Ayuk boom komentar dan jangan lupa vote ya :D Terima kasih & i love you!
"Selena ...!"Mobil Felix belum berhenti sempurna, tapi Veronica sudah melompat turun dan berlari ke arah tenaga medis yang hendak memasukkan brangkar membawa Selena ke dalam ambulance untuk dibawa pergi ke rumah sakit setelah diberikan penanganan darurat. Bibir Selena tersenyum tipis, menyingkirkan nebulizer yang membantu pernapasan sesaknya, mengulurkan tangan meraih telapak tangan Veronica yang langsung menggenggamnya erat. "Kakak ...maaf, aku tidak bisa menyelamatkan para chef kita." Selena memang sedang berada di area bartender bersama Keanu sewaktu mendengar suara ledakan di dapur restoran. Ada lima chef yang sedang bekerja di dapur, tiga orang tewas terpanggang oleh ledakan gas, dua orang lainnya berhasil diselamatkan oleh Selena.Namun gedung restoran ambruk, Selena bersama dua orang chef hampir tertimpa tiang dan atap yang jatuh. Akibatnya mereka menjadi terkunci tidak bisa membuka pintu keluar dari area dapur yang tertutup puing.Keanu dan karyawan restoran berhasil meng
Di kediaman Felix, Zeze baru saja turun dari pohon, memetik banyak buah lemon bersama pelayan, untuk nanti diolah menjadi selai. "Zee, ada semut berdempetan!" Freyaa berteriak dengan suara sangat pelan mengibaskan telapak tangan agar saudarinya itu datang mendekat. "Aku sudah melihatnya sejak tadi, mereka terus berduaan!" tambah Freyaa sembari menunjuk dua ekor semut hitam berukuran besar sedang terlihat menyatu di dahan daun lemon. "Oh itu mereka sedang kawin." Zeze memberitahu asal pada Freyaa. Susie yang sedang mengumpulkan lemon ke dalam keranjang bersama pelayan, mengerutkan keningnya menahan senyum melirik Zeze yang sering berkata ceplos pada Freyaa. Sedangkan para pelayan menggigit bibir mereka masing-masing agar tidak meledakkan tawa. Sejak ada Zeze dan Freyaa, kediaman Felix tidak lagi sepi, dingin dan kaku seperti di Cape Town. Sepanjang hari, ada saja tingkah lucu menggemaskan dari Zeze dan Freyaa. Gelak tawa mereka yang melengking ceria, membuat para pelayan ikut senyu
Ketika Aghna terhuyung mendengar perkataan Felix kecelakaan, Freyaa langsung meluncur dari gendongan Mammina-nya itu, berlari mengejar Sandi yang menuju garasi mobil. "Freyaa?!"Sandi terkejut melihat Freyaa telah naik, duduk pada kursi penumpang dan mencoba menarik sabuk pengaman yang sulit dia lakukan, sementara pintu di sampingnya masih belum ia tutup."Eyaa mau bertemu paman!" ucap Freyaa menoleh dengan tatapan serius juga sangat tajam pada Sandi yang akhirnya menganggukkan kepala, membantu menarik sabuk pengaman ke depan tubuh gadis kecil mereka itu juga menutup pintu mobil. Baru saja mobil yang dikemudikan Sandi keluar dari halaman, ponsel dalam kantung celananya berdering, "Ya. Freyaa ada bersamaku. Jangan kuatir." Sandi langsung memberikan jawaban pada Susie yang menghubunginya. Sandi menoleh sekilas pada Freyaa yang menatap lurus tidak berkedip ke arah depan. Sandi seolah diingatkan pada kecilnya Zetha yang terlihat sangat menakutkan ketika serius. Di tempat lain, Alfred M
