"Mereka menyandera anakku ..."Jennifer berkata sangat lirih, mendongak memandang wajah Felix sambil menggerakkan tangan hendak menyibakkan rambut panjangnya untuk ia selipkan ke belakang daun telinga. Tepat ketika Jennifer hendak menusukkan jarum beracun yang baru saja ia ambil dari selipan rambutnya ke kaki Felix, lehernya sudah lebih dulu berbunyi 'krekk' diikuti suara tubuhnya jatuh terjengkang ke belakang serta udara yang terdengar mendidih berhembus keluar dari lubang hidungnya. Wajah cantik Jennifer terpaling ke samping dan sesaat tubuhnya masih kelojotan di atas lantai selama beberapa detik sebelum berhenti total dengan kedua biji mata melotot ngeri. Felix menepukkan kedua telapak tangannya, seolah yang baru saja ia sentuh dan putar batang lehernya bukanlah manusia, melainkan benda berdebu. "Bersihkan!" cetus Felix pada Hvitserk yang mengangguk mengulum bibinya masuk, menahan tawa. Sudah sangat lama Hvitserk tidak melihat sisi diri Felix yang seperti ini, membunuh tanpa am
Jet yang ditumpangi oleh Felix baru saja mendarat di landasan pacu kediaman Joe Parrish. Pria setengah baya itu mengemudikan sendiri mustang yang dititipkan Felix sebelumnya untuk menjemput ke landasan pacu. "Terima kasih, Mister Joe! Untuk sisa pembayaran, nanti akan diurus oleh Hvitserk." Felix menyambut uluran tangan Joe Parrish yang menjabatnya hangat. Felix memang hanya menyewa jet pribadi milik Joe Parrish selama 2x24 jam dengan pembayaran telah lunas di transfer. Tetapi ternyata urusannya di Somalia melewati batas waktu sewaannya, beberapa jam saja. "Jika Mister Salvatore berkenan, ijinkan saya bergabung dengan bisnis Anda." Joe lebih tertarik berbinis dengan Felix Salvatore, bahkan ia siap untuk merger perusahaan dengan Felicita corp jika Felix menawarkan padanya. "Apakah bisnis transportasimu lancar?" Felix melontarkan pertanyaan mengenai bisnis yang dijalankan oleh Joe Parrish, yaitu bisnis transportasi udara dan laut seperti penyediaan sewa kapal juga kendaraan laut lai
Quince adalah pria yang memiliki postur tinggi dengan otot lengan besar juga tubuh keras seperti beton, namun diantara Hansel dan Knox serta Hvitserk, Quince yang paling 'sabar' mempermainkan target musuhnya. Tubuh Gary diikat menggunakan tali baja, didudukkan pada kursi listrik yang bisa sewaktu-waktu menyetrumnya. "Bagaimana rasanya jadi pengkhianat?" tanya Quince sambil mengiris buah apel di tangannya menggunakan pisau buah sangat tajam. Tubuh Gary tersentak terkejut, bergetar-getar dan bibirnya berteriak pilu memohon agar setrum di kursi listrik dihentikan karena Quince baru saja menekan tombol satu pada remot yang tersambung langsung ke kursi listrik pria itu duduki. "Jika kau tak menjawab cepat, bersiaplah organ tubuhmu mati perlahan-lahan lebih dulu!" kekeh Quince seraya menekan tombol off di remot. Napas Gary terengah-engah, keringat dingin mengucur deras pada tubuhnya, seakan ia baru saja lari marathon puluhan kilometer. Quince menoleh memandang Gary dengan sudut bibir m
