Biasanya Veronica memang selalu hangat ketika Felix berkunjung. Namun sejak beberapa hari terakhir mereka bercinta, Felix merasakan rahim istrinya jauh lebih hangat dari biasanya. Felix berharap Veronica segera mengandung darah dagingnya, tetapi kemarin di hotel, istrinya tersebut menyebutkan jika ia baru saja datang bulan. Telapak tangan Felix meraba perut bagian bawah Veronica, "Kau benar-benar sangat hangat, Nicca. Setelah ini mari kita ke dokter dulu baru pergi belanja." Veronica melingkarkan kedua lengannya ke leher Felix, tersenyum lembut dengan kelopak mata menggoda, "Aku baik-baik aja. Ayo cepatlah hentak aku sebelum Zeze menggedor pintu itu." Felix mendecakkan tawa rendah. Jika sebelumnya ia menggunakan Freyaa agar Veronica mau bercinta dengannya, kini istrinya itu menjadikan Zeze untuk alasannya. Ada rasa hangat menjalar ke relung hati Felix melihat Veronica bisa akrab dengan kedua keponakan nakalnya. Decakan demi decakan, erangan dan geraman sama sekali tidak ditahan o
Felix membawa Veronica, Zeze dan Freyaa ke pusat perbelanjaan untuk membeli gaun serta segala keperluan tiga wanita kesayangannya tersebut untuk pergi ke Palermo. Tempat berbeda yang sebelumnya ia datangi bersama Lorenza."Eyaa mau pakaian itu." Freyaa menunjuk setelan baju koboi anak laki-laki yang ada di manekin salah satu butik. "Kau ingin menjadi koboi wanita?" seloroh Felix menggetarkan tawa akan selera keponakan di gendongannya. "Ya. Menurutku itu bagus dan cocok denganku!" "Oke. Mari kita beli." Felix setuju, mengajak Veronica dan Zeze ke dalam butik yang juga menjual pakaian wanita dan pria dewasa. Gaya berpakian Zeze sangat tomboi, jarang memakai gaun. Ia memilih beberapa potong baju kaus, celana ketat, jeans dan beberapa celana pendek. Sebenarnya gaya berpakaian Freyaa lebih condong mengikuti Zeze, namun Zetha tetap membiasakan putri kecil mereka tersebut memakai gaun. "Nanti kita photo keluarga." ucap Felix spontan setelah Veronica dan Freyaa keluar dari ruang ganti mem
Mendengar suara seseorang jatuh di dalam kamar, Felix segera melompat berdiri dari duduknya di balkon, mematikan sambungan telpon dengan Mike lalu masuk ke dalam kamar. "Nicca ....!" Felix membopong tubuh lemas Veronica di lantai, membawanya ke atas ranjang. "Kau kenapa?" Felix sama sekali tidak menduga jika Veronica sudah mendengar pembicaraannya dengan Mike di telpon. Setelah jatuh, Veronica sempat merangkak menjauhi pintu penghubung ke balkon."Aku ...haus." Veronica menjawab pelan, menarik bagian depan piyama Felix agar ia bisa mencium bibirnya. Felix mengurai ciuman Veronica, membersihkan tepi bibirnya dari sisa pertukaran saliva mereka. Tatapan mata Felix beralih pada Freyaa yang masih tetap tertidur pulas bagaikan ratu ranjang, kedua kaki dan lengan terbuka lebar."Akan ku ambilkan minum. Tunggu sebentar." Veronica terus memperhatikan langkah kaki dan gerakan pinggul Felix yang berjalan ke arah meja bar dalam kamar tidur mereka, menuangkan air hangat ke gelas. Hatinya peri
