Zeze dan Owen telah berada di kapal yang kembal dijalankan oleh rekan Owen menuju suatu tempat. "Kenapa kita tidak kembali ke kediaman paman? Kita mau pergi kemana?" Freyaa bertanya menoleh pada Veronica dan Zeze yang ia tatap bergantian."Veronica sedang tidak aman bersama paman. Ada orang jahat yang ingin menyakiti Nicca." Zeze menjawab pertanyaan Freyaa yang sekejap menoleh pada Veronica untuk mencari kebenaran perkataan saudarinya. "Bukankah akan lebih bahaya posisi paman jika kita pergi meninggalkannya ..." Veronica berdehem pelan, meraih Freyaa agar duduk ke atas pangkuannya dan menutupi tubuhnya menggunakan selimut. "Maaf. Nanti begitu kita mendarat, Freyaa dan Zeze boleh kembali, hem?" tutur Veronica lembut yang ditanggapi Freyaa menatap lekat ke arah Zeze. "Owen akan membawamu kembali ke kediaman. Aku sudah berjanji akan menjaga Nicca." Zeze memberikan jawaban dari pertanyaan di tatapan mata Freyaa padanya. Usai berkata, Zeze bangkit berdiri menghampiri juru kemudi. Angi
Luca sama sekali tak membiarkan Felix bernapas lega, kembali menarik kerah pakaian saudaranya itu dan melemparkannya ke arah guci keramik mahal Ariana di dalam ruangan kerja Gerardo. Pranggg ...!Suara pecahan guci bergema di dalam ruangan. Luca melompat cepat untuk mengunci tubuh Felix yang meringis mengelus pinggangnya, terkena goresan guci. "Kau bilang pada Mike jika tak mencinta Veronica. Kau menikahinya untuk membalaskan dendam atas kematian Mommy dan Om Joko?!" dengkus Luca menarik bagian depan pakaian Felix yang telah kusut untuk dia bawa berdiri sejajar dengannya. "Kau bukan menyimpan dendam, Felix! Tapi kau adalah pria pengecut yang mencari pelampiasan untuk meluahkan perasaan kecewamu!" analisa Luca tepat sasaran."Kenapa kau begitu sangat emosi hanya karena Veronica? Dia istriku ...jangan bilang kau ..."Jedug! Luca mengadu keningnya dengan kening Felix hingga suaranya seperti retakan pada tulang tengkorak, "Enyahkan pikiran kotormu! Aku berbeda dan tidak seperti yang ka
Sudut bibir Luca tersenyum menyeringai pada Felix, "Tak perlu! Wajahmu jauh lebih lebam dan jelek dariku!" Felix menggetarkan rongga dada dan bibirnya tersenyum kecut menanggapi jawaban Luca. "Hindari Lucy! Jika tidak, ia akan mencecarmu dengan milyaran pertanyaan!" "Kenapa menghindariku?" Lucy baru saja masuk ke dalam ruangan kerja Gerardo, mendengar perkataan Luca pada Felix. Detik berikutnya, Lucy berteriak kencang melihat ruangan kerja Gerardo yang sangat berantakan akibat perkelahian Luca dengan Felix. "Oh, apa yang kalian lakukan di sini? Kalian memecahkan guci mahal Bibi Ariana!" pekik Lucy melihat serpihan guci berserak di lantai berkarpet. File-file dokumen kerja Gerardo di atas meja berserakan juga ternoda darah, entah darah milik siapa karena Felix dan Luca sama-sama terluka memuncratkan darah dari bibir mereka yang pecah terkena tinju. Pun komputer kerja Gerardo terjatuh ke lantai dengan layar pecah luruh. "Hati-hati," Felix menyusul Lucy, memegang telapak tangan adi
