Sesudah keadaan Billy sedikit stabil, Felix langsung meminta team medis rumah sakit untuk mendampingi tangan kanannya itu pergi rumah sakit milik Dimitri Severe di ke Nyaksimvol, Rusia. Rumah sakit milik Dimitri Severe tersebut memiliki tenaga medis yang sangat handal juga terbaik yang pernah ada di dunia. Bahkan Zetha, saudari perempuannya Felix adalah murid kesayangannya Dimitri yang diberi gelar sebagai Dokter Tangan Tuhan oleh dunia medis. Karena sudah tidak terhitung banyak manusia sekarat yang berhasil diselamatkan oleh Zetha. Zetha masih berada di Jerman, mendampingi Simon. Tetapi Felix yakin, keadaan Billy bisa membaik jika ditangani oleh team medis Siniy Dom-rumah sakit pribadi milik Dimitri Severe disebut. Felix dan Hvitserk juga Bobby tiba di kediaman Felix dekat pinggiran laut Cape Town, tepat tengah malam dikawal pengawalan ketat mengiringi. "Tuan Muda ..." Gary, kepala pelayan kediaman membukakan pintu masuk menyambut kedatangan Felix dan Hvitserk. "Siapkan makanan,
Freyaa meraih ponsel Zeze yang terjatuh ke atas karpet, mendial ulang dengan melakukan panggilan video ke Simon yang langsung menjawabnya. "Katakan padaku, apakah pamanku baik-baik aja?" tanya gadis kecil Salvatore tersebut dengan mata tajam melotot menatap ke layar monitor seolah hendak menerawangi isi kepala Simon, saudara lelakinya. Zeze bangkit dari atas paha Freyaa, berpindah posisi untuk membingkai adik perempuannya dengan pelukan yang ia tahu pasti adalah orang paling sedih begitu mendengar kabar Felix kecelakaan. "Aku belum bisa mendeteksi keberadaan Paman dan Hvits." Simon berkata jujur menganggukkan kepala, lalu menambahkan, "Jika belum ada kabar, besar kemungkinan Paman dan Hvits selamat." Mata biru besar Freyaa terus melotot menatap layar monitor ponsel tanpa berkedip dan bibirnya bergetar. "Jangan kuatir ...aku, Mumma dan Didi akan pergi ke Cape Town malam ini juga. Nanti akan ku berikan kabar secepatnya pada kalian. Tolong jangan katakan pada Ambu, Mammina juga yang
Felix dan Hvitserk berhasil mendapatkan jet pribadi. Tentu saja nama Salvatore yang berani membayar mahal di atas rata-rata sangat sulit untuk di tolak, meskipun ia menghubungi di tengah malam dingin sekalipun. "Anda tidak perlu menyiapkan crews, kami sudah membawa orang terlatih." tutur Hvitserk dalam panggilan telpon, dimana mereka berhenti di sebuah hotel yang tidak terlalu jauh dari kediaman Joe Parrish, orang kaya terpandang memiliki jet pribadi di kediamannya. "Kami akan datang satu jam lagi." tambah Hvitserk yang ditanggapi setuju oleh Joe. Meskipun sedikit kesal karena panggilan telpon bertubi-tubi pada ponsel pribadinya, Joe Parrish akhirnya sekarang bisa tersenyum lega, setelah melihat nominal angka pembayaran sewa jetnya sudah masuk ke rekeningnya. Bisnis Joe mengalami kemunduran. Kini ia tidak perlu lagi melakukan pinjaman bank, karena sudah memiliki dana untuk mengatasinya.*****Luca sedang mabuk parah di Dubai, tidak bisa tidur, tetapi dia sangat bersemangat membantu
