Keanu masuk ke dalam ruangan perawatan Selena, membawa tentengan makanan juga camilan kesukaan istrinya itu. "Pergilah. Malam ini aku akan berjaga di sini." ucap Keanu sembari menganggukkan kepala pada Felix, lalu ke Veronica. "Uhm, kabari aku kalau Selena sudah bangun." Veronica tidak punya alasan lagi menolak ajakan Felix pergi makan malam. Lagipula Veronica juga perlu menjaga kedekatannya dengan Felix agar ia bisa menguak tujuan pria tampan itu menikahinya. Felix menarik Freyaa di sofa yang telah menghabiskan puding susu ke gendongannya dan gadis kecil tersebut melambaikan tangan pada Keanu yang juga balas melambai sambil tersenyum tipis. Freyaa sama seperti Zeze, mereka tak akan bisa dekat dengan seseorang jika orang tersebut tidak memiliki hati yang tulus. Begitu mereka tiba di lorong rumah sakit, "Tunggu sebentar, ada yang perlu ku lakukan." ucap Felix menoleh pada Veronica, hendak menyerahkan Freyaa di gendongannya. Veronica langsung menggamit lengan Felix, "Aku ikut den
Veronica masih memakai jubah handuk tanpa apapun di dalamnya. Ia terkejut mendapatkan serangan dari Felix yang sama sekali tidak terprediksikan. Tubuh Veronica di desak ke dinding, bibirnya dirampas dengan paksa terbuka oleh Felix yang langsung melesakkan lidah panasnya masuk. Samping leher Veronica dicengkeram kuat dan pinggang rampingnya Felix jerat dengan lengan kaku sampai Veronica tidak bisa berkelit sedikitpun. Felix sudah tidak memakai atasan, tubuhnya panas membara, pun lidahnya, terus melumat bibir Veronica yang kesulitan memberikan balasan, "Kau milikku dan hanya boleh menciumku!" Veronica sama sekali belum tahu jika Felix menciumnya bercampur hasrat dan dendam bergemuruh juga keinginan licik agar istrinya itu jatuh cinta padanya. Jatuh cinta, sehingga Felix bisa membalaskan dendam kehilangannya pada Veronica. "Felix," Felix mengangkat tubuh langsing Veronica naik ke gendongan dan membawanya ke ranjang besar mereka di tengah ruangan. "Tunggu, Felix ..." Veronica berus
Felix baru tiba di Cape Town dan ponselnya juga baru diaktifkan ketika panggilan telpon dari Aghna sudah memberondongnya dengan pertanyaan. "Kau meninggalkan Veronica yang baru kau nikahi di rumah, kenapa? Bukankah kalian bisa melakukan bulan madu di Cape Town dan ku rasa itu tak akan mengganggu pekerjaanmu!" "Hanya untuk dua hari, Sis. Tolong, nanti ajak Veronica berbelanja baju dan keperluannya ..." Belum selesai perkataan Felix, Aghna sudah memotongnya cepat, "Oh, kau bahkan belum membeli keperluan istrimu? Apa yang kau lakukan dan inginkan sebenarnya, Felix?""Jangan bilang kalian menikah kontrak!" tambah Aghna sinis. Degh! Darah dalam tubuh Felix seketika berdesir mendengar tebakan saudarinya. Meskipun Felix akhirnya menikahi Veronica secara resmi bukan pernikahan kontrak seperti rencana awalnya, tapi tetap saja, Felix merasa dikuliti oleh perkaaan Aghna. Setelah mematikan sambungan telpon dengan Aghna, Felix menoleh pada Hvitserk, "Retas komputer kerjaku di kediaman, lalu h