Lucy akhirnya melepaskan Felix pergi ke Amalfi meski bibirnya masih merengut manja karena sejak gadis remaja, Lucy selalu ingin bersama-sama dengan Felix. "Jangan cemberut, nanti anakmu mirip denganku, bukan seperti Ibrahim." kelakar Felix seraya memberikan pelukan ke adik perempuan manjanya itu. "Tak apa mirip denganmu. Kau tampan!" Felix tersenyum lembut, menoel puncak hidung Lucy gemas, "Pergilah istirahat. Jangan tinggalkan suamimu tidur sendirian, nanti dia mengambil selir loh." "Kau tak akan membiarkan hal itu terjadi bukan?" Lucy menyahut balas tersenyum menatap netra Felix, kemudian menganggukkan kepala, "Pergilah dan ingat ...bawa Veronica bertemu denganku." Felix menganggukkan kepala, membelai perut Lucy yang masih belum terlihat hamil karena adiknya tersebut memakai gaun panjang. "Jaga kesehatanmu dan juga keponakanku di dalam sini. Sampaikan rinduku pada semua keponakanku yang lainnya." "Ku harap istrimu juga segera hamil." tutur Lucy tulus dan ia sangat yakin Felix
Setelah memastikan kandungan Veronica baik-baik saja dan mendapatkan stok vitamin yang cukup, kini Zeze, Freyaa dan Veronica telah sampai di Budapest, Hongaria. "Kenapa kita tidak pulang saja ke Palermo?" Freyaa kembali bertanya pada Zeze dan Veronica yang ia pandangi tak mengerti. "Karena kita harus menjauh dari keluarga besar Salvatore." Zeze yang terus menjawab keluhan dan pertanyaan Freyaa, sedangkan Veronica hanya tersenyum menganggukkan kepala menyetujui jawaban yang dikatakan Zeze. "Pergilah mandi air hangat bersama Nicca, malam ini kita menginap di sini." Zeze mengalihkan fokus Freyaa agar tidak lagi banyak bertanya hal lainnya. "Mari," Veronica mengulurkan tangan dan hendak menggendong Freyaa untuk ia ajak ke kamar mandi bersama. "Eyaa sudah besar, tidak mau digendong lagi." tolak gadis kecil itu menggelengkan kepala yang kemudian matanya menatap ke arah perut Veronica, "Kapan adikku akan lahir? Apakah dia perempuan atau laki-laki? Apakah nanti aku boleh bermain dengannya
Zeze beringsut turun perlahan dari ranjang, berjalan cepat menuju kamar mandi untuk muntah. "Zee ..." Veronica memanggil Zeze yang terpergok sedang muntah darah berwarna kehijauan di wastafel dalam kamar mandi.Sebenarnya Veronica kesulitan untuk tidur, pikirannya melayang mengingat Felix juga merindukan pelukan hangat pria itu yang akan selalu memeluknya sampai tertidur. Terlepas dari alasan Felix ingin membalas dendam, hati keclnya tetap peduli pada Veronica. "Kau ...sakit?" tanya Veronica terbata juga terkejut ketika matanya sempat melihat warna muntahan Zeze yang tak biasa, segera di bilas gadis muda itu dengan air. Veronica memijat tengkuk Zeze yang masih mengeluarkan gumpalan darah berwarna kehijauan lumut di wastafel. Seteah Zeze berkumur, Veronica segera menuntunnya kembali ke kamar, mendudukkannya pada sofa dan mengambil air minum hangat. "Wajahmu pucat. Apa yang terjadi? Apakah malam kemarin itu kau terluka ketika berkelahi?" cecar Veronica merasa sangat bersalah. Zeze
Alfred sudah melayangkan lengannya naik ke atas hendak memberikan tamparan keras ke wajah putranya yang selalu saja membuat ulah, tetapi terhenti seketika setelah mendengarkan perkataan Arkada. "Aku menyuntikkannya pada keponakan Felix Salvatore!" "Apa kau bilang? Kau menyuntikkan The Queen ke keponakan Felix Salvatore?" tatapan mata Alfred langsung berubah licik menatap Arkada lekat-lekat. Arkada menganggukkan kepala dan mulai menceritakan awal mula dia menyuntikkan The Queen ke pinggang Zeze yang sebenarnya ia ingin suntikkan pada Veronica. "Dimana gadis itu sekarang?" Edward yang bertanya, Mister Meyer dan Alfred memandang Arkada, sangat penasaran."Aku tidak tau. Dia jarang terlihat dimana-mana. Aku mengetahui ia keponakan Felix setelah melihatnya akrab dengan Veronica dan mencari tahu tentang gadis itu." sahut Arkada sembari menganggukkan kepala pada ketika pria berpengaruh di depannya. Edward menoleh saling bertukar kata dalam pandangan dengan Alfred dan Mister Meyer. "Kena