Luca dan Felix masih terus saling berkolaborasi. Mereka memang sengaja melakukannya diam-diam, mengirimkan info pada Simon, Zetha dan Luciano untuk mengambil alih perusahaan Felix di Cape Town. Mereka sama sekali tidak berpikir jika Gary si kepala pelayan rumah tangga kediaman Felix adalah seseorang yang tamak sangat mudah diperdayai orang licik. Sementara Aghna, meskipun menyimpan kekuatiran akan Felix yang belum memberikan kabar, juga fakta pernikahan adik lelakinya tersebut merupakan pernikahan kontrak, ia tetap bersikap baik juga tulus pada Veronica. "Veronica wanita yang baik, cantik juga pintar. Dia pasti dijebak dan dipaksa menerima pernikahan kontrak ini oleh Felix! Lihatlah sekarang, mereka baru saja menikah, tetapi Felix malah justru pergi dan tak memberi kabar sama sekali pada kita semua, seolah dirinya menghilang!" Aghna menggerutu pada Sandi, melampiaskan kekesalan hatinya. Kelopak mata Aghna terbuka lebar, memandang Sandi yang akhirnya menoleh dan bersirobok dengan t
Edward sedang menikmati berenang di kolam renang kediamannya ketika pelayan memberitahu, "Ada Mister Salvatore menunggu Tuan di halaman." "Suruh dia masuk dan suguhkan minuman juga makanan terbaik!" Edward berkata sembari menepi ke pinggir kolam untuk naik kemudian menuju kamar bilas. Edward melakukan panggilan telpon ke istrinya yang sangat ia ketahui sedang berada di halaman belakang bersama kedua anak mereka. "Cepatlah berdandan yang cantik dan temani tamuku!" "Aku sedang bersama anak-anak." Angel, istrinya Edward berusaha menolak permintaan suaminya yang memintanya untuk menghibur tamu. Salah satu putra mereka kemarin terjatuh dan kakinya terkilir, sehingga Angel melakukan terapi sendiri mengajaknya berjalan perlahan-lahan di atas bebatuan dan pasir serta rumput. "Sudah ku katakan, tinggalkan mereka bersama pelayan!" nada bicara Edward menaik, "Menjadi istriku, kau harus tunduk dan patuh pada perkataanku! Cepat pergi berdandan dan kenakan gaunmu yang paling seksi!" tegas Edwa
Jet pribadi Felix sudah siap di landasan pacu, tidak jauh dari lokasi pertambangan. Tetapi mobilnya yang melaju kencang mengepulkan debu membubung tinggi di belakangnya, tiba-tiba berbelok ke arah kediaman Benjamin. "Mi, mi-mister Felix?!" Benjamin terkejut melihat Felix sudah memasuki rumah tepat saat sebelah tangannya sedang memegangi ponsel di telinga. Felix merampas ponsel yang ada di tangan Benjamin, melihat nama di layar yang sedang melakukan panggilan telpon, "Jika kau berani menyentuh keluargaku, maka ...jangan salahkan aku, istrimu yang sedang hamil, anak bayi dan putrimu tak akan melihat hari esok!" tegas Felix berkata pada di sambungan telpon. "Mi-mister Felix ...ini salah paham. Gary hanya menghubungiku dan bertanya kapan Mister kembali untuk disiapkan menu masakan di kediaman," Benjamin berusaha menjelaskan pada Felix yang menyeringaikan senyuman sinis pada wajah tampannya. "Kau juga sengaja memberikan ramuan rempah mengandung perangsang pada air mandiku tadi pagi? Ka
"Mereka menyandera anakku ..."Jennifer berkata sangat lirih, mendongak memandang wajah Felix sambil menggerakkan tangan hendak menyibakkan rambut panjangnya untuk ia selipkan ke belakang daun telinga. Tepat ketika Jennifer hendak menusukkan jarum beracun yang baru saja ia ambil dari selipan rambutnya ke kaki Felix, lehernya sudah lebih dulu berbunyi 'krekk' diikuti suara tubuhnya jatuh terjengkang ke belakang serta udara yang terdengar mendidih berhembus keluar dari lubang hidungnya. Wajah cantik Jennifer terpaling ke samping dan sesaat tubuhnya masih kelojotan di atas lantai selama beberapa detik sebelum berhenti total dengan kedua biji mata melotot ngeri. Felix menepukkan kedua telapak tangannya, seolah yang baru saja ia sentuh dan putar batang lehernya bukanlah manusia, melainkan benda berdebu. "Bersihkan!" cetus Felix pada Hvitserk yang mengangguk mengulum bibinya masuk, menahan tawa. Sudah sangat lama Hvitserk tidak melihat sisi diri Felix yang seperti ini, membunuh tanpa am
