Ada yang rindu sama keisengan Luca? Yuk vote dan komen yang banyak yaa hihihi
Luca dan Felix masih terus saling berkolaborasi. Mereka memang sengaja melakukannya diam-diam, mengirimkan info pada Simon, Zetha dan Luciano untuk mengambil alih perusahaan Felix di Cape Town. Mereka sama sekali tidak berpikir jika Gary si kepala pelayan rumah tangga kediaman Felix adalah seseorang yang tamak sangat mudah diperdayai orang licik. Sementara Aghna, meskipun menyimpan kekuatiran akan Felix yang belum memberikan kabar, juga fakta pernikahan adik lelakinya tersebut merupakan pernikahan kontrak, ia tetap bersikap baik juga tulus pada Veronica. "Veronica wanita yang baik, cantik juga pintar. Dia pasti dijebak dan dipaksa menerima pernikahan kontrak ini oleh Felix! Lihatlah sekarang, mereka baru saja menikah, tetapi Felix malah justru pergi dan tak memberi kabar sama sekali pada kita semua, seolah dirinya menghilang!" Aghna menggerutu pada Sandi, melampiaskan kekesalan hatinya. Kelopak mata Aghna terbuka lebar, memandang Sandi yang akhirnya menoleh dan bersirobok dengan t
Edward sedang menikmati berenang di kolam renang kediamannya ketika pelayan memberitahu, "Ada Mister Salvatore menunggu Tuan di halaman." "Suruh dia masuk dan suguhkan minuman juga makanan terbaik!" Edward berkata sembari menepi ke pinggir kolam untuk naik kemudian menuju kamar bilas. Edward melakukan panggilan telpon ke istrinya yang sangat ia ketahui sedang berada di halaman belakang bersama kedua anak mereka. "Cepatlah berdandan yang cantik dan temani tamuku!" "Aku sedang bersama anak-anak." Angel, istrinya Edward berusaha menolak permintaan suaminya yang memintanya untuk menghibur tamu. Salah satu putra mereka kemarin terjatuh dan kakinya terkilir, sehingga Angel melakukan terapi sendiri mengajaknya berjalan perlahan-lahan di atas bebatuan dan pasir serta rumput. "Sudah ku katakan, tinggalkan mereka bersama pelayan!" nada bicara Edward menaik, "Menjadi istriku, kau harus tunduk dan patuh pada perkataanku! Cepat pergi berdandan dan kenakan gaunmu yang paling seksi!" tegas Edwa
Jet pribadi Felix sudah siap di landasan pacu, tidak jauh dari lokasi pertambangan. Tetapi mobilnya yang melaju kencang mengepulkan debu membubung tinggi di belakangnya, tiba-tiba berbelok ke arah kediaman Benjamin. "Mi, mi-mister Felix?!" Benjamin terkejut melihat Felix sudah memasuki rumah tepat saat sebelah tangannya sedang memegangi ponsel di telinga. Felix merampas ponsel yang ada di tangan Benjamin, melihat nama di layar yang sedang melakukan panggilan telpon, "Jika kau berani menyentuh keluargaku, maka ...jangan salahkan aku, istrimu yang sedang hamil, anak bayi dan putrimu tak akan melihat hari esok!" tegas Felix berkata pada di sambungan telpon. "Mi-mister Felix ...ini salah paham. Gary hanya menghubungiku dan bertanya kapan Mister kembali untuk disiapkan menu masakan di kediaman," Benjamin berusaha menjelaskan pada Felix yang menyeringaikan senyuman sinis pada wajah tampannya. "Kau juga sengaja memberikan ramuan rempah mengandung perangsang pada air mandiku tadi pagi? Ka