Felix baru saja memasuki ruangan kerjanya di perusahaan, ketika Lorenza langsung mengekor ikut masuk ke dalam ruangan Felix tanpa permisi terlebih dahulu. "Hvitserk ada di ruangan kontrol ..." Felix berkata agar bisa menghindari wanita cantik berkulit eksotis yang mengikutinya tersebut. "Saya mencari Anda, Mister Felix." Lorenza memakai setelan kerja rapi dan sopan, tidak seperti biasanya, berjalan mendekat dan berdiri tepat di ujung sudut meja kerja Felix yang telah duduk pada kursi kebesarannya. "Katakan, ada perlu apa kau mencariku?" Felix membuat jari jemarinya terjalin dimana ia menumpukan siku pada tepi meja, memandang Lorenza dengan seksama. "Jangan pernah mempercayai siapapun, terutama orang yang menawarkan kerjasama pada Anda!" Felix menaikkan alisnya sedikit, menyeringaikan senyuman samar, "Oke. Ku hargai peringatanmu." tuturnya sembari merentangkan sebelah tangan, kode untuk Lorenza sudah bisa pergi berlalu keluar dari ruangan. "Saya belum selesai, Mister!" tiba-tiba
Felix langsung membuat pernyataan setuju untuk melakukan merger perusahan dengan Joe Parrish yang akan tunduk dibawah Felicita Corp. Ia sama sekali tidak mengindahkan peringatan dari Lorenza. "Terima kasih, Mister Salvatore." Joe Parrish bangkit berdiri dari duduknya mengulurkan tangan setelah Felix menyetujui akan menyokong dana pemulihan bisnis Joe Parrish. "Untuk dokumen dan urusan lainnya akan tangani oleh Hvitserk." Felix berkata tegas dan Hvitserk yang bersiap siaga di sebelahnya, langsung memberikan senyuman tipis serta anggukan kepala pada Joe Parrish. Memang sangat tidak mudah untuk bertemu serta berhubungan langsung dengan Felix Salvatore. Semua bisnisnya akan diwakilkan ditangani oleh Hvitserk atau Billy. Joe Parrish termasuk salah satu orang yang beruntung karena bisa bertemu langsung dengan Felix. Namun akankah keberuntungan tersebut akan terus berlanjut setelah Felix pergi ke Amalfi? Setelah Joe Parrish undur diri dari hadapan Felix, pria itu menoleh pada Hvitserk,
"Uhmm ...ehmm ..." Veronica mendesah kuat hingga terduduk, bagian intimnya berkedut sangat nikmat.Kelopak mata Veronica refleks terbuka dan melotot memandang Felix yang mendongakkan wajah dari menekuni bagian bawah tubuhnya sambil menyeringaikan senyuman.Felix bangkit dari posisinya setelah melahap habis cairan pelepasan Veronica yang masih meringis dengan wajah merona dan kelopak mata terbuka lebar memandangnya."Telan aku, Nicca!" Mata Veronica semakin membulat melotot ngeri melihat batang besar nan kaku juga sangat sombong mencuat di depan wajahnya, yang justru tanpa dosa sengaja Felix tempelkan ke bibirnya. Otak Veronica masih belum pulih dari rasa terkejut karena dibangunkan dengan cara yang sangat tidak masuk akal, sekarang ia disuruh menelan batang jantan pria yang masih sangat mengerikan bahkan sekedar untuk dilihat. "Buka mulutmu, Sayang ...usap aku dengan lidahmu!" Felix mencengkeram dagu Veronica agar membuka mulutnya. Felix sungguh sangat tega meminta istrinya yang b
Felix menggendong Freyaa turun dari lantai kamar melewati ruang tengah kediaman menuju area kolam renang, sementara Veronica bersiap mandi untuk pergi ke restoran The Grill. "Hai ...kau tidur bersama Paman?" Zeze menyapa setelah menepi ke pinggiran kolam, melihat Freyaa masih bergelayut manja pada leher Felix yang menggendongnya. "Ya." Freyaa menjawab pendek, minta diturunkan dari gendongan Felix, ketika matanya memandang ada akuarium ulat bulunya di atas meja samping kursi malas area kolam renang. Simon turut muncul di permukaan air, sebelumnya ia dan Zeze berlomba paling panjang napas menyelam dalam kolam. Felix duduk pada kursi malas, memperhatikan akuarium berisi ulat bulu besar warna-warni di dalamnya. "Apakah mereka masih hidup? Mereka beranak?" tanya Felix terkejut karena sekarang Freyaa sudah memiliki lima ekor ulat bulu seukuran jempol pria dewasa. "Ya, mereka hidup. Zee menemukannya lagi untukku." sahut Freyaa bangga, hendak membuka tutup ulat bulu untuk ia perkenalkan