Setelah mengurus pekerjaannya bersama Hvitserk serta meeting mendadak dengan para staff perusahaan, Felix pergi ke rumah sakit untuk menengok keadaan Billy. "Responnya lemah, beberapa kali kehilangan kesadaran. Tapi setiap tersadar, ia berteriak memanggil nama Felix." sang perawat pria bertutur pada Felix, menceritakan keadaan Billy. Felix menggenggam telapak tangan Billy yang tidak terdapat selang infus, mendekatkan wajah ke telinga asistennya itu, "Billy, ini aku, Felix. Apa kau bisa mendengarku?" Beberapa kali Felix mencoba memanggi Billy yang tidak memberikan respon. Kini mereka hanya tinggal berdua dalam ruangan. Hvitserk dan Bobby berjaga di depan pintu. "Aku akan mengirimmu ke Nyaksimvol. Kau harus pulih untukku, mengerti?!" Felix membisikkan rencananya ke telinga Billy. Bagaimanapun, Billy sudah seperti Hvitserk bagi Felix, bawahan yang paling loyal juga sangat ia percayai. Tiba-tiba jemari Billy bergerak, Felix segera menggenggamnya erat, "Hei, ini aku, Felix. Kau mende
Sesudah keadaan Billy sedikit stabil, Felix langsung meminta team medis rumah sakit untuk mendampingi tangan kanannya itu pergi rumah sakit milik Dimitri Severe di ke Nyaksimvol, Rusia. Rumah sakit milik Dimitri Severe tersebut memiliki tenaga medis yang sangat handal juga terbaik yang pernah ada di dunia. Bahkan Zetha, saudari perempuannya Felix adalah murid kesayangannya Dimitri yang diberi gelar sebagai Dokter Tangan Tuhan oleh dunia medis. Karena sudah tidak terhitung banyak manusia sekarat yang berhasil diselamatkan oleh Zetha. Zetha masih berada di Jerman, mendampingi Simon. Tetapi Felix yakin, keadaan Billy bisa membaik jika ditangani oleh team medis Siniy Dom-rumah sakit pribadi milik Dimitri Severe disebut. Felix dan Hvitserk juga Bobby tiba di kediaman Felix dekat pinggiran laut Cape Town, tepat tengah malam dikawal pengawalan ketat mengiringi. "Tuan Muda ..." Gary, kepala pelayan kediaman membukakan pintu masuk menyambut kedatangan Felix dan Hvitserk. "Siapkan makanan,
Freyaa meraih ponsel Zeze yang terjatuh ke atas karpet, mendial ulang dengan melakukan panggilan video ke Simon yang langsung menjawabnya. "Katakan padaku, apakah pamanku baik-baik aja?" tanya gadis kecil Salvatore tersebut dengan mata tajam melotot menatap ke layar monitor seolah hendak menerawangi isi kepala Simon, saudara lelakinya. Zeze bangkit dari atas paha Freyaa, berpindah posisi untuk membingkai adik perempuannya dengan pelukan yang ia tahu pasti adalah orang paling sedih begitu mendengar kabar Felix kecelakaan. "Aku belum bisa mendeteksi keberadaan Paman dan Hvits." Simon berkata jujur menganggukkan kepala, lalu menambahkan, "Jika belum ada kabar, besar kemungkinan Paman dan Hvits selamat." Mata biru besar Freyaa terus melotot menatap layar monitor ponsel tanpa berkedip dan bibirnya bergetar. "Jangan kuatir ...aku, Mumma dan Didi akan pergi ke Cape Town malam ini juga. Nanti akan ku berikan kabar secepatnya pada kalian. Tolong jangan katakan pada Ambu, Mammina juga yang
Felix dan Hvitserk berhasil mendapatkan jet pribadi. Tentu saja nama Salvatore yang berani membayar mahal di atas rata-rata sangat sulit untuk di tolak, meskipun ia menghubungi di tengah malam dingin sekalipun. "Anda tidak perlu menyiapkan crews, kami sudah membawa orang terlatih." tutur Hvitserk dalam panggilan telpon, dimana mereka berhenti di sebuah hotel yang tidak terlalu jauh dari kediaman Joe Parrish, orang kaya terpandang memiliki jet pribadi di kediamannya. "Kami akan datang satu jam lagi." tambah Hvitserk yang ditanggapi setuju oleh Joe. Meskipun sedikit kesal karena panggilan telpon bertubi-tubi pada ponsel pribadinya, Joe Parrish akhirnya sekarang bisa tersenyum lega, setelah melihat nominal angka pembayaran sewa jetnya sudah masuk ke rekeningnya. Bisnis Joe mengalami kemunduran. Kini ia tidak perlu lagi melakukan pinjaman bank, karena sudah memiliki dana untuk mengatasinya.*****Luca sedang mabuk parah di Dubai, tidak bisa tidur, tetapi dia sangat bersemangat membantu