Veronica melingkarkan kedua lengan ke belakang kepala Felix, menggigit gemas puncak hidung mancung suaminya, "Apakah kalau aku sudah hamil, kau tak ingin menyentuhku lagi? Kemudian pernikahan kita segera berakhir, lalu kau akan menikahi staff wanitamu?" "Konyol!" Felix menarik pinggang Veronica agar maju melekat ke depan tubuhnya, memberikan gigitan ke bibir bawah wanitanya yang telah berkata dan berpikir sangat tidak masuk akal menurutnya. "Dengar ...jika aku menginginkan Lorenza menjadi wanitaku, sudah lama ku lakukan dan kita tak akan bertemu dalam keadaan seperti ini." Felix berkata sambil ia menjilati bibir Veronica yang ia gigit. "Aku bukan tipikal pria yang bisa membagi hati atau membiarkan tubuhku disentuh banyak wanita." lanjut Felix menatap lekat ke dalam netra Veronica yang sedikit menyipitkan kelopak mata memandangnya. "Kau harus bangga, Nicca. Suamimu pria yang setia. Aku sudah cukup hanya dengan dirimu seorang. Atau kau tidak ingin bersamaku lagi?" Netra Veronica be
Felix segera memutuskan sambungan telponnya dengan Keanu. Kali ini menghubungi Zeze di kediaman yang ponselnya juga tidak tersambung. "Ada apa dengan hari ini? Kenapa ponsel kalian mati?!"gerutu Felix kemudian menghubungi Knox. "Nona ada bersana Freyaa di pantai. Zeze sedang di kamarnya, menyelesaikan lukisan neurographica." sahut Knox ketika Felix bertanya tentang keberadaan Veronica, Zeze dan Freyaa."Panggil Nona dan Freyaa, suruh segera kembali ke kediaman!" Felix melajukan mobilnya pulang ke kediaman, hatinya tidak tenang, seakan ada yang direnggut lepas dalam rongga dadanya. Firasat kehilangan! Felix melangkah lebar menuju ruangan kamarnya yang kosong. Semilir angin dingin berhembus menerpa dirinya. "Nicca ...?" Felix berjalan seraya memanggil Veronica di area kamar tidur, wall in closet, kamar mandi hingga balkon, tetapi tak ia temukan selain kesunyian yang semakin mencekam. "Zee ..." Felix langsung membuka pintu kamar Zeze, yang lampunya masih menyala terang. Tidak terd
Veronica menantang tidak berkedip menatap netra pria yang mencekal dagunya. Pikirannya berputar cepat, memikirkan celah bisa mendorong tubuh pria itu agar bisa keluar dari gang sempit bercahaya temaram tersebut untuk meminta tolong. Veronica benar-benar salah jalan. Pada kiri kanan Veronica hanya ada dinding batu tinggi sebagai dinding rumah tempat tinggal warga dan malam yang telah cukup larut, membuat gang tempat Veronica berada sangat sepi.Sesekali Veronica mendengar deru motor familiar pada telinganya. Tetapi pria di depannya semakin mencengkeram kuat dagu Veronica hingga mulutnya terbuka dan kesulitan untuk berteriak minta tolong. "Bukannya aku tidak tertarik akan uangmu, tetapi menikmati tubuhmu lebih dulu jauh menggugah minatku!" Lino berbicara dengan sinar mata sangat licik di atas wajah Veronica. Lino tidak lagi berniat membawa Veronica untuk Arkada, tetapi ia akan menikmati terlebih dahulu yang nanti setelahnya diberikan pada Arkada. Dendam dalam diri Lino mengingat per
Ivar, asisten pribadi Alfred Mussolini sedang mengikut pertemuan rahasia Alfred dengan Edward ketika ponselnya berdering, panggilan telpon dari Lino. "SOS." Lino mengucapkan kode membutuhkan bantuan pada Ivar dan tanpa menunggu lawan bicaranya menjawab, Lino sudah memutuskan sambungan telponnya. Sebagai sahabat dari saudara Lino yang tewas, Ivar memang menjanjikan akan memberikan bantuan kapanpun Lino membutuhkannya. Setelah berbisik dekat telinga Alfred, Ivar pergi keluar dari ruangan diikuti oleh Bobby yang dianggukkan oleh Edward memberikan persetujuannya mengikuti Ivar agar pria itu semakin mengenal lingkungan Amalfi Coast. Ivar tahu keadaan Lino darurat, karena sejak pria itu bekerja menjadi asistennya Arkada, baru kali ini Lino meminta bantuannya. Ivar menghubungi beberapa preman lokal untuk ikut datang ke tempat Lino berada sesuai dengan deteksi lokasi ponselnya.*****Ujung gang jalanan setapak, tepi tebing lautan yang bagian bawahnya terlihat jauh lebih gelap karena pencah