Usai mengantarkan Veronica ke restorannya, Felix segera mengendarai mobil menuju gedung perkantoran yang telah dipersiapkan oleh John sambil ia juga memantau perkembangan pembangunan restoran The Grill milik Veronica.Felix benar-benar 'menanamkan' cakarnya di pusat perkotaan Amalfi Coast, dimana gedung kantornya terletak di seberang gedung perkantoran milik Alfred Mussolini yang pernah ia sambangi bersama Hvitserk."Apakah masih ada yang kurang?" John terus mengikuti Felix berkeliling memeriksa kelayakan ruangan perkantorannya yang terletak di lantai paling tertinggi, yaitu lantai 33 sesuai dengan usia Veronica."Semuanya sudah berfungsi?" Felix menanyakan tentang jaringan internet, telpon dan segala sesuatunya pada John yang langsung mengangguk cepat, meskipun Felix membelakanginya."Kami berpikir membuat sebuah ruangan pribadi untuk Anda di sini ..." Felix memasuki ruangan kerjanya sendiri setelah memeriksa ruangan yang diperunt
"Hai, tadi kau tak ada di makan malam. Kau baik-baik aja?" Luca membawa nampan berisi makanan ke dalam kamar Jonathan dimana Zeze sedang duduk sendiri pada sofa. Luca menjentikkan jemarinya dan ruangan kamar Jonathan yang sebelumnya gelap, hanya mendapat terang dari lampu teras, kini menyala dengan cahaya redup. Zeze bergeming dari pandangannya menatap keluar jendela, duduk dengan menumpu memeluk kedua lututnya di sofa. Setelah meletakkan nampan di atas meja, Luca menghenyakkan tubuhnya duduk pada samping Zeze. Lalu meraih samping kepala keponakannya itu untuk ia sandarkan ke depan dada. "Apakah ada masalah dengan Pierre? Kau ingin berubah pikiran? Belum terlambat jika kau ingin membatalkannya meskipun esok Marcio dan Anne secara resmi datang melamarmu untuk Pierre." "Aku rindu Papa juga Mommy Cella dan Daddy Michael." lirih Zeze hampir seperti desahan. "Paman juga rindu. Kita semua rindu Papa dan Mommy juga Daddy." Luca melingkarkan lengannya ke depan dada Zeze, memeluk keponaka
Senyum di bibir Pierre semakin merekah lebar, kepalanya mengangguk beberapa kali, lalu seutas tali bening sangat tipis terentang diantara jemari kedua tangannya. "Aku bekerja untuk mereka? Yayasan sosial penderita ODHA, hem?" cetus Pierre sembari menaikkan kedua alis tebalnya dan menatap lekat ke netra pria di depannya yang balas menyeringaikan senyuman sinis. Tanpa jawaban dari Mister Walikota, Pierre sudah bisa menduga siapa 'mereka' yang pria tua itu maksud. "Jika Anda memang benar mengenalku, Anda pastinya tahu apa yang bisa ku lakukan dengan tali ini bukan?" Dari tempat tersembunyi, Zeze bisa mendengarkan pembicaraan Pierre dengan Mister Walikota di dalam ruangan. Pengaruh hipnotis Zeze pada kedua orang penjaga yang ada depan pintu ruangan private Mister Walikota masih belum hilang. "Kau tak akan membunuhku, aku tau itu." ucap Mister Walikota sangat percaya diri. Pierre mendengkuskan tawa rendah, "Jika begitu, Anda tidak akan tetap berada di sini bukan?" Pierre bangkit berd
Pelayan baru saja keluar dari ruangan private tempat Mister Walikota, ketika Zeze mengintip dari kejauhan. Di depan pintu ruangan private Mister Walikota berdiri tegak dua orang penjaga bertubuh besar seperti tukang pukul dan Zeze menduga jika sang Walikota sedang ada janji temu dengan seseorang di dalam ruangannya. Zeze mengedarkan pandangannya ke sekeliling, memeriksa titik-titik kamera CCTV terpasang dalam ruangan restoran dan ia menemukan jika ruangan tempat Mister Walikota berada, terhalang pilar besar. "Menarik!" gumam Zeze menyunggingkan senyuman tipis sangat sinis. Tepat ketika Zeze hendak bergerak pergi menuju ruangan sang Walikota, tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal kuat. "Libatkan aku." bisik Pierre lembut, sudah menarik pinggang ramping Zeze dengan lengannya yang lain. "Aku sudah lama tidak olah tubuh, sedikit peregangan sepertinya menyenangkan." lanjut Pierre, kini berkata di depan wajah Zeze yang sedikit terdongak dengan bibir merekah menggoda dan sinar matany
