Ck, Simon dan Zeze, nakal juga nih :D
"Hallo ..."Felix menyapa Selena yang kebetulan baru saja mengantarkan pesanan minuman dari bartender ke meja pelanggan, menyambut kedatangan Felix yang menggendong Freyaa diiringi oleh Simon dan Zeze di belakangnya. "Anda ..." Selena tertegun sesaat, memandang Felix yang terlihat seperti pria culun malam itu, namun ...orang yang ada di depannya saat ini sungguh sangat jauh berbeda. "Apakah ada ruangan private untuk kami?" Felix bertanya cepat untuk mengacaukan fokus Selena yang seolah sedang mengingat-ingat dirinya. Selena buru-buru mengangguk, "Tentu. Mari, ikuti saya." Selena melirik pada Keanu sejenak sebelum membawa Felix, Freyaa, Simon dan Zeze ke lantai dua yang terdapat ruangan private. Biasanya hanya tamu reguler yang ada acara pestra pribadi menggunakan ruangan private di The Grill tersebut, karena pelayanannya berbeda juga ada biaya sewa untuk ruangannya yang memiliki balkon dengan pemandangan laut. "Di sini lebih homey!" cetus Zeze begitu mereka memasuki ruangan privat
Setelah makan malam yang canggung bersama Felix dan tiga ponakannya yang usil juga sangat iseng menjahili Felix, Veronica akhirnya menghembuskan napas lega begitu ia telah berada di luar ruangan private. "Veronica sangat cantik, Eyaa suka!" cetus Freya kembali memanjat naik ke pelukan Felix dan memandangi wajah datar paman tampannya itu. "Ya, Veronica cantik juga pandai memasak!" tanggap Zeze menambahkan penilaian plus untuk Veronica. "Uhm, setuju! Veronica cantik, pandai memasak juga sepertinya idola para pria. Apakah kalian berdua setuju kalau aku mendekati Veronica untuk menjadi kakak ipar kalian?" Simon yang biasanya pendiam, tidak banyak bicara, tiba-tiba terarik ingin menggoda Felix. "Dia tak cocok untukmu!" celetuk Felix dingin seraya mengunyah kacang sebagai camilan penutup makan malam mereka. "Aku tak masalah dengan usianya. Bagiku, jika dia menyukaiku, itu sudah cukup. Aku akan mengundang dan memperkenalkannya pada Mumma dan Didi di hari kelulusanku menjadi pilot pesawat
"Awasi wanita itu dan segera lakukan tindakan begitu anak buah Salvatore lengah dalam menjaganya!" Alfred memberikan perintah pada Ivar begitu ia tiba di kediaman. Alfred langsung menyadari setelah kedatangan Felix ke The Grill, menandakan ada hubungan spesial antara Veronica dengan Felix Salvatore. Alfred juga meyakini, ada anak buah Felix yang ditempatkan untuk melindungi serta memberi info pada Felix mengenai dirinya berada di restoran wanita itu. "Baik, Bos. Tapi ...bagaimana dengan Arkada?" Alfred membalikkan tubuh besarnya ketika hendak memasuki ruangan kerja, menatap Ivar yang menunggu jawabannya. "Panggil Loras, perintahkan menemuiku sekarang!" Loras adalah pengawal serta tangan kanan Arkada yang sebenarnya adalah anak buah Alfred ditempatkan untuk menjaga putra semata wayangnya itu. "Baik, Bos." Ivar berkata seraya membungkukkan tubuhnya hormat sebelum berbalik dan menghubungi Loras yang sejak beberapa hari terakhir jarang terlihat mengelilingi Arkada. Di ujung lorong,
Sudah sepekan Zetha, Luciano dan Simon pergi ke Jerman. Felix menghabiskan waktunya lebih banyak berada di kediaman. Semua pekerjaan, Felix kontrol dari dalam ruang kerja di kediamannya, ditemani celotehan Freyaa juga Zeze yang tidak bisa disebut mengganggu. Karena kenyataannya, Felix menyukai mendengar pekikan ataupun teriakan melengking ceria kedua keponakannya. Felix juga terlihat seperti pria yang sangat penyabar dalam usahanya menaklukkan hati Veronica. Jose beserta beberapa pria sudah ditempatkan untuk melindungi Veronica di restoran juga rumah tinggalnya bersama Selena dan Keanu. Tentu saja Felix bisa memantau dari jarak jauh, sambil ia berpikir matang-matang untuk mencari celah agar Veronica menerima tawaran pernikahan kontrak darinya. "Seharusnya kau menerima tawaran pernikahan dariku, atau memang kau ingin aku membunuhmu perlahan-lahan?" Felix teringat akan Selena. Berniat memisahkan Selena dari Veronica jika wanita itu tak menerima tawaran pernikahan darinya, tapi Hvits
