Sejak kedatangan Zeze dan Freyaa kemarin sore, hubungan Veronica bersama Felix pun menjadi semakin mesra.Felix tidak segan memberikan kecupan atau gigitan kecil pada sudut bibir Veronica di depan kedua keponakannya yang akan bersorak melihat paman mereka bahagia."Hari ini aku tidak banyak pekerjaan, sore nanti mari kita berbelanja. Dua hari lagi kita pergi ke Palermo." Felix berkata sembari menyuapkan Veronica yang ia perhatikan enggan menyuap sendiri makanannya, tetapi akan selalu membuka mulut jika ia suapkan."Ku harap kau tidak keberatan bergabung dengan keluarga besar kami di Palermo." bisik Felix rendah sembari menjilat saus meleleh di sudut bibir Veronica yang sengaja ia isengi."Owh, owh, owh ....!" Freyaa berseru tertawa lucu menutup matanya dengan jemari tangan direnggangkan.Zeze mengusap puncak kepala Freyaa, mengulum senyum senang melihat kemesraan Felix dan Veronica, sambil ia asyik menyuap makanan masu
Felix melihat penunjuk waktu di pergelangan tangannya, "Kau mau berkencan denganku, Lorenza?" tanyanya dengan kedua mata memandang lekat ke netra wanita muda yang masih berdiri di depannya tersebut. "K-kencan?" Lorenza tergagap.Felix meraih botol air mineral yang masih bersegel di atas meja, membuka dan mendorongnya ke depan, "Ya. Berkencan denganku," sahut Felix menaikkan kelopak matanya ke atas, agar Lorenza membasahi tenggorokan dengan air minum. "Aku punya waktu dua jam jika kau mau berkencan denganku." lanjut Felix yang membuat Lorenza tersedak air minum hingga terbatuk-batuk. "Be-berkencan yang seperti apa, Mister Salvatore?" Felix bangkit berdiri, kemudian mendudukkan dirinya pada pinggiran meja, tepat di depan Lorenza, "Kemana kau inginkan? Pantai, hotel atau ..." "Bagaimana dengan istri, Anda, Mister Salvatore?" "Haruskah kita pergi berkencan ke restoran istriku? Dia sedang di restoran sekarang." "Tidak, tidak! Anda menolakku sebelumnya. Please, tolong jangan membuat b
Felix menghentikan kasar mobil sportnya di halaman restoran The Grill, melangkah lebar langsung menuju ke area bartender yang telah ia deteksi melalui matanya, Veronica berada di sana."Kami membuatnya spesial untukmu," Freyaa mendorong pelan gelas berisi jus coklat campur kacang juga buah yang Veronica berbelanja bersama Selena tempo hari."Benarkah? Terima kasih, Young Lady." Veronica tersenyum cerah pada Freyaa juga berterima kasih ke Zeze, Selena serta Keanu, hatinya menghangat melihat orang-orang berharga baginya tersebut terlihat akur.Veronica sudah meraih gelas jus yang telah ditambahi bubuk coklat oleh Freyaa, tetapi dengan langkah cepat dan terburu-buru, Felix langsung menyambar gelas jus untuk ia minum sendiri langsung dari tepi bibir gelasnya."Ini enak! Nanti kita buat lagi di rumah lebih banyak!" ucap Felix menjilat bibirnya sendiri dari sisa jus, lalu menoleh pada Zeze juga Freyaa bergantian, "Nanti kita pergi berbel
Biasanya Veronica memang selalu hangat ketika Felix berkunjung. Namun sejak beberapa hari terakhir mereka bercinta, Felix merasakan rahim istrinya jauh lebih hangat dari biasanya.Felix berharap Veronica segera mengandung darah dagingnya, tetapi kemarin di hotel, istrinya tersebut menyebutkan jika ia baru saja datang bulan.Telapak tangan Felix meraba perut bagian bawah Veronica, "Kau benar-benar sangat hangat, Nicca. Setelah ini mari kita ke dokter dulu baru pergi belanja."Veronica melingkarkan kedua lengannya ke leher Felix, tersenyum lembut dengan kelopak mata menggoda, "Aku baik-baik aja. Ayo cepatlah hentak aku sebelum Zeze menggedor pintu itu."Felix mendecakkan tawa rendah. Jika sebelumnya ia menggunakan Freyaa agar Veronica mau bercinta dengannya, kini istrinya itu menjadikan Zeze untuk alasannya.Ada rasa hangat menjalar ke relung hati Felix melihat Veronica bisa akrab dengan kedua keponakan nakalnya.