Jet yang ditumpangi oleh Felix baru saja mendarat di landasan pacu kediaman Joe Parrish. Pria setengah baya itu mengemudikan sendiri mustang yang dititipkan Felix sebelumnya untuk menjemput ke landasan pacu. "Terima kasih, Mister Joe! Untuk sisa pembayaran, nanti akan diurus oleh Hvitserk." Felix menyambut uluran tangan Joe Parrish yang menjabatnya hangat. Felix memang hanya menyewa jet pribadi milik Joe Parrish selama 2x24 jam dengan pembayaran telah lunas di transfer. Tetapi ternyata urusannya di Somalia melewati batas waktu sewaannya, beberapa jam saja. "Jika Mister Salvatore berkenan, ijinkan saya bergabung dengan bisnis Anda." Joe lebih tertarik berbinis dengan Felix Salvatore, bahkan ia siap untuk merger perusahaan dengan Felicita corp jika Felix menawarkan padanya. "Apakah bisnis transportasimu lancar?" Felix melontarkan pertanyaan mengenai bisnis yang dijalankan oleh Joe Parrish, yaitu bisnis transportasi udara dan laut seperti penyediaan sewa kapal juga kendaraan laut lai
Sudah dua hari keluarga Salvatore tiba di kediaman Palermo. Kesibukan pekerjaan kembali menyapa kehidupan masing-masing, namun mereka akan bertemu berkumpul bersama pada saat makan malam. Massimo tidak bisa libur dalam waktu dekat tetapi berjanji sebelum pertengahan tahun akan mengajak Megan pergi berbulan madu. Sementara Megan tetap mendampingi Michele yang kehamilannya semakin besar, merawat tanaman beracun juga herbal di samping kediaman serta membuat sampel-sampel racikan racun bersama Bonnie dan Zetha untuk dikonsumsi Zeze. Racun untuk mengobati racun.Jonathan sedang membuat penganan di pantry ketika ponselnya tiba-tiba berdering, panggilan video dari Lucy. "Hai, Young Lady. Bagaimana keadaanmu? Apakah Lula menyusu dengan baik? ASI-mu lancar?" sapa Jonathan sembari menyusun roti yang baru ia keluarkan dari oven dan menghiasinya dengan selai buah segar, juga buatannya. "Aku rindu papa." Lucy hanya menjawab pendek menyuarakan perasaan terdalamnya yang akhir-akhir ini sedikit t
Gerardo masih syok mendengar hidup Zeze dalam bahaya antara hidup dan mati yang bisa datang kapan saja ke gadis itu. "Kak Dimi ...kak Dimi pasti punya caranya 'kan? Ada banyak pasien di rumah sakit kak Dimi, apakah tidak ada yang cocok organnya untuk didonorkan pada Zee?" Kali ini Luciano yang menjawab pertanyaan Gerardo, "Bukan tak ada yang cocok. Tapi kita juga harus memikirkan psikologi serta kebiasaan pola pikir dan gaya hidup pendonor apakah benar-benar cocok untuk Zee. Karena, organ tubuh turut mewarisi karakter bawaan dari pendonor." Gerardo mendesah, membuang napas besarnya ke samping. "Selalu ada keajaiban bagi orang yang mempercayainya. Kita bukan orang yang akan mudah menyerah mempasrahkan tanpa berusaha. Anne akan membuat serum, Zetha bersama Simon, Michele dan Veronica juga Bonnie akan terus mengusahakan pengobatan guna membuat kita bisa terus melihat senyum ceria Zee." Jonathan berkata seraya tersenyum dianggukkan Gerardo pelan. Gerardo menatap Marcio lalu ke Anne,