Luca dan Felix masih terus saling berkolaborasi. Mereka memang sengaja melakukannya diam-diam, mengirimkan info pada Simon, Zetha dan Luciano untuk mengambil alih perusahaan Felix di Cape Town. Mereka sama sekali tidak berpikir jika Gary si kepala pelayan rumah tangga kediaman Felix adalah seseorang yang tamak sangat mudah diperdayai orang licik. Sementara Aghna, meskipun menyimpan kekuatiran akan Felix yang belum memberikan kabar, juga fakta pernikahan adik lelakinya tersebut merupakan pernikahan kontrak, ia tetap bersikap baik juga tulus pada Veronica. "Veronica wanita yang baik, cantik juga pintar. Dia pasti dijebak dan dipaksa menerima pernikahan kontrak ini oleh Felix! Lihatlah sekarang, mereka baru saja menikah, tetapi Felix malah justru pergi dan tak memberi kabar sama sekali pada kita semua, seolah dirinya menghilang!" Aghna menggerutu pada Sandi, melampiaskan kekesalan hatinya. Kelopak mata Aghna terbuka lebar, memandang Sandi yang akhirnya menoleh dan bersirobok dengan t
Setelah mendengar perkataan Felix, Veronica menggelayutkan lengannya memeluk pundak suami tampan yang telah berkata jujur terus terang padanya itu, "Apakah kau lapar dan ingin makan?" Netra Felix semakin melembut dan bibirnya tersenyum tipis, menganggukkan kepala dengan cepat, berkata pendek penuh keyakinan, "Ya." Veronica mengulum bibirnya sejenak, balas tersenyum, lalu mendorong punggung Felix rebah ke permukaan ranjang kemudian menaikinya dan duduk di atas perut liat suaminya itu. "Sosisku sepertinya sudah matang, apakah sudah bisa ku nikmati atau kau ingin langsung makan pizza?"Rasanya sudah lama telinga Felix tidak mendengar kata pizza keluar dari mulut Veronica. Percintaan mereka kemarin hanya luahan rasa rindu dan mereka bermain gedubrakan. "Aku sedang lapar berat, berikan aku makan pizza." Dengan satu tangan memegang pinggang Veronica, tangan Felix yang lain melepaskan kancing piyama istrinya itu dan jemari Veronica sudah mulai terlatih tidak lagi gemetar mengurai pakaian
Felix membaringkan tubuh Veronica dengan hati-hati di atas ranjang, lalu ia pun turut berbaring menyamping, menumpukan lengan menyangga kepala menghadap istrinya itu. Setelah pembicaraan di sofa tadi, Veronica digendong Felix ke atas ranjang dan sekarang mereka saling berdiam diri tanpa ada kata yang terucap. Hanya mata Felix yang tersenyum lembut memandangi wajah Veronica juga menggerakkan ujung jemari telunjuknya membelai bibir dan leher Veronica. "Bicaralah, kenapa kau diam?" Veronica sedikit merasa canggung diperhatikan dan sedikit aneh karena biasanya Felix akan membabi buta mencumbunya jika ia sudah memberikan 'lampu hijau'. Atau apakah Felix benar-benar memiliki wanita lain di luar? Pikiran Veronica menjadi lebih liar, membayangkan punggung suaminya bergerak di atas tubuh wanita lain. Dengan cepat Veronica menggelengkan kepalanya, lalu menoleh pada Felix. "Apa yang kau pikirkan? Kenapa menggeleng?" Felix mendekatkan wajahnya ke samping pelipis dan berbisik di daun telinga