Malam telah larut, Felix sudah berbaring memeluk Freyaa juga membacakannya buku cerita sebelum tidur, tapi gadis kecil itu masih membuka mata biru besarnya lebar-lebar. "Kau rindu Mumma dan Didi?" tanya Felix memandangi Freyaa yang memainkan kancing piyamanya. "Kancing piyama milik paman besar-besar seperti gigi raksasa di buku cerita." Freyaa berkata sembari menghirup aroma wangi dari tubuh paman tampannya itu. Felix menggetarkan tawa rendah melihat tingkah laku keponakan kecilnya yang sangat menggemaskan. "Kemarilah, mendekat." Felix menarik tubuh Freyaa untuk disejajarkan dengan wajahnya, lalu menggosokkan rahang berbulunya ke kulit halus leher keponakannya tersebut. Freyaa tergelak kegelian, berusaha menghindar tetapi lengan Felix melilit pinggang hingga ke perut tebalnya yang juga digelitiki. "Ampunn! Eyaa ngompol!" Freyaa terpekik dan wajahnya terlihat sangat serius sedang mengedan buang air di dalam pampers yang ia pakai. "Pampersmu harus diganti!" Felix menggendong Frey
Felix mengemudikan mobilnya dengan kecepatan maksimal namun deru suaranya sangatlah halus, tidak seperti mobil sport pada umumnya yang akan menggaung meraung di jalanan ketika dilajukan dengan kecepatan tinggi. Felix mengikuti arahan Simon yang mengirimkan rute serta jalur masuk ke dalam gedung, menghindari orang-orang yang bisa dideteksi oleh ponsel keponakannya itu. "Veronica berada di lantai dua puluh lima. Paman harus menaiki tangga dari pintu samping untuk mencapai ke sana agar tidak ketahuan." Simon berbicara di sambungan telpon yang didengarkan Felix melalui earphone-nya. "Hanya ada lima orang di dalam ruangan Veronica, Kecil 'kan buat paman?" Simon masih sempat tertawa kecil dibalas dengkusan kekehan Felix. Felix menaiki tangga yang ia lompati dua dan tiga sekaligus. Menatap nanar setiap lantai yang gelap tanpa pencahayaan sama sekali, sampai ia tiba pada lantai yang sedikit terang ada cahaya obor pada dinding luar ruangan. "Kau sudah boleh tidur sekarang." Felix berkata p
Felix terus membuai Veronica dengan ciuman lembut, menarik pinggang wanita muda itu untuk melekat rapat ke samping tubuhnya. Tanpa disadari, kini Veronica merasakan kakinya menjejak tanah. "Eh ..." Veronica refleks mendesah terkejut dan tautan pada bibirnya telah dilepaskan oleh Felix. "Nanti kita lanjutkan lagi, mari pulang." Felix berkata dengan suara baritonnya, kembali mengangkat sedikit pinggang Veronica untuk ia bawa cepat menuju mobil dan lengannya yang lain menekan tombol menggulung tali baja secara otomatis masuk ke dalam tas ranselnya. Felix melemparkan tali baja dan tas ranselnya ke bagian belakang mobil setelah mendudukkan Veronica pada kursi penumpang. "Kencangkan sabuk pengamanmu!" Felix telah duduk pada kursi pengemudi, menoleh memperhatikan sabuk pengaman yang terlihat longgar pada bagian depan tubuh Veronica.Veronica akhirnya tersadarkan jika ia tidak sedang bermimpi. Felix benar-benar datang menyelamatkannya dan tadi pria bertubuh wangi dan bersuara seksi itu me
Felix membawa Veronica ke kediamannya, "Bersihkan tubuhmu, akan ku carikan pakaian ganti." ucapnya setelah membukakan pintu kamar yang sebelumnya ditempati oleh Zetha bersama Luciano. Dimanapun Zetha dan Luciano tinggal, mereka menyukai pemandangan balkon kamar menghadap ke lautan atau matahari terbit. Felix berharap hal ini bisa meluluhkan hati Veronica agar jatuh cinta padanya akan perhatian kecil tersebut, dimana kamar tidur Zetha dan Luciano menghadap ke arah lautan dan matahari terbit. Bagaimanapun, Felix telah hidup dengan api dendam membara dalam rongga dadanya selama bertahun-tahun. Tidaklah mudah memadamkan api tersebut, meskipun sepertinya perjaka tua itu telah kecanduan mencium bibir Veronica. "Apakah dia terbangun?" Felix bertanya pada pelayan yang sebelumnya ia perintahkan menjaga Freyaa di dalam kamarnya. "Tidak, Tuan Muda. Nona Freyaa masih tetap tertidur pulas sejak Tuan tinggalkan tadi." Felix mengangguk samar, "Aku masih ada pekerjaan, tolong jaga keponakanku!" t