Erika masih menggenggam ponsel di tangannya, tanpa sadar telunjuknya menekan tombol panggilan. "Tak akan ada yang bisa menyelamatkanmu dariku! Cukup patuh saja padaku, aku akan memuaskanmu!" bisik Arkada yang telinganya mendengar nada panggilan berasal dari tangan Erika yang semakin ia desak ke dinding. Bibir Arkada menyeringai sinis ketika nada panggilan di ponsel Erika berhenti, "Tak perlu jual mahal! Harusnya kau beruntung karena aku memilihmu untuk ku cumbui!" Arkada semakin memajukan wajahnya hendak mencium bibir Erika, namun gadis muda itu melengos ke samping, sehingga ciuman Arkada mendarat pada pipinya. Melihat penolakan Erika, Arkada semakin beringas menciumi leher Erika juga meremas kasar gunung kembarnya, "Mendesahlah, Erika! Nikmati permainanku atau kau akan merasakan kesakitan!" Erika memejamkan kelopak matanya, berusaha menahan napas dimana tubuhny dikunci oleh Arkada, sama sekali tidak bisa bergerak meronta. "Hupits ...maaf!" jerit hati Erika sedih. Arkada sudah
Tubuh Zeze mematung dan tangannya masih terulur ke depan, pupilnya melebar melihat tubuh pria yang meledak di depannya.'Bunuh dan darah' Apakah ini maksud dari telepati Selena yang dihembuskan ke benak Zeze?Felix yang menyanggah tubuh Zeze dari belakang tidak kalah syok dari keponakannya. Meskipun Knox adalah pengawalnya, Felix menyayangi Knox, Hansel dan Quince sudah seperti saudara, sama dengan perasaannya terhadap Hvitserk, John, Jose juga para anak buahnya yang setia lainnya. Setelah tubuh pria meledak, suasana menjadi hening selama beberapa saat. Sampai mereka dikejutkan oleh teriakan Hansel dari arah jalanan. Quince mengemudi kemudi sedangkan Hansel duduk di atas atap mobil jenis hardtop. Hansel mengacungkan sesuatu di tangannya, jemarinya terlihat seperti mencengkeram rambut pada kepala. Kelompok Randall bersama anak buahnya mengikuti mobil yang dikemudikan Quince dari belakang, mengendarai mobil sejenis juga ada sedan dan kendaraan roda dua. "Kenapa kalian lambat sekali
Zeze yang sudah kehilangan berat badan, bisa berlari cepat dan kini melentingkan tubuhnya seperti pegas untuk meloncat meraih jaring tali yang masih tergantung dari jet pemburu.Tetapi jet pemburu tentu tahu niat Zeze, sang pilot segera berputar balik, hanya saja karena sudah terlalu rendah, pilot kesulitan untuk naik apalagi bagian ekor ditembaki Jonathan, Luciano dan Dominic.Jet terpaksa berbelok menuju hutan. Saat itulah Zetha mengayun dan melontarkan tubuhnya sekuat tenaga untuk menjangkau jaring tali."Mummaaa ...!" Zeze memekik pilu.Jarak jaring semakin jauh, Zetha akan jatuh dari ketinggian, dipastikan mendarat pada halaman belakang. Sudah sangat terlambat bagi Zeze untuk meloncat menyelamatkan Zetha.Semuanya syok mendengar teriakan Zeze. Luciano menggemeretakkan rahang, menembaki prajurit di depannya. Pun juga Jonathan, Dominic yang menguarkan aura dingin layaknya pemimpin, kini ia bergerak melindungi Lucian