"Mereka menyandera anakku ..."Jennifer berkata sangat lirih, mendongak memandang wajah Felix sambil menggerakkan tangan hendak menyibakkan rambut panjangnya untuk ia selipkan ke belakang daun telinga. Tepat ketika Jennifer hendak menusukkan jarum beracun yang baru saja ia ambil dari selipan rambutnya ke kaki Felix, lehernya sudah lebih dulu berbunyi 'krekk' diikuti suara tubuhnya jatuh terjengkang ke belakang serta udara yang terdengar mendidih berhembus keluar dari lubang hidungnya. Wajah cantik Jennifer terpaling ke samping dan sesaat tubuhnya masih kelojotan di atas lantai selama beberapa detik sebelum berhenti total dengan kedua biji mata melotot ngeri. Felix menepukkan kedua telapak tangannya, seolah yang baru saja ia sentuh dan putar batang lehernya bukanlah manusia, melainkan benda berdebu. "Bersihkan!" cetus Felix pada Hvitserk yang mengangguk mengulum bibinya masuk, menahan tawa. Sudah sangat lama Hvitserk tidak melihat sisi diri Felix yang seperti ini, membunuh tanpa am
Jet yang ditumpangi oleh Felix baru saja mendarat di landasan pacu kediaman Joe Parrish. Pria setengah baya itu mengemudikan sendiri mustang yang dititipkan Felix sebelumnya untuk menjemput ke landasan pacu. "Terima kasih, Mister Joe! Untuk sisa pembayaran, nanti akan diurus oleh Hvitserk." Felix menyambut uluran tangan Joe Parrish yang menjabatnya hangat. Felix memang hanya menyewa jet pribadi milik Joe Parrish selama 2x24 jam dengan pembayaran telah lunas di transfer. Tetapi ternyata urusannya di Somalia melewati batas waktu sewaannya, beberapa jam saja. "Jika Mister Salvatore berkenan, ijinkan saya bergabung dengan bisnis Anda." Joe lebih tertarik berbinis dengan Felix Salvatore, bahkan ia siap untuk merger perusahaan dengan Felicita corp jika Felix menawarkan padanya. "Apakah bisnis transportasimu lancar?" Felix melontarkan pertanyaan mengenai bisnis yang dijalankan oleh Joe Parrish, yaitu bisnis transportasi udara dan laut seperti penyediaan sewa kapal juga kendaraan laut lai
Quince adalah pria yang memiliki postur tinggi dengan otot lengan besar juga tubuh keras seperti beton, namun diantara Hansel dan Knox serta Hvitserk, Quince yang paling 'sabar' mempermainkan target musuhnya. Tubuh Gary diikat menggunakan tali baja, didudukkan pada kursi listrik yang bisa sewaktu-waktu menyetrumnya. "Bagaimana rasanya jadi pengkhianat?" tanya Quince sambil mengiris buah apel di tangannya menggunakan pisau buah sangat tajam. Tubuh Gary tersentak terkejut, bergetar-getar dan bibirnya berteriak pilu memohon agar setrum di kursi listrik dihentikan karena Quince baru saja menekan tombol satu pada remot yang tersambung langsung ke kursi listrik pria itu duduki. "Jika kau tak menjawab cepat, bersiaplah organ tubuhmu mati perlahan-lahan lebih dulu!" kekeh Quince seraya menekan tombol off di remot. Napas Gary terengah-engah, keringat dingin mengucur deras pada tubuhnya, seakan ia baru saja lari marathon puluhan kilometer. Quince menoleh memandang Gary dengan sudut bibir m
Felix baru saja memasuki ruangan kerjanya di perusahaan, ketika Lorenza langsung mengekor ikut masuk ke dalam ruangan Felix tanpa permisi terlebih dahulu. "Hvitserk ada di ruangan kontrol ..." Felix berkata agar bisa menghindari wanita cantik berkulit eksotis yang mengikutinya tersebut. "Saya mencari Anda, Mister Felix." Lorenza memakai setelan kerja rapi dan sopan, tidak seperti biasanya, berjalan mendekat dan berdiri tepat di ujung sudut meja kerja Felix yang telah duduk pada kursi kebesarannya. "Katakan, ada perlu apa kau mencariku?" Felix membuat jari jemarinya terjalin dimana ia menumpukan siku pada tepi meja, memandang Lorenza dengan seksama. "Jangan pernah mempercayai siapapun, terutama orang yang menawarkan kerjasama pada Anda!" Felix menaikkan alisnya sedikit, menyeringaikan senyuman samar, "Oke. Ku hargai peringatanmu." tuturnya sembari merentangkan sebelah tangan, kode untuk Lorenza sudah bisa pergi berlalu keluar dari ruangan. "Saya belum selesai, Mister!" tiba-tiba