Bertahun-tahun Pierre menutup diri serta menjaga jarak dari para wanita yang mendekatinya, tetapi kini benteng pertahanannya benar-benar hancur di hadapan Zeze yang blak-blakan, sangat ekspresif juga membuat jantungnya menggelepar riang hendak meloncat keluar. "Wajah Daddy Pierre memerah, apakah Daddy juga terangsang sama sepertiku?" Zeze membelai rahang berbulu maskulin Pierre, lalu mengecup sangat lembut daun telinga tunangannya itu yang bisa ia rasakan sedikit tersentak dan pelukan lengan Pierre semakin posesif menahan pinggangnya. "Jangan menggoda lagi. Aku benar-benar bisa membawamu ke hotel, Baby." Pierre berkata seakan seperti desahan ke depan wajah Zeze, lalu mengecup serta menggigit gemas bibir gadis mudanya itu. "Aku tak keberatan ..." Pierre langsung melumat gemas bibir Zeze yang akhirnya tak bisa melanjutkan perkataannya. Pasangan itu saling memagut, meluahkan semua rasa yang mengganjal di dalam hati dengan ciuman hingga akhirnya terlepas karena pernapasan semakin
"Kau baik-baik aja?" Felix menghampiri Zeze yang berdiri di teras, melihat pemandangan lautan luas dari jauh, terlihat berkilau seperti karpet berlian terkena sinar terik matahari menjelang siang. "Paman ..." Zeze menoleh dan memberikan senyuman tipis pada Felix. "Mari duduk, kau baru siuman. Kakimu pasti lelah." Felix meraih pundak Zeze, mengajaknya duduk pada sofa di belakang mereka. "Mungkin karena di tubuhku mengalir darah serigala, jadi pemulihannya sangat cepat. Kakiku tidak apa-apa, tidak ada kaku atau stress syaraf."Dimitri sudah melakukan pemeriksaan menyeluruh pada Zeze dan tak menemukan satu pun keluhan pada tubuh gadis muda yang baru siuman setelah sepuluh hari tertidur tersebut. Zeze bangun dan beraktifitas layaknya orang normal yang tak pernah tertidur berhari-hari. Hal yang paling menggembirakan adalah pertumbuhan racun dalam darah Zeze seolah terhenti begitu saja.Anne memang tak menyebutkan jenis campuran pada ramuan yang dibantu Dimitri suntikkan ke pembuluh dar
Sekarang giliran tubuh Zetha yang berguncang hebat mendengar cerita Zeze di alam kabut mimpi. "A-apakah mereka semua baik-baik aja? A-apakah mereka bahagia?" cicit Zetha berurai airmata yang kini Zeze balas memeluk pundak Mumma cantiknya itu dan mengecup kelopak matanya sangat lembut. Seperti tindakan Jonathan sewaktu Zetha kecil jika menenangkan putrinya itu ketika menangis sedih. Pun Michael melakukan hal yang sama dahulunya pada Zetha. Dua orang kesayangan yang jiwa mereka telah melebur menjadi satu di alam kabut mimpi Zeze."Mereka semuanya baik dan bahagia." jawab Zeze pelan dan ia teringat kelembutan juga sikap Michael dan Marcella yang sangat memanjakannya. Zeze tak menceritakan pada Mummanya jika jiwa Jonathan dan Michael menyatu di alam keabadian. "Apakah Papa dan Daddy sudah menyatu?" Zetha malah bertanya hal yang disembunyikan oleh Zeze. Zeze merenggangkan pelukannya, menatap lekat ke netra Zetha, lalu menganggukkan kepala, "Ya. Aku melihat Papa dan Daddy menjadi satu.