Felix membawa Veronica, Zeze dan Freyaa ke pusat perbelanjaan untuk membeli gaun serta segala keperluan tiga wanita kesayangannya tersebut untuk pergi ke Palermo. Tempat berbeda yang sebelumnya ia datangi bersama Lorenza."Eyaa mau pakaian itu." Freyaa menunjuk setelan baju koboi anak laki-laki yang ada di manekin salah satu butik. "Kau ingin menjadi koboi wanita?" seloroh Felix menggetarkan tawa akan selera keponakan di gendongannya. "Ya. Menurutku itu bagus dan cocok denganku!" "Oke. Mari kita beli." Felix setuju, mengajak Veronica dan Zeze ke dalam butik yang juga menjual pakaian wanita dan pria dewasa. Gaya berpakian Zeze sangat tomboi, jarang memakai gaun. Ia memilih beberapa potong baju kaus, celana ketat, jeans dan beberapa celana pendek. Sebenarnya gaya berpakaian Freyaa lebih condong mengikuti Zeze, namun Zetha tetap membiasakan putri kecil mereka tersebut memakai gaun. "Nanti kita photo keluarga." ucap Felix spontan setelah Veronica dan Freyaa keluar dari ruang ganti mem
Mendengar suara seseorang jatuh di dalam kamar, Felix segera melompat berdiri dari duduknya di balkon, mematikan sambungan telpon dengan Mike lalu masuk ke dalam kamar. "Nicca ....!" Felix membopong tubuh lemas Veronica di lantai, membawanya ke atas ranjang. "Kau kenapa?" Felix sama sekali tidak menduga jika Veronica sudah mendengar pembicaraannya dengan Mike di telpon. Setelah jatuh, Veronica sempat merangkak menjauhi pintu penghubung ke balkon."Aku ...haus." Veronica menjawab pelan, menarik bagian depan piyama Felix agar ia bisa mencium bibirnya. Felix mengurai ciuman Veronica, membersihkan tepi bibirnya dari sisa pertukaran saliva mereka. Tatapan mata Felix beralih pada Freyaa yang masih tetap tertidur pulas bagaikan ratu ranjang, kedua kaki dan lengan terbuka lebar."Akan ku ambilkan minum. Tunggu sebentar." Veronica terus memperhatikan langkah kaki dan gerakan pinggul Felix yang berjalan ke arah meja bar dalam kamar tidur mereka, menuangkan air hangat ke gelas. Hatinya per
Veronica melingkarkan kedua lengan ke belakang kepala Felix, menggigit gemas puncak hidung mancung suaminya, "Apakah kalau aku sudah hamil, kau tak ingin menyentuhku lagi? Kemudian pernikahan kita segera berakhir, lalu kau akan menikahi staff wanitamu?" "Konyol!" Felix menarik pinggang Veronica agar maju melekat ke depan tubuhnya, memberikan gigitan ke bibir bawah wanitanya yang telah berkata dan berpikir sangat tidak masuk akal menurutnya. "Dengar ...jika aku menginginkan Lorenza menjadi wanitaku, sudah lama ku lakukan dan kita tak akan bertemu dalam keadaan seperti ini." Felix berkata sambil ia menjilati bibir Veronica yang ia gigit. "Aku bukan tipikal pria yang bisa membagi hati atau membiarkan tubuhku disentuh banyak wanita." lanjut Felix menatap lekat ke dalam netra Veronica yang sedikit menyipitkan kelopak mata memandangnya. "Kau harus bangga, Nicca. Suamimu pria yang setia. Aku sudah cukup hanya dengan dirimu seorang. Atau kau tidak ingin bersamaku lagi?" Netra Veronica b
Felix sedang berdiri tegak menatap pemandangan di luar jendela kaca ruangannya yang menghadap pantai indah kota Cape Town. Cuaca sedang cerah sudah menjelang sore, riak-riak ombak terlihat jelas dari tempat Felix saat ini berdiri memperhatikan. Tok ...tok ...tok!"Masuk!"Felix beranjak dari depan jendela, kembali duduk pada kursi kerja kebesarannya, pura-pura membalikkan berkas di atas meja ketika Hvitserk, asisten sekaligus sahabatnya memasuki ruangan. "Simon sudah mendapatkan lokasi wanita itu, Veronica." Hvitserk berkata sembari meletakkan laporan dari sekretaris perusahaan ke atas meja, membuka kursi untuk dia duduki di depan Felix. "Kenapa Simon tidak menghubungiku?" "Kau sudah memeriksa ponselmu?" Hvitserk justru balik bertanya sinis pada Felix.Hvitserk sudah sangat hapal kebiasan baru Felix yang sering lupa mengisi daya ponselnya. "Ah, dayanya habis." Felix berujar santai setelah memeriksa layar ponselnya yang padam. "Dimana wanita itu?" tanyanya kembali pada topik lapo