Felix langsung membuat pernyataan setuju untuk melakukan merger perusahan dengan Joe Parrish yang akan tunduk dibawah Felicita Corp. Ia sama sekali tidak mengindahkan peringatan dari Lorenza. "Terima kasih, Mister Salvatore." Joe Parrish bangkit berdiri dari duduknya mengulurkan tangan setelah Felix menyetujui akan menyokong dana pemulihan bisnis Joe Parrish. "Untuk dokumen dan urusan lainnya akan tangani oleh Hvitserk." Felix berkata tegas dan Hvitserk yang bersiap siaga di sebelahnya, langsung memberikan senyuman tipis serta anggukan kepala pada Joe Parrish. Memang sangat tidak mudah untuk bertemu serta berhubungan langsung dengan Felix Salvatore. Semua bisnisnya akan diwakilkan ditangani oleh Hvitserk atau Billy. Joe Parrish termasuk salah satu orang yang beruntung karena bisa bertemu langsung dengan Felix. Namun akankah keberuntungan tersebut akan terus berlanjut setelah Felix pergi ke Amalfi? Setelah Joe Parrish undur diri dari hadapan Felix, pria itu menoleh pada Hvitserk,
Lucy akhirnya melepaskan Felix pergi ke Amalfi meski bibirnya masih merengut manja karena sejak gadis remaja, Lucy selalu ingin bersama-sama dengan Felix. "Jangan cemberut, nanti anakmu mirip denganku, bukan seperti Ibrahim." kelakar Felix seraya memberikan pelukan ke adik perempuan manjanya itu. "Tak apa mirip denganmu. Kau tampan!" Felix tersenyum lembut, menoel puncak hidung Lucy gemas, "Pergilah istirahat. Jangan tinggalkan suamimu tidur sendirian, nanti dia mengambil selir loh." "Kau tak akan membiarkan hal itu terjadi bukan?" Lucy menyahut balas tersenyum menatap netra Felix, kemudian menganggukkan kepala, "Pergilah dan ingat ...bawa Veronica bertemu denganku." Felix menganggukkan kepala, membelai perut Lucy yang masih belum terlihat hamil karena adiknya tersebut memakai gaun panjang. "Jaga kesehatanmu dan juga keponakanku di dalam sini. Sampaikan rinduku pada semua keponakanku yang lainnya." "Ku harap istrimu juga segera hamil." tutur Lucy tulus dan ia sangat yakin Felix
Sudut bibir Luca tersenyum menyeringai pada Felix, "Tak perlu! Wajahmu jauh lebih lebam dan jelek dariku!"Felix menggetarkan rongga dada dan bibirnya tersenyum kecut menanggapi jawaban Luca."Hindari Lucy! Jika tidak, ia akan mencecarmu dengan milyaran pertanyaan!""Kenapa menghindariku?" Lucy baru saja masuk ke dalam ruangan kerja Gerardo, mendengar perkataan Luca pada Felix.Detik berikutnya, Lucy berteriak kencang melihat ruangan kerja Gerardo yang sangat berantakan akibat perkelahian Luca dengan Felix."Oh, apa yang kalian lakukan di sini? Kalian memecahkan guci mahal Bibi Ariana!" pekik Lucy melihat serpihan guci berserak di lantai berkarpet.File-file dokumen kerja Gerardo di atas meja berserakan juga ternoda darah, entah darah milik siapa karena Felix dan Luca sama-sama terluka memuncratkan darah dari bibir mereka yang pecah terkena tinju. Pun komputer kerja Gerardo terjatuh ke lantai dengan layar