Keanu masuk ke dalam ruangan perawatan Selena, membawa tentengan makanan juga camilan kesukaan istrinya itu. "Pergilah. Malam ini aku akan berjaga di sini." ucap Keanu sembari menganggukkan kepala pada Felix, lalu ke Veronica. "Uhm, kabari aku kalau Selena sudah bangun." Veronica tidak punya alasan lagi menolak ajakan Felix pergi makan malam. Lagipula Veronica juga perlu menjaga kedekatannya dengan Felix agar ia bisa menguak tujuan pria tampan itu menikahinya. Felix menarik Freyaa di sofa yang telah menghabiskan puding susu ke gendongannya dan gadis kecil tersebut melambaikan tangan pada Keanu yang juga balas melambai sambil tersenyum tipis. Freyaa sama seperti Zeze, mereka tak akan bisa dekat dengan seseorang jika orang tersebut tidak memiliki hati yang tulus. Begitu mereka tiba di lorong rumah sakit, "Tunggu sebentar, ada yang perlu ku lakukan." ucap Felix menoleh pada Veronica, hendak menyerahkan Freyaa di gendongannya. Veronica langsung menggamit lengan Felix, "Aku ikut den
Veronica masih memakai jubah handuk tanpa apapun di dalamnya. Ia terkejut mendapatkan serangan dari Felix yang sama sekali tidak terprediksikan. Tubuh Veronica di desak ke dinding, bibirnya dirampas dengan paksa terbuka oleh Felix yang langsung melesakkan lidah panasnya masuk. Samping leher Veronica dicengkeram kuat dan pinggang rampingnya Felix jerat dengan lengan kaku sampai Veronica tidak bisa berkelit sedikitpun. Felix sudah tidak memakai atasan, tubuhnya panas membara, pun lidahnya, terus melumat bibir Veronica yang kesulitan memberikan balasan, "Kau milikku dan hanya boleh menciumku!" Veronica sama sekali belum tahu jika Felix menciumnya bercampur hasrat dan dendam bergemuruh juga keinginan licik agar istrinya itu jatuh cinta padanya. Jatuh cinta, sehingga Felix bisa membalaskan dendam kehilangannya pada Veronica. "Felix," Felix mengangkat tubuh langsing Veronica naik ke gendongan dan membawanya ke ranjang besar mereka di tengah ruangan. "Tunggu, Felix ..." Veronica berus
Felix baru tiba di Cape Town dan ponselnya juga baru diaktifkan ketika panggilan telpon dari Aghna sudah memberondongnya dengan pertanyaan. "Kau meninggalkan Veronica yang baru kau nikahi di rumah, kenapa? Bukankah kalian bisa melakukan bulan madu di Cape Town dan ku rasa itu tak akan mengganggu pekerjaanmu!" "Hanya untuk dua hari, Sis. Tolong, nanti ajak Veronica berbelanja baju dan keperluannya ..." Belum selesai perkataan Felix, Aghna sudah memotongnya cepat, "Oh, kau bahkan belum membeli keperluan istrimu? Apa yang kau lakukan dan inginkan sebenarnya, Felix?""Jangan bilang kalian menikah kontrak!" tambah Aghna sinis. Degh! Darah dalam tubuh Felix seketika berdesir mendengar tebakan saudarinya. Meskipun Felix akhirnya menikahi Veronica secara resmi bukan pernikahan kontrak seperti rencana awalnya, tapi tetap saja, Felix merasa dikuliti oleh perkaaan Aghna. Setelah mematikan sambungan telpon dengan Aghna, Felix menoleh pada Hvitserk, "Retas komputer kerjaku di kediaman, lalu h
Setelah mengurus pekerjaannya bersama Hvitserk serta meeting mendadak dengan para staff perusahaan, Felix pergi ke rumah sakit untuk menengok keadaan Billy. "Responnya lemah, beberapa kali kehilangan kesadaran. Tapi setiap tersadar, ia berteriak memanggil nama Felix." sang perawat pria bertutur pada Felix, menceritakan keadaan Billy. Felix menggenggam telapak tangan Billy yang tidak terdapat selang infus, mendekatkan wajah ke telinga asistennya itu, "Billy, ini aku, Felix. Apa kau bisa mendengarku?" Beberapa kali Felix mencoba memanggi Billy yang tidak memberikan respon. Kini mereka hanya tinggal berdua dalam ruangan. Hvitserk dan Bobby berjaga di depan pintu. "Aku akan mengirimmu ke Nyaksimvol. Kau harus pulih untukku, mengerti?!" Felix membisikkan rencananya ke telinga Billy. Bagaimanapun, Billy sudah seperti Hvitserk bagi Felix, bawahan yang paling loyal juga sangat ia percayai. Tiba-tiba jemari Billy bergerak, Felix segera menggenggamnya erat, "Hei, ini aku, Felix. Kau mende