Walaupun ada pertanyaan besar dalam benak Gerardo, ia menahan diri untuk tidak bertanya apapun pada Zeze ataupun Zetha juga Luciano. Kini, Gerardo berhadapan dengan Pierre yang sudah disetujui oleh Jonathan, Luciano serta Luca untuk bertunangan dengan Zeze, gadis kesayangan mereka. Marcio Lamparska duduk tegak di sebelah Pierre, satu maju dengan Gerardo, Luciano, Jonathan, Timothy dan Markus. "Mulai sekarang, aku dan Anne adalah keluargamu. Ku harap kau tidak mengecewakan kami. Karena bagaimanapun Zee adalah putri angkat kami." tutur Marcio dengan suaranya yang terdengar berat sangat berwibawa. Gerardo menatap lekat ke arah Pierre yang mengangguk mantap menanggapi perkataan Marcio. "Meskipun kami baru bertemu di sini, rasanya hati ini telah lama mengenalnya. Aku berjanji dengan nyawaku, tak akan membuatnya kecewa sedikitpun." "Akan ku ingat perkataanmu, Pie! Sekali kau membuat keponakanku kecewa, maka akan ku minum darah dari jantungmu!" Luca berkata ketus, baru saja datang lang
Tatapan mata Pierre sesekali masih memperhatikan punggung Zeze dan Luca yang berjalan semakin menjauh. "Hubungan mereka sangat dekat." Jonathan berkata di sebelah PIerre yang mengangguk dan pria itu bisa melihat sendiri keakraban Zeze dengan Luca."Luca bisa di sebut orang yang paling memanjakan Zeze sejak kecil. Meskipun Luca sebenarnya cemburu, ku harap kau tak masukkan hati." tambah Jonathan yang percaya pada pilihan Zeze dan bisa merasakan jika cucu perempuannya itu tidak sedang bersandiwara menyukai Pierre. Pierre memberikan tanggapan senyuman tipis akan perkataan Jonathan. Ia hanya merasa sedikit tidak percaya diri setelah kini mengetahui Zeze adalah keponakan kandung Luca Salvatore. Siapa yang berani mencari masalah dengan keluarga Salvatore? Terutama Luca si jenius hacker yang akan bersukacita melenyapkan siapapun yang menyakiti orang-orang kesayangannya. Terlebih lagi, ada ancaman tersembunyi yang diucapkan Luca sewaktu di penginapan Anne pada Pierre sebelum ini. Jonatha
Setelah beberapa hari tubuh Knox dibuat 'tertidur' di laboratorium, kini pria itu terbangun dalam kamar berpemandangan pohon cemara yang pucuk-pucuknya masih diselimuti salju memutih. "Kau sudah bangun?" seorang wanita berpenampilan modis, cantik dan berambut pirang sebahu masuk ke dalam ruangan, menyapa Knox, lembut. Bola mata Knox berpendar tak berkedip menatap wanita yang kini melangkah semakin mendekat ke arahnya. Knox sudah duduk pada tepi ranjang dan pandangan matanya masih terus mengunci pada sang wanita yang terlihat kedua matanya berlinang, kemudian melingkarkan kedua lengan ke lehernya. "Aku merindukanmu, Knox. Syukurlah, akhirnya kau bangun." Knox menghirup aroma tubuh dan mencoba mencari memori familiar dalam benaknya akan wanita yang sedang memeluknya ini, tiba-tiba telapak tangan Knox mencengkeram tengkuk sang wanita dan menariknya agar berjarak dari depan wajahnya. "Siapa kau?" Knox menatap lekat ke netra sang wanita yang hanya berjarak beberapa inchi saja di depa
"Bagaimana perasaanmu? Apakah ada seperti ledakan adrenalin? Apakah kepalamu pusing, mual atau ingin muntah?" Zetha bertanya bertubi-tubi pada Zeze yang pinggangnya masih dilingkari lengan Luciano tersebut, seraya memeluk kepala putri mereka itu untuk ia hujani dengan kecupan. "Aku baik-baik aja. Maaf sudah membuat Mumma, Didi dan yang lainnya menjadi kuatir." Zeze menjawab lalu melabuhkan wajahnya ke atas dada Zetha, mumma cantiknya. Anne membantu membalut pergelangan tangan Luciano agar tidak infeksi setelah ia 'menyerahkan' Zeze pada Zetha. Marcio bertanya dalam tatapan pada Luciano apakah mereka tetap akan pergi ke Nyaksimvol atau bagaimana. Serentak Zetha yang sedang memeluk Zeze juga Luciano di depan Anne, serempak menggelengkan kepala mereka. Freyaa datang lalu menyarukkan wajahnya ke depan perut Zeze, tanpa kata tetapi airmata yang sejak tadi ia tahan mati-matian akhirnya jatuh membanjiri wajah montoknya. "Maaf. Maafkan aku." bisik Zeze mengangkat Freyaa ke atas paha dan