Fokus Veronica hanya pada Zeze, napasnya berhembus lega ketika melihat Zeze bukan hanya mengampuni para preman tetapi juga bertanggung jawab membantu memperbaiki salah satu preman yang ia buat cidera otot. Freyaa sudah melepaskan genggamannya di tangan Veronica, berlari menghampiri Zeze dengan kedua lengan terkembang lebar. "Aow ...!" Veronica yang tidak memperhatikan sekeliling, terpekik terkejut merasakan lengan kasar membebat pinggangnya."Hari ini kau akan mati di tanganku, Veronica!" bisik orang yang memeluk pinggang Veronica, seraya meniupkan napas ke samping wajah Veronica.Sang pria yang tak lain adalah Bobby tersebut, melucuti ponsel Veronica yang ia temukan di dalam kantung pakaian dan sebelumnya Veronia matikan dayanya. Ponsel tersebut dilemparkan ke arah lautan dan Veronica tetap bergeming tak peduli selain berusaha menahan tubuh juga mengumpulkan tenaga agar bisa terlepas tanpa mencelakai janin dalam perutnya. Di sisi lain, lengan Freyaa yang terentang berlari ingin mem
Pelayan baru saja keluar dari ruangan private tempat Mister Walikota, ketika Zeze mengintip dari kejauhan. Di depan pintu ruangan private Mister Walikota berdiri tegak dua orang penjaga bertubuh besar seperti tukang pukul dan Zeze menduga jika sang Walikota sedang ada janji temu dengan seseorang di dalam ruangannya. Zeze mengedarkan pandangannya ke sekeliling, memeriksa titik-titik kamera CCTV terpasang dalam ruangan restoran dan ia menemukan jika ruangan tempat Mister Walikota berada, terhalang pilar besar. "Menarik!" gumam Zeze menyunggingkan senyuman tipis sangat sinis. Tepat ketika Zeze hendak bergerak pergi menuju ruangan sang Walikota, tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal kuat. "Libatkan aku." bisik Pierre lembut, sudah menarik pinggang ramping Zeze dengan lengannya yang lain. "Aku sudah lama tidak olah tubuh, sedikit peregangan sepertinya menyenangkan." lanjut Pierre, kini berkata di depan wajah Zeze yang sedikit terdongak dengan bibir merekah menggoda dan sinar matany
Bertahun-tahun Pierre menutup diri serta menjaga jarak dari para wanita yang mendekatinya, tetapi kini benteng pertahanannya benar-benar hancur di hadapan Zeze yang blak-blakan, sangat ekspresif juga membuat jantungnya menggelepar riang hendak meloncat keluar. "Wajah Daddy Pierre memerah, apakah Daddy juga terangsang sama sepertiku?" Zeze membelai rahang berbulu maskulin Pierre, lalu mengecup sangat lembut daun telinga tunangannya itu yang bisa ia rasakan sedikit tersentak dan pelukan lengan Pierre semakin posesif menahan pinggangnya. "Jangan menggoda lagi. Aku benar-benar bisa membawamu ke hotel, Baby." Pierre berkata seakan seperti desahan ke depan wajah Zeze, lalu mengecup serta menggigit gemas bibir gadis mudanya itu. "Aku tak keberatan ..." Pierre langsung melumat gemas bibir Zeze yang akhirnya tak bisa melanjutkan perkataannya. Pasangan itu saling memagut, meluahkan semua rasa yang mengganjal di dalam hati dengan ciuman hingga akhirnya terlepas karena pernapasan semakin
