asa. Apa kewarasannya semakin lama semakin terkikis karena terlalu sering bersama dengan Revan? Atau karena hatinya terlalu goyah saat melihat wajah tampan Revan yang kuyu di hadapannya? Valeria mendesah kasar, ia memang selalu lemah terhadap pandangan menyedihkan dari orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Pantas saja ia bisa dengan mudah dikhianati oleh Lucia dan juga Rio, Valeria memang senaif itu.Sekarang setelah persetujuan asal yang ia lakukan kemarin, Valeria harus mengikuti rencana Revan. Hari ini Revan memintanya mengikuti pria itu ke perkumpulan Keluarga Mahendra.Mobil Revan sudah menunggu di depan tatkala ia selesai mempersiapkan diri. Valeria menarik nafasnya panjang lalu keluar dari flatnya masuk menuju mobil mewah pria itu."Ka