Sesudah keadaan Billy sedikit stabil, Felix langsung meminta team medis rumah sakit untuk mendampingi tangan kanannya itu pergi rumah sakit milik Dimitri Severe di ke Nyaksimvol, Rusia. Rumah sakit milik Dimitri Severe tersebut memiliki tenaga medis yang sangat handal juga terbaik yang pernah ada di dunia. Bahkan Zetha, saudari perempuannya Felix adalah murid kesayangannya Dimitri yang diberi gelar sebagai Dokter Tangan Tuhan oleh dunia medis. Karena sudah tidak terhitung banyak manusia sekarat yang berhasil diselamatkan oleh Zetha. Zetha masih berada di Jerman, mendampingi Simon. Tetapi Felix yakin, keadaan Billy bisa membaik jika ditangani oleh team medis Siniy Dom-rumah sakit pribadi milik Dimitri Severe disebut. Felix dan Hvitserk juga Bobby tiba di kediaman Felix dekat pinggiran laut Cape Town, tepat tengah malam dikawal pengawalan ketat mengiringi. "Tuan Muda ..." Gary, kepala pelayan kediaman membukakan pintu masuk menyambut kedatangan Felix dan Hvitserk. "Siapkan makanan,
"Sister ...!" Felix berteriak terkejut mendapati ruangan tengah kediamannya terang benderang, ada tujuh ranjang portable tersusun dengan tubuh anak buahnya di atasnya, sementara Zetha dan Simon masih belum selesai melakukan operasi darurat mengeluarkan peluru dari John.Hvitserk sudah dipindahkan ke dalam ruangan perawatan yang dijaga oleh ketat beberapa pelayan wanita.Luciano, Billy yang sudah terbiasa melihat tindakan perawat di rumah sakit Siniy Dom, Nyaksimvol, Rusia, serta para pelayan lainnya di kediaman ikut membantu membebat lengan, perut, menghentikan pendarahan para anak buah Felix yang terluka menunggu giliran ditangani oleh Zetha dan Simon,Charles di bagian dapur tidak bisa diam. Ia memerintahkan pelayan bawahannya menyiapkan bubur, minuman serta makanan besar untuk Zetha, Luciano, Simon serta Felix, juga pria itu bolak balik memastikan air hangat serta kain lap tersedia untuk membantu melancarkan pekerjaan Zetha serta Simon.&
"Kau pemlik gallery lukisan!" Felix masih ingat lukisan yang ia pinta John membelinya untuk di dalam ruangan kerja Veronica memiliki kamera tersembunyi. Felix sebenarnya sudah pernah bertemu dengan pria pemilik gallery lukisan tersebut yang mengadu tentang perusahaan supplier milik keluarganya terancam bangkrut karena Alfred Mussolini terus meminta upeti.Sang pria sudah berdiri, membungkukkan tubuhnya hormat pada Felix, "Ikutlah denganku, maka keponakan Anda akan aman." Entah berapa banyak informasi yang didapatkan oleh pria di depannya, tapi bibir Felix menyeringaikan senyuman tipis dengan tatapan berkilat kejam memindai sang pria pemilik gallery lukisan."Kau tau tentang keponakanku?" pancing Felix seraya tersenyum seakan mengendorkan kewaspadaannya. "Keponakan Anda menjadi inang racun The Queen. Bukankah Anda sedang mencari keberadaannya saat ini?" jawab sang pria ditanggapi anggukan samar Felix. "Racun dalam tubuh Anda bisa memanggil inang The Queen kembali. Karena itu Anda h