"Kau baik-baik aja?" Felix menghampiri Zeze yang berdiri di teras, melihat pemandangan lautan luas dari jauh, terlihat berkilau seperti karpet berlian terkena sinar terik matahari menjelang siang. "Paman ..." Zeze menoleh dan memberikan senyuman tipis pada Felix. "Mari duduk, kau baru siuman. Kakimu pasti lelah." Felix meraih pundak Zeze, mengajaknya duduk pada sofa di belakang mereka. "Mungkin karena di tubuhku mengalir darah serigala, jadi pemulihannya sangat cepat. Kakiku tidak apa-apa, tidak ada kaku atau stress syaraf."Dimitri sudah melakukan pemeriksaan menyeluruh pada Zeze dan tak menemukan satu pun keluhan pada tubuh gadis muda yang baru siuman setelah sepuluh hari tertidur tersebut. Zeze bangun dan beraktifitas layaknya orang normal yang tak pernah tertidur berhari-hari. Hal yang paling menggembirakan adalah pertumbuhan racun dalam darah Zeze seolah terhenti begitu saja.Anne memang tak menyebutkan jenis campuran pada ramuan yang dibantu Dimitri suntikkan ke pembuluh dar
Sekarang giliran tubuh Zetha yang berguncang hebat mendengar cerita Zeze di alam kabut mimpi. "A-apakah mereka semua baik-baik aja? A-apakah mereka bahagia?" cicit Zetha berurai airmata yang kini Zeze balas memeluk pundak Mumma cantiknya itu dan mengecup kelopak matanya sangat lembut. Seperti tindakan Jonathan sewaktu Zetha kecil jika menenangkan putrinya itu ketika menangis sedih. Pun Michael melakukan hal yang sama dahulunya pada Zetha. Dua orang kesayangan yang jiwa mereka telah melebur menjadi satu di alam kabut mimpi Zeze."Mereka semuanya baik dan bahagia." jawab Zeze pelan dan ia teringat kelembutan juga sikap Michael dan Marcella yang sangat memanjakannya. Zeze tak menceritakan pada Mummanya jika jiwa Jonathan dan Michael menyatu di alam keabadian. "Apakah Papa dan Daddy sudah menyatu?" Zetha malah bertanya hal yang disembunyikan oleh Zeze. Zeze merenggangkan pelukannya, menatap lekat ke netra Zetha, lalu menganggukkan kepala, "Ya. Aku melihat Papa dan Daddy menjadi satu.
Tubuh Zeze semakin gemetar menangis terisak-isak di pelukan Zetha, ia teringat saat terjun ke dalam laut beberapa menit lalu, merasakan ada kekuatan sangat besar mendorong tubuhnya naik ke permukaan yang kemudian ombak menghempaskannya tapi tubuhnya mendarat dengan sangat lembut di batuan karang. "A-aku membunuh Papa ...a-aku bukan manusia lagi, please Mum, bunuh aku." cicit Zeze pilu di pelukan Zetha. Zetha semakin mengeratkan pelukannya ke Zeze dan serigala di sebelahnya. Zetha kedinginan, tetapi ada kehangatan yang mengaliri dirinya dari tubuh Zeze dan Blacky-serigala hitam. "Kau tak membunuh Papa, Sayang. Mari pulang dulu, Mumma akan jelaskan semuanya ...tubuh Mumma dingin di sini ..." gigi Zetha bahkan bergemelatukan saat ia berbicara karena suhu udara memang sangat dingin, apalagi masih di musim dingin hendak memasuki awal musim semi. Menyadari Mummanya kedinginan, Zeze segera memeluk pinggang Zetha, lalu dengan tangkas ia membawa wanita yang telah melahirkannya itu berusaha
Tanpa menunggu Zetha dan Sarah menjawab, Zeze telah menghilang seperti kelebatan angin pergi keluar dari ruangan menuju kamar tidur Jonathan. "Papa ..." Zeze merasakan jantungnya berhenti berdebar, tenggorokan tercekat dan udara di sekitarnya seolah tak bertiup, dimana ia hanya bisa mencium samar aroma dari tubuh Jonathan di seantero kamar tidur kakeknya tersebut. Di kamar Zeze, Zetha turut berlari mengejar, sehingga Sarah hanya mampu menggelengkan kepala pada para lelaki di ruangan tamu kamar yang sebelumnya sama-sama merasakan hembusan angin lembut melewati mereka saat Zeze pergi keluar secepat kilat. "Zeze ...mencari Jonathan." ucap Sarah yang bahunya segera di peluk Dimitri, mengajaknya duduk pada sofa. Freyaa semakin menyusupkan wajah ke ceruk leher Luciano yang juga semakin memeluk tubuh bergetar putrinya tersebut karena kembali terisak menangis. Simon dan Pierre gegas menyusul Zetha yang gagal menemukan Zeze dalam ruangan tidur Jonathan. "Mum, biarkan kami yang mencari Ze