Melihat Zetha keluar dari kediaman, terdengar suara berkata lantang menggunakan pengeras suara di udara, "Tangkap hidup atau mati semua wanita keluarga Salvatore!"Sinar bulat menyilaukan menyinari Zetha dan Luca dari jet pemburu di udara setelah perintah diucapkan lantang.Para pemburu bayaran yang berada di halaman depan kediaman dan para prajurit mengarahkan tembakan beruntun ke arah Zetha dan Luca yang bergerak lincah menghindari hujan peluru menggunakan papan baja pagar samping pintu masuk kediaman, yang dicabut Zetha. "Knox tak akan bisa bertahan lama, bawa Zeze dan Freyaa ke halaman samping." Zetha berbisik pada Luca sembari melindungi adik lelakinya itu agar bisa pergi ke tempat Zeze yang masih terbaring lemah di atas rumput dan kepalanya pada pelukan Freyaa. Luca melirik ke arah Zeze dan Freyaa. Ada Luciano, Jonathan dan Dominic serta Ubba juga Megan melindungi keduanya selain Knox. Felix bertarung mati-matian melawan sekelompok prajurit bersama Keanu dan anak buah Owen. L
Sudut bibir Zeze semakin melengkung naik, kedua netranya pun menyala terang, menatap lekat pria berpakain ninja di depannya yang sebelumnya mencekik lehernya. Meskipun tidak melihat, Zeze tahu posisi Knox sedang terjepit di belakang punggungnya. Gadis itu mempertajam pendengarannya, semua anggota keluarganya berada di dalam rumah, hal ini sedikit membuat perasaannya tenang. Kecuali sepasang mata biru jernih yang sangat tajam, mengintip di balik tirai jendela kamar Jonathan-Papa mereka. Zeze sebelumnya melakukan totokan pada Simon agar tidak terbangun ketika memberikan kecupan ke pipi saudaranya itu, tetapi tidak melakukannya pada Freyaa yang ia pikir adik perempuannya tersebut kebluk yang suka tidur. Zeze lupa jika tengah malam adalah waktunya Freyaa terbangun dari tidurnya untuk pindah tempat masuk ke kamar Veronica."Bukankah tindakan kalian terlalu berlebihan? Kalian mengepung seorang gadis dan memisahkannya dari pasangan kencannya ..." Zeze berkata dingin, tidak melanjutkan per
Meskipun pendengaran Jonathan sangat sensitif, namun ternyata Zeze jauh lebih bisa mendengar dari jarak yang sangat jauh juga ia merasakan firasat akan terjadi sesuatu di kediaman Johnson. Zeze masih belum tahu jika insting serigala dalam dirinya semakin beradaptasi setiap kali gadis itu mengolah napas mengendalikan diri untuk meredam hasrat liar racun yang ingin 'kawin'. Setelah keluar dari kamar Jonathan, Zeze naik ke atas atap kediaman, memperhatikan sekelilingnya yang sunyi. Tangannya terbuka ke atas, titik-titik salju turun dan membuat telapak tangannya memuth segera. Dari jauh terdengar lolongan serigala. Zeze bukan Freyaa yang bisa mengerti arti lolongan binatang, tetapi ia merasakan jika lolongan itu seakan memberitahunya agar waspada. Mengikuti instingnya, Zeze meloncat turun dengan sangat cepat dari atas atap, berlari menuju hutan hingga telinganya mendengar suara senapan disiagakan. Zeze segera memanjat naik ke atas pohon untuk bersembunyi sekaligus memperhatikan sekeli
Matahari sudah hampir condong ke arah barat, saat Arman keluar dari kantor dewan kota Amalfi, melaporkan tentang latihan kemiliteran pertahanan yang ia dan pasukannya lakukan kemarin siang di sekitar kediaman Felix tanpa mengungkapkan identitas sahabatnya itu ke dewan kota.Seharusnya memang tidak ada jejak sama sekali, pasukan Arman dan Felix tak menyisakan satu orang pun yang hidup dari prajurit, tamu tak diundang untuk misi menghabisi Felix dan Effren. Anak buah Arman mengumpulkan semua tubuh prajurit di dalam rumah Felix, bersama dengan Mister Meyer dan Mister Alfred, kemudian meledakkan kediaman mewah tersebut.Sedangkan Edward Suter dikirim ke Siniy Dom, Nyaksimvol, rumah sakit pribadi milik Dimitri Severe menggunakan penerbangan pribadi atas permintaan Felix. "Tuan ..." Arsha menyambut Arman di halaman kantor dewan kota, membukakan pintu mobil bagian tengah untuk majikannya tersebut. Lalu ia duduk pada posisi pengemudi. "Katakan, ada apa?" Arman sudah sangat paham dari melih