Luca sama sekali tak membiarkan Felix bernapas lega, kembali menarik kerah pakaian saudaranya itu dan melemparkannya ke arah guci keramik mahal Ariana di dalam ruangan kerja Gerardo. Pranggg ...!Suara pecahan guci bergema di dalam ruangan. Luca melompat cepat untuk mengunci tubuh Felix yang meringis mengelus pinggangnya, terkena goresan guci. "Kau bilang pada Mike jika tak mencinta Veronica. Kau menikahinya untuk membalaskan dendam atas kematian Mommy dan Om Joko?!" dengkus Luca menarik bagian depan pakaian Felix yang telah kusut untuk dia bawa berdiri sejajar dengannya. "Kau bukan menyimpan dendam, Felix! Tapi kau adalah pria pengecut yang mencari pelampiasan untuk meluahkan perasaan kecewamu!" analisa Luca tepat sasaran."Kenapa kau begitu sangat emosi hanya karena Veronica? Dia istriku ...jangan bilang kau ..."Jedug! Luca mengadu keningnya dengan kening Felix hingga suaranya seperti retakan pada tulang tengkorak, "Enyahkan pikiran kotormu! Aku berbeda dan tidak seperti yang ka
Zeze dan Owen telah berada di kapal yang kembal dijalankan oleh rekan Owen menuju suatu tempat. "Kenapa kita tidak kembali ke kediaman paman? Kita mau pergi kemana?" Freyaa bertanya menoleh pada Veronica dan Zeze yang ia tatap bergantian."Veronica sedang tidak aman bersama paman. Ada orang jahat yang ingin menyakiti Nicca." Zeze menjawab pertanyaan Freyaa yang sekejap menoleh pada Veronica untuk mencari kebenaran perkataan saudarinya. "Bukankah akan lebih bahaya posisi paman jika kita pergi meninggalkannya ..." Veronica berdehem pelan, meraih Freyaa agar duduk ke atas pangkuannya dan menutupi tubuhnya menggunakan selimut. "Maaf. Nanti begitu kita mendarat, Freyaa dan Zeze boleh kembali, hem?" tutur Veronica lembut yang ditanggapi Freyaa menatap lekat ke arah Zeze. "Owen akan membawamu kembali ke kediaman. Aku sudah berjanji akan menjaga Nicca." Zeze memberikan jawaban dari pertanyaan di tatapan mata Freyaa padanya. Usai berkata, Zeze bangkit berdiri menghampiri juru kemudi. Ang
Fokus Veronica hanya pada Zeze, napasnya berhembus lega ketika melihat Zeze bukan hanya mengampuni para preman tetapi juga bertanggung jawab membantu memperbaiki salah satu preman yang ia buat cidera otot. Freyaa sudah melepaskan genggamannya di tangan Veronica, berlari menghampiri Zeze dengan kedua lengan terkembang lebar. "Aow ...!" Veronica yang tidak memperhatikan sekeliling, terpekik terkejut merasakan lengan kasar membebat pinggangnya."Hari ini kau akan mati di tanganku, Veronica!" bisik orang yang memeluk pinggang Veronica, seraya meniupkan napas ke samping wajah Veronica.Sang pria yang tak lain adalah Bobby tersebut, melucuti ponsel Veronica yang ia temukan di dalam kantung pakaian dan sebelumnya Veronia matikan dayanya. Ponsel tersebut dilemparkan ke arah lautan dan Veronica tetap bergeming tak peduli selain berusaha menahan tubuh juga mengumpulkan tenaga agar bisa terlepas tanpa mencelakai janin dalam perutnya. Di sisi lain, lengan Freyaa yang terentang berlari ingin mem
Ivar, asisten pribadi Alfred Mussolini sedang mengikut pertemuan rahasia Alfred dengan Edward ketika ponselnya berdering, panggilan telpon dari Lino. "SOS." Lino mengucapkan kode membutuhkan bantuan pada Ivar dan tanpa menunggu lawan bicaranya menjawab, Lino sudah memutuskan sambungan telponnya. Sebagai sahabat dari saudara Lino yang tewas, Ivar memang menjanjikan akan memberikan bantuan kapanpun Lino membutuhkannya. Setelah berbisik dekat telinga Alfred, Ivar pergi keluar dari ruangan diikuti oleh Bobby yang dianggukkan oleh Edward memberikan persetujuannya mengikuti Ivar agar pria itu semakin mengenal lingkungan Amalfi Coast. Ivar tahu keadaan Lino darurat, karena sejak pria itu bekerja menjadi asistennya Arkada, baru kali ini Lino meminta bantuannya. Ivar menghubungi beberapa preman lokal untuk ikut datang ke tempat Lino berada sesuai dengan deteksi lokasi ponselnya.*****Ujung gang jalanan setapak, tepi tebing lautan yang bagian bawahnya terlihat jauh lebih gelap karena pencah