Melihat Zeze membawa Freyaa di punggungnya, turun ke ruang tengah keluarga, semuanya langsung bernapas lega. Felix langsung menghampiri Zeze, meraih Freyaa yang tertawa ceria di punggung keponakannya itu, lalu menatap Zeze, "Kau baik-baik aja?"Zeze mengangguk cepat, "Uhm, aku baik-baik aja. Maaf, tadi perutku mulas jadi langsung pergi ke kamar."Felix tersenyum tipis, membelai pipi Zeze yang kemerahan ranum sehabis berendam, "Kau bohong pun, paman akan tetap percaya. Yang penting kau baik-baik aja, itu sudah cukup." Zeze berusaha menahan dirinya untuk tidak gugup, memindai sekelilingnya, memandang Zetha yang mengunci tatapan padanya, tetapi sebelum Zeze meghampiri Mumma cantknya, Luca sudah melangkah lebar langsung memeluknya. "Kemana kau pergi? Apakah kau sudah mengucapkan kata perpisahan dengan Knox?" bisik Luca sangat pelan di telinga Zeze yang ia dekap erat, tak bisa melepaskan diri. "Uhm. Aku bertemu dengannya di depan tadi." Zeze tahu tidak ada gunanya berbohong pada pamanny
Setelah punggung Knox semakin menjauh tanpa satu kalipun menoleh ke belakang, Zeze segera pergi naik ke kamarnya dengan memanjat balkon dan mencongkel jendela. Kemudian mandi berendam air hangat di jacuzzi dengan sabun berbusa banyak juga sangat wangi. "Kau baik-baik aja? Boleh aku masuk?" Freyaa baru saja membuka pintu kamar mandi, bertanya pada Zeze yang menidurkan kepalanya pada tepian jacuzzi. "Kemarilah, temani aku berendam." Gegas Freyaa melucuti pakaiannya lalu masuk ke dalam jacuzzi dengan wajah riang memandang Zeze. "Paman Felix dan Paman Luca mengkuatirkanmu yang tiba-tiba menghilang. Mumma dan Didi juga ..." Zeze merengkuh pundak Freyaa, mengguyurnya dengan air berbusa sabun kemudian memijatnya pelan. "Tubuhku pegal, nanti gantian pijat aku, mau?" Zeze mengalihkan pembicaraan dan fokus Freyaa yang langsung mengangguk dan tertawa lebar tanpa suara. "Aku tidak pegal, berbaliklah, akan ku pijat punggungmu." Zeze memberikan kecupan cepat ke puncak bibir Freyaa, lalu sege
Tidak jauh dari posisi Zetha, Michele berdiri berpegangan pada teralis jendela, terus memperhatikan 'pertunjukan' tarian tongkat kayu Luca dan Zeze. "Kakimu bisa cepat pegal, duduklah." Megan membawakan kursi untuk Michele duduk. "Megan ..." Michele mendudukkan dirinya hati-hati pada kursi dan lengannya dipegangi Megan. "Kau bilang mereka tidak mau menerima hadiah dari Luca ...apakah ada diantara mereka yang memiliki golongan darah cocok dengan Zee?" tanya Michele tanpa memalingkan wajahnya dari Luca dan Zeze di halaman yang sengaja memprovokasi Arkada agar semakin menggigil ketakutan. “Untuk donor organ, tidak bisa hanya dari golongan darah yang cocok, Kakak Ipar. Tapi harus memperhatikan hal lainnya dan memastikannya cocok dengan Zee. Simon dan Sister Zetha sangat paham hal ini, saya kurang mengerti.” “Dunia Luca akan gelap dan ia bisa kehilangan dirinya jika terjadi sesuatu pada Zee. Kau dan aku tak akan bisa membantunya keluar dari kegelapan itu.” ucap Michele sangat pelan. M