“Apa yang kau lakukan sendirian di sini?” Selena menghampiri Freyaa yang duduk sendiri di teras samping.Mata Freyaa terlihat seperti memperhatikan anak serigala yang bermain berlari-lari di rerumputan bersalju seperti anak anjing, tetapi sebenarnya gadis kecil itu memandang kosong ke luar jendela kaca di depannya.Zeze diajak Luca pergi keluar setelah mereka semua sarapan pagi, sementara Dominic yang biasanya akan menemani Freyaa bermain, ada meeting harus pemuda itu lakukan secara online karena sudah beberapa hari tidak bekerja.Simon sedang berkutat melakukan uji coba racun dan serum dari darah Freyaa dalam ruangan khusus bersama Zetha dan Michele. Sedangkan Owen dan kelompoknya membersihkan salju yang masih ada di atas atap serta sekitar kediaman Johnson.Felix malah masih terlelap di kamarnya, bangun hanya untuk sarapan, lalu ia tidur lagi. Sejak kepergian Veronica waktu itu dari Amalfi, Felix hampir tidak merasakan tidur nyenyak. Sekarang setelah bertemu dengan istrinya tersebut,
"Kau sudah pulang." Deristi yang baru memejamkan kelopak matanya memutar tubuh menghadap Effren begitu hidungnya mencium aroma khas suaminya itu. "Uhmm." Effren bergumam pendek kemudian melabuhkan ciuman ke bibir Deristi untuk ia lumat pelan. Sebenarnya Deristi tidak bisa tidur. Seharian ini Effren tidak menghubunginya, ia merasa ada sesuatu yang terjadi. Firasat istri memang sangat kuat. "Apakah Felix baik-baik aja?" Deristi masih memejamkan mata, melabuhkan wajah ke depan dada telanjang Effren yang membelai belakang kepala hingga punggungnya. "Ya. Felix baik-baik aja. Kau tidak bisa tidur?" Gegas Deristi membalikkan tubuhnya membelakangi Effren, "Bisa, bisa tidur. Kau juga cepatlah tidur!" Deristi sudah sangat paham makna dalam pertanyaan Effren. Dia bisa-bisa di sate bolak balik sampai pinggang encok dan suara parau sama suaminya itu jika ia menjawab tak bisa tidur. Effren terkekeh geli melihat Deristi yang membelakanginya, perlahan ia sisipkan lengan ke bawah bantal kepala i
"Siapa mereka?" tanya Zeze masih memperhatikan layar monitor Luca di depan mereka, menampilkan ledakan demi ledakan dalam laut juga di udara. "Pasukan setan." "Pasukan setan?" Zeze mengulang perkataan Luca, menaikkan alis menoleh pada paman tampan di sebelahnya itu. Luca memang tidak pernah menahan kata-katanya, bahkan di depan Zeze. Kali ini pun ia terkekeh, membelai pipi lembut Zeze yang tirus. "Setan itu jelek, suka mengganggu dan membuat masalah. Bukankah mereka memakai topeng, mengganggu Paman Felixmu di siang hari begini? Jadi mereka adalah pasukan setan!" "Owh." Zeze ber'oh' menganggukkan kepala, mengerucutkan bibirnya sedikit maju, kembali mengingat para pasukan yang sebelumnya mengeroyok kediaman Felix, tetapi kini tubuh mereka semuanya jatuh bergelimpangan di tanah. Pun kapal selam serta jet tempur mereka bisa disabotase oleh Luca, membuat kapal-kapal selam dan jet-jet tempur pemburu tersebut hilang kendali sebelum diledakkan. "Mumma dan Mommy Cella ketika menjalankan