Veronica menantang tidak berkedip menatap netra pria yang mencekal dagunya. Pikirannya berputar cepat, memikirkan celah bisa mendorong tubuh pria itu agar bisa keluar dari gang sempit bercahaya temaram tersebut untuk meminta tolong. Veronica benar-benar salah jalan. Pada kiri kanan Veronica hanya ada dinding batu tinggi sebagai dinding rumah tempat tinggal warga dan malam yang telah cukup larut, membuat gang tempat Veronica berada sangat sepi.Sesekali Veronica mendengar deru motor familiar pada telinganya. Tetapi pria di depannya semakin mencengkeram kuat dagu Veronica hingga mulutnya terbuka dan kesulitan untuk berteriak minta tolong. "Bukannya aku tidak tertarik akan uangmu, tetapi menikmati tubuhmu lebih dulu jauh menggugah minatku!" Lino berbicara dengan sinar mata sangat licik di atas wajah Veronica. Lino tidak lagi berniat membawa Veronica untuk Arkada, tetapi ia akan menikmati terlebih dahulu yang nanti setelahnya diberikan pada Arkada. Dendam dalam diri Lino mengingat per
Felix segera memutuskan sambungan telponnya dengan Keanu. Kali ini menghubungi Zeze di kediaman yang ponselnya juga tidak tersambung."Ada apa dengan hari ini? Kenapa ponsel kalian mati?!"gerutu Felix kemudian menghubungi Knox."Nona ada bersana Freyaa di pantai. Zeze sedang di kamarnya, menyelesaikan lukisan neurographica." sahut Knox ketika Felix bertanya tentang keberadaan Veronica, Zeze dan Freyaa."Panggil Nona dan Freyaa, suruh segera kembali ke kediaman!"Felix melajukan mobilnya pulang ke kediaman, hatinya tidak tenang, seakan ada yang direnggut lepas dalam rongga dadanya.Firasat kehilangan!Felix melangkah lebar menuju ruangan kamarnya yang kosong. Semilir angin dingin berhembus menerpa dirinya."Nicca ...?" Felix berjalan seraya memanggil Veronica di area kamar tidur, wall in closet, kamar mandi hingga balkon, tetapi tak ia temukan selain kesunyian yang semakin mencekam."Zee
Veronica melingkarkan kedua lengan ke belakang kepala Felix, menggigit gemas puncak hidung mancung suaminya, "Apakah kalau aku sudah hamil, kau tak ingin menyentuhku lagi? Kemudian pernikahan kita segera berakhir, lalu kau akan menikahi staff wanitamu?" "Konyol!" Felix menarik pinggang Veronica agar maju melekat ke depan tubuhnya, memberikan gigitan ke bibir bawah wanitanya yang telah berkata dan berpikir sangat tidak masuk akal menurutnya. "Dengar ...jika aku menginginkan Lorenza menjadi wanitaku, sudah lama ku lakukan dan kita tak akan bertemu dalam keadaan seperti ini." Felix berkata sambil ia menjilati bibir Veronica yang ia gigit. "Aku bukan tipikal pria yang bisa membagi hati atau membiarkan tubuhku disentuh banyak wanita." lanjut Felix menatap lekat ke dalam netra Veronica yang sedikit menyipitkan kelopak mata memandangnya. "Kau harus bangga, Nicca. Suamimu pria yang setia. Aku sudah cukup hanya dengan dirimu seorang. Atau kau tidak ingin bersamaku lagi?" Netra Veronica b