Cuaca sedang cerah, salju turun sedikit seperti bunga dandelion yang berterbangan. Siapapun yang melihat salju seperti ini akan merasa hangat, penuh cinta dan harapan layaknya bunga dandelion yang sering dijadikan simbol untuk keinginan, harapan, dan impian.Bibir Zeze merekahkan senyuman lebar, meloncat berputar-putar di udara dengan tongkat kayu pada tangan berlawanan dengan Luca yang bersemangat ingin tahu kemampuan beladiri keponakannya sudah sejauh mana berkembang. "Paman ...aku melihat adegan ini di mimpiku!" Zeze berseru, baru saja memukul batang pohon ke arah Luca dan paman tampannya itu dibasahi bunga-bunga salju lebih banyak dari ranting pohon. "Apa yang kau lihat?" Luca bertanya mengejar Zeze. Zeze turun untuk mencari pijakan kakinya yang mendarat pada bahu Arkada, mengaitkan ujung jemari kaki telanjangnya ke tengkuk Arkada, kemudian menurunkan kepala ke tanah dan mendarat dengan kedua tangan. Luca bergegas menghampiri Zeze, menarik cepat pinggang keponakannya. Ia kuatir
Denyut kehidupan yang ceria dan riang menyemarakkan kediaman Johnson. Setiap wajah semua orang memperlihatkan senyum bahagia sejak Zeze siuman. Hanya Zetha, Luciano, Simon dan Jonathan yang berusaha menyembunyikan kekuatiran di dalam diri mereka. Zeze siuman, tetapi organ vital dalam tubuhnya entah sampai kapan kuat bertahan. Waktu mereka untuk mendapatkan pendonor semakin kritis. Empat orang pria yang sebelumnya hampir sekarat mengantarkan tanaman guna diekstrak menjadi ramuan anti racun untuk Zeze, sudah mulai membaik, namun masih membutuhkan perawatan dari team medis. Luca mengumumkan, "Walaupun kalian terlambat, tapi berhasil menyelamatkan hidup keponakanku. Hadiah tetap diberikan, lalu Megan akan memberikan kunci rumah dan mentransfer dana, termasuk biaya transportasi kalian sampai datang kemari." "Terima kasih, Bos." pria yang memimpin dan melapor saat baru tiba, menjawab perkataan Luca. Pria itu menoleh pada rekan-rekannya yang terbaring di sebelah, lalu memandang Luca kem
"Ehmm ...Ahh!" Freyaa bergumam dengan wajah puas dan kelopak matanya yang terpejam tiba-tiba terbuka terbeliak kaget."Untung pakai pampers, kikikik ...!" gadis kecil itu terkikik geli tanpa sadar, beringsut naik lalu mengangkat wajahnya tepat berada di depan wajah Zeze."Zee, aku baru saja mengompol." bisik Freyaa seraya memperhatikan wajah, kelopak mata, serta permukaan kulit saudarinya yang mulus dan bersih.Tiba-tiba sesuatu menjalar ke sela paha Freyaa, sebuah tangan."Zeeeee ...!" Freyaa terpekik terkejut tetapi ia semakin naik menduduki perut Zeze, tak peduli pampersnya yang sudah penuh berisi air seni.Freyaa menelungkup, membuka paksa kelopak mata Zeze yang tertutup dan ia semakin berteriak histeris juga tertawa tergelak bersamaan, melihat bola mata biru saudarinya bergerak-gerak."Zeeee!! Zeze-ku sudah bangun! Hak hak hak ..." Freyaa tertawa gembira hingga tubuh montoknya berguncang-guncang di atas per
Kepala Felix menggeleng tegas, "Aku mencintaimu Nicca. Aku sungguh jatuh cinta padamu."Felix meraih ujung jemari Veronica dan menggenggamnya sedikit kuat agar tidak bisa ditarik oleh istrinya, "Mungkin terdengar konyol bagimu, tapi aku benar-benar jatuh cinta sejak pertama kali melihatmu turun dari lantai atas restoran waktu itu.""Aku pikir hal itu adalah dendam tetapi jantungku berdebar hangat. Aku berusaha meyakinkan diriku untuk tidak terjatuh mencintai mangsaku ...ya, saat itu dirimu bagiku adalah mangsa, target dan orang yang ingin ku bunuh karena sudah membuatku kehilangan Ibuku ..."Felix mendesah, membuang napasnya ke samping, lalu menatap netra Veronica kembali yang tetap menunggu mendengarkan dengan wajah datar, tetapi sebenarnya sudut bibirnya tersenyum masam."Aku hanya mencari pembenaran atas rasa sakit dan kehilanganku. Tapi juga bukan kebetulan dirmu dilindungi oleh Ibuku ketika kejadian tragedi itu." Felix kembali