Felix berhasil menarik tubuh besar Hvitserk keluar dari mobil dan membawanya menjauh sebelum van meledak dengan api membubung tinggi. "Perintahkan yang lain menangkap mereka semuanya, Knox! Jangan ada satupun yang lolos!" titah Felix pada Knox yang sudah melompat melindungi bosnya itu dari tembakan dengan membidik tepat sasaran menjatuhkan anak buah Alfred yang bersembunyi di dalam gedung, atas atap serta gang-gang gelap. Tangan Hvitserk menggapai mencengkeram bagian depan pakaian Felix yang memeluknya, "Temukan istrimu sebelum Edward membunuhnya dalam kecelakaan." "Simpan tenagamu, jangan banyak bicara!" Felix berusaha memapah Hvitserk menuju mobilnya. "Edward, dia adalah sepupunya Veronica dan pria itu ingin istrimu mati dalam kecelakaan." Hvitserk tidak menghiraukan teguran Felix, ia tetap menyampaikan info dengan lancar dalam satu tarkan napasnya sebelum semuanya terlambat. Felix membolakan netranya memandang Hvitserk yang menggerakkan kepala membuat anggukan dan susah payah
"Mister Salvatore ..." Lorenza menyentuh lembut lengan Felix, karena tiba-tiba bos tampannya itu terdiam setelah mendengar perkataannya. "Aku harus pergi. Jaga dirimu, Lo!"Felix bangkit berdiri dari duduknya, menoleh sekilas pada Lorenza ketika mengucapkan perkataannya, kemudian beralih menatap lurus ke netra Hvitserk yang reflek mengikuti bangkit dari kursinya dengan tetap tidak melepaskan lengan dari pinggang Erika. "Arkada menyuntikkan racun modifikasi pada Zee," bisik Felix ke Hvitserk yang refleks mengeratkan pelukan lengannya ke pinggang Erika. Erika tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi melihat wajah tegang Felix dan Hvitserk yang semakin mengeratkan lengan, gadis itu tdak banyak berkata, refleks mengikuti Hvitserk. "Ku pikir kalian sibuk menggoda wanita, tak akan pernah tau jika Zeze sedang kritis!" sebuah suara bergema masuk melalui headset mini dalam telinga Felix dan Hvitserk. "Ku pikir kau mencintai Veronica ..." ejek Luca terdengar sinis di telinga Felix. San
Mengetahui Zeze pergi menghilang membawa Veronica dan Freyaa bersamanya, Zetha, Luciano Sky dan Simon langsung meninggalkan pekerjaan mereka pada team dokter Siniy Dom, terbang menggunakan jet tempur menuju Amalfi membawa Billy, asisten Felix. Bagaimanapun, Zetha dan Luciano berharap, Freyaa yang jenius bisa meninggalkan 'pesan' diam-diam untuk mereka di kediaman Felix. Zetha dan Lucano hanya tidak menduga, Freyaa sama sekali belum mengetahui keadaan Zeze yang keracunan. Jika tidak, tak mungkin gadis jenius itu tidak akan bertindak meninggalkan remah nasi agar ditemukan oleh Luca, Simon, dan kedua orangtua mereka. "Apa kau tak bisa makan lagi? Ada apa denganmu? Kenapa kau masuk anginnya lama sekali?!" Freyaa menghampiri Zeze yang duduk termenung di balkon kamar, menatap kegelapan malam yang sengaja gadis itu matikan beberapa lampu, membuat cahaya sangat redup.Sebelumnya Zeze meninggalkan Freyaa dan Veronica di meja makan dengan alasan buang air. namun sebenarnya memuntahkan cairan
"Owh ...?!" telinga Arkada masih mendengar gumaman Hvitserk yang seolah pria itu maklum karena ada anak buahnya mengelilingi. Tapi ...Arkada si pemuda sombong lagi picik yang hanya peduli akan kebutuhan sela pahanya, sama sekali tidak menduga jika akan mendapat serangan secepat kilat dari Hvitserk.Hvitserk memberikan totokan ke urat nadi Arkada, menjalar ke siku bagian dalam dan pundaknya serta leher samping yang mengantarkan dorongan sesak ke rongga dada Arkada karena pasokan oksigen seakan terhenti selama beberapa detik sehingga otomatis genggamannya pada jemari Erika terlepas begitu saja. "Kau?" bibir Arkada berdesis emosi melihat Erika mengulum senyum memandang Hvitserk, dimana pinggang gadis itu sudah berada dalam rangkulan lengan Hvitserk. "Aku apa?" ejek Hvitserk menyeringaikan senyum sinis, "Sudah ku peringatkan, jangan coba-coba mendekati wanitaku. Ini kedua kalinya kau ku lepaskan, tapi tidak untuk ketiga kali!" tambah Hvitserk seraya membawa Erika pergi dari hadapan Ar