Sebagai dokter yang dikenal di dunia medis dengan sebutan dokter tangan Tuhan, Zetha sebenarnya sangat tersiksa karena ia gagal membuat Zeze sembuh total. Zetha menyadari, selain kemampuan dokter yang mumpuni menangani pasien, ada kekuatan Tuhan dalam menyelamatkan nyawa dan menyembuhkan penyakit. Juga ada keinginan dari pasien itu sendiri, apakah dia akan berjuang untuk sembuh atau memilih menyerah. Zeze mungkin tidak menyerah dalam hidupnya, tetapi perjuangannya tidaklah mudah. "Aku tau, Zee bukan tipikal gadis yang mudah menyerah. Jika bukan kita yang bersemangat mensupportnya, siapa lagi?" Anne sangat paham ketika melihat kerutan samar di kening Zetha serta helaan napas beratnya. "Aku tak ingin menjalani profesi ini lagi, aku gagal ...""Hussttt ...Markus sudah memberikan dosis kedua ramuanku, tunggu setengah jam untuk kita putuskan lakukan tindakan darurat." Anne tidak terlalu pandai membujuk, tetapi ia menggenggam kedua telapak tangan Zetha dengan penuh ketulusan. "Para nin
Malam telah turun, tetapi halaman luas depan kediaman Anne dan Marcio terang benderang oleh cahaya lampu. Suara denting baja dari pedang beradu, diiringi teriakan, pekikan serta desisan napas tertahan melihat Anne dan Zeze berlatih tarian pedang di halaman. Wusshhhh ...!Ujung pedang ninja yang pernah membuat Felix sekarat, terayun cepat dari tangan Zeze ke arah leher Anne.Marcio, Markus, Zetha dan Luciano terkesiap memperhatikan gerakan berbahaya Zeze tersebut. Hanya Freyaa yang terlihat sangat menikmati dengan wajah ceria dan tatapan berbinar melihat latihan ekstrem Zeze dan Anne. Belum sempat ujung pedang menyentuh kulit Anne, istrinya Marcio itu sudah lebih dulu merunduk, berguling ke samping lalu mengayunkan pedang panjang di tangannya ke arah kaki Zeze. Zeze menghindar meloncat mundur dan tergelak, "Ayo Mom, keluarkan kemampuanmu!" serunya disambut senyuman pada bibir Anne. Anne memberikan serangan bertubi-tubi hingga Zeze kesulitan untuk memberikan balasan. Wanita awet m
"Kau benar-benar menyukainya? Menyukai Pierre?" tanya Freyaa setelah ia dan Zeze kembali ke mobil menuju kediaman Anne. "Bagaimana menurutmu? Bukankah pria itu istimewa? Dominic tidak bisa berciuman denganku, sedangkan Pierre terlihat biasa-biasa saja, uhm ...maksudku dia menyukaiku." Zeze menoleh sekejap dari menatap lurus jalanan di depannya. "Apakah kau ingin aku melakukan sesuatu padanya? Mengambil darahnya untuk diperiksa Mumma dan Simon?" Kali ini Zeze memperlambat laju mobil, tersenyum cerah membelai puncak kepala Freyaa, "Ingat, kau tidak boleh cepat dewasa, cukup otakmu saja yang tumbuh semakin jenius, oke?" tanggapnya tentu saja setuju akan ide Freyaa."Tapi, paman Luca tak suka kau berhubungan dengan Pierre ..." "Jangan kuatir. paman Luca hanya ingin aku bahagia." tukas Zeze cepat, kembali melajukan mobil dengan kecepatan sedang. "Bagaimana denganmu? Apakah kau juga tak menyukai Pierre?" Zeze ingin tahu pendapat Freyaa mengenai Pierre. "Pierre terlihat tenang juga lem