Malam begitu sangat hening, hanya terdengar suara deburan ombak yang bagaikan musik alami dari kejauhan.Biasanya akan selalu ada orang berjaga dalam kamar Zeze dan malam ini Simon bersama Pierre di sana sementara Freyaa tidur di sebelah Zeze di atas ranjang. Namun entah kenapa, semakin malam, Pierre dan Simon tak bisa menahan kantuk yang datang tiba-tiba seiring malam semakin bertambah sunyi. Bukan hanya Simon dan Pierre yang terlelap pulas, Zetha dan Luciano yang terbiasa bangun di sepertiga malam untuk berdoa pun nyenyak dalam tidur. Bahkan bayi Lula sama sekali tidak terbangun untuk menyusu atau rewel karena pampersnya penuh. Begitu juga dua ekor serigala di kandang samping kediaman Salvatore, ikut merasakan angin kedamaian, membuat mereka sangat tenang. **Bahu Freyaa berguncang, menahan isak tangis tapi airmatanya mengalir turun ke wajah Zeze yang ia peluk erat di pangkuan. "Freyaa ..." Zeze bergumam, membuka kelopak mata, menatap Freyaa yang memeluk kepalanya sambil menangi
Meski tak turun salju lagi, tapi udara masih sangat dingin, apalagi kediaman Salvatore terletak di dataran tinggi dekat tepi laut.Matahari telah condong ke arah barat, menyisakan cahaya orange keemasan yang sangat megah di atas langit. Pierre merapatkan mantelnya, berjalan sendiri pergi ke makam Jonathan. Sebelumnya ia sudah mengajak Zeze berbincang dimana gadisnya masih belum memberikan respon apa-apa terhadap rangsangan kesadaran yang diberikan oleh Dimitri, Zetha juga Simon serta Ariana. "Mister Johnson ..." Pierre menyapa begitu ia berjongkok di depan makam Jonathan. Pierre masih teringat akan pesan Jonathan ketika di Andorra agar tetap menjadi dirinya sendiri serta tidak 'terlalu' tunduk mengalah terhadap Luca meskipun ia bekerja untuk pamannya Zeze tersebut di organisasi sosial penderita ODHA. "Luca sangat menyayangi Zeze dan ia akan melakukan apapun untuk keponakannya itu." ucap Jonathan berbisik pelan ketika Pierre tersenyum kecut melihat Luca sangat cemburu memandangnya s
Sudah sepuluh hari berlalu sejak kematian Jonathan, kediaman Salvatore akhirnya mulai kembali ceria, meski tetap ada yang rasanya berubah, tak seperti dahulu saat Jonathan masih hidup. Ibrahim dan Mohammad, serta Mike, Mawar beserta kedua anak mereka juga Fajri sekeluarga memutuskan esok akan kembali ke Dubai. Sementara Lucy beserta anak-anak mereka yang lain tetap tinggal di Palermo karena kuatir bayi Lula akan lelah dalam perjalanan. Lagi pula, pernikahan Zeze dengan Pierre, dua bulan lagi masih belum berubah dari rencana. Tentu saja, Lucy tak ingin melewatkan pesta pernikahan keponakannya tersebut. "Sudah sepuluh hari, apakah dia akan baik-baik aja?" tanya Zetha pelan pada Dimitri, setelah ia memeriksa bekas operasi pada tubuh putrinya sudah mengering sempurna. Anne dan Marcio sudah kembali ke Murcia untuk membuat ramuan racun yang baru guna kesembuhan Zeze. "Tadi pagi Daddy sudah coba merangsang kesadarannya, Pierre juga ada di sini mengajaknya mengobrol ...tapi belum