Tubuh Zeze semakin gemetar menangis terisak-isak di pelukan Zetha, ia teringat saat terjun ke dalam laut beberapa menit lalu, merasakan ada kekuatan sangat besar mendorong tubuhnya naik ke permukaan yang kemudian ombak menghempaskannya tapi tubuhnya mendarat dengan sangat lembut di batuan karang. "A-aku membunuh Papa ...a-aku bukan manusia lagi, please Mum, bunuh aku." cicit Zeze pilu di pelukan Zetha. Zetha semakin mengeratkan pelukannya ke Zeze dan serigala di sebelahnya. Zetha kedinginan, tetapi ada kehangatan yang mengaliri dirinya dari tubuh Zeze dan Blacky-serigala hitam. "Kau tak membunuh Papa, Sayang. Mari pulang dulu, Mumma akan jelaskan semuanya ...tubuh Mumma dingin di sini ..." gigi Zetha bahkan bergemelatukan saat ia berbicara karena suhu udara memang sangat dingin, apalagi masih di musim dingin hendak memasuki awal musim semi. Menyadari Mummanya kedinginan, Zeze segera memeluk pinggang Zetha, lalu dengan tangkas ia membawa wanita yang telah melahirkannya itu berusaha
Tanpa menunggu Zetha dan Sarah menjawab, Zeze telah menghilang seperti kelebatan angin pergi keluar dari ruangan menuju kamar tidur Jonathan. "Papa ..." Zeze merasakan jantungnya berhenti berdebar, tenggorokan tercekat dan udara di sekitarnya seolah tak bertiup, dimana ia hanya bisa mencium samar aroma dari tubuh Jonathan di seantero kamar tidur kakeknya tersebut. Di kamar Zeze, Zetha turut berlari mengejar, sehingga Sarah hanya mampu menggelengkan kepala pada para lelaki di ruangan tamu kamar yang sebelumnya sama-sama merasakan hembusan angin lembut melewati mereka saat Zeze pergi keluar secepat kilat. "Zeze ...mencari Jonathan." ucap Sarah yang bahunya segera di peluk Dimitri, mengajaknya duduk pada sofa. Freyaa semakin menyusupkan wajah ke ceruk leher Luciano yang juga semakin memeluk tubuh bergetar putrinya tersebut karena kembali terisak menangis. Simon dan Pierre gegas menyusul Zetha yang gagal menemukan Zeze dalam ruangan tidur Jonathan. "Mum, biarkan kami yang mencari Ze
Malam begitu sangat hening, hanya terdengar suara deburan ombak yang bagaikan musik alami dari kejauhan.Biasanya akan selalu ada orang berjaga dalam kamar Zeze dan malam ini Simon bersama Pierre di sana sementara Freyaa tidur di sebelah Zeze di atas ranjang. Namun entah kenapa, semakin malam, Pierre dan Simon tak bisa menahan kantuk yang datang tiba-tiba seiring malam semakin bertambah sunyi. Bukan hanya Simon dan Pierre yang terlelap pulas, Zetha dan Luciano yang terbiasa bangun di sepertiga malam untuk berdoa pun nyenyak dalam tidur. Bahkan bayi Lula sama sekali tidak terbangun untuk menyusu atau rewel karena pampersnya penuh. Begitu juga dua ekor serigala di kandang samping kediaman Salvatore, ikut merasakan angin kedamaian, membuat mereka sangat tenang. **Bahu Freyaa berguncang, menahan isak tangis tapi airmatanya mengalir turun ke wajah Zeze yang ia peluk erat di pangkuan. "Freyaa ..." Zeze bergumam, membuka kelopak mata, menatap Freyaa yang memeluk kepalanya sambil menangi