"Fells? Ada apa?"Hvitserk yang sedang memperhatikan para artis di agency Mussolini memberikan pertunjukan penyambutan untuk para tamu di atas panggung, merasakan firasat tidak nyaman, langsung menoleh pada Felix di sebelahnya. "Perhatikan sekeliling, segera tangkap Ivar dan Bobby begtu mereka menampakkan diri." ucap Felix dengan nada bergetar sembari satu telapak tangan menekan dada kirinya yang terasa sangat sesak. Sebuah firasat juga dirasakan oleh Felix. Firasat yang membuatnya kesulitan bernapas sehingga harus menekan dadanya sedikit lebih kuat. "Kau ...kau kenapa? Apakah ada sesuatu dalam minuman itu?" Hvitserk mengerutkan keningnya kuatir melihat reaksi wajah Felix yang terlihat sedikit pucat. Felix menggelengkan kepalanya samar, "Fokus pada apa yang ku sebutkan tadi."Beberapa saat lalu, ketika Hvitserk sedang asyik mengedarkan pandangannya memindai para artis Mussolini, mencari keberadaan Erika yang sudah berjanji jika malam ini adalah hari terakhirnya ia berada di bawah
Luca kembali memutar ulang rekaman dari bandul kalung Zeze, "Aku keracunan dan tidak berselera makan ..." keningnya semakin berkerut dalam. Siapapun di keluarga Salvatore tahu jika Simon, Zeze dan Freyaa menuruni bakat kedua orangtua mereka, Zetha dan Luciano Sky yang kebal terhadap berbagai jenis racun. Namun kini, Zeze keracunan. Luca bisa memastikan itu bukanlah racun biasa yang alami melainkan sudah dimodifikasi. "Racun apa yang bisa membuat darahmu tercemar dan kekebalan tubuh kalian hancur?" Luca mengirimkan pesan pada Simon yang sudah berulang kali menghubungi Zeze, tetapi tidak tersambung. "Racun yang sudah dimodifikas dengan darah murni seperti penelitian Efka Reager dahulu." balas Simon menghubungi Luca dengan panggilan video, "Paman bisa menghubungi Zeze? Didi dan Mumma sudah menelponnya, tapi ponselnya tidak aktif." Sudah menjadi kebiasaan bagi Luciano akan menghubungi kedua putrinya setiap hari, entah sedang berada dimanapun ia, Zetha dan Simon berada. "Zeze bersama F
Hvitserk sudah menyiapkan tempat tinggal pribadinya di luar kediaman Felix, kini pria itu membawa Erika ke apartemen pribadinya tersebut. "Ini, tempat tinggalmu?"Erika mengikuti Hvitserk memasuki ruangan apartemen type studio yang hanya memiliki satu ruang kamar tidur menghadap laut tenang jauh dari hiruk pikuk peselancar ataupun pantai penuh turis. "Ya. Kau bisa tinggal di sini." Hvitserk yang berada di depan Erika menjawab cepat, lalu menoleh ke belakang, menangkup wajah Erika yang kini tepat berada di depannya tersebut dengan kedua tangan, "Arkada tidak akan tinggal diam sampai pria bajingan itu melecehkanmu." Erika bukan tipikal wanita yang mudah percaya pada pria, tetapi kini hatinya merasa nyaman tanpa keraguan pada Hvitserk yang sudah menarik satu pergelangan tangannya, membuka satu-satunya pintu kamar dalam unit apartemen tersebut. Melihat tatapan ragu dari Erika yang bahasa tubuhnya juga jelas terlihat sangat kikuk, Hvitserk memegangi kedua pundak gadisnya, "Aku tidak t