Beranda / CEO / Jerat Cinta Tuan CEO / CHAPTER 39 – Keluhan Khandra

Share

CHAPTER 39 – Keluhan Khandra

Penulis: A. Rietha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-01 10:21:01

”Semakin lama Rakha semakin kelihatan nggak becus kerja,” omel Khandra saat ia kembali ke ruangannya.

Rendra yang mengikuti ke mana pun atasannya itu pergi hanya bisa terdiam dan mendengarkan segala unek-uneknya.

”Apa kita approve otomatis permintaan dana dari klien kita? Aku akan menghubungi bagian keuangan sekarang juga,” jawab Rendra.

”Jangan dulu. Biarkan anak itu menyelesaikan tanggung jawabnya. Dokumen-dokumennya juga belum dia lengkapi, makanya kepala bagian keuangan juga tidak bisa mengeluarkan dana sekarang. Benar-benar menyebalkan,” gerutu Khandra sebal.

Rendra hanya bisa mengangguk pasrah mendengar celaan Khandra terhadap Rakha. Memang dalam beberapa bulan terakhir, kinerja Rakha sebagai salah satu manager di perusahaan mereka semakin menurun.

Kerap kali ia terlambat menyelesaikan tugasnya dan laporannya pun seringkali tidak lengkap. Khandra bahkan seringkali memergoki Rakha tak berada di tempat pada saat jam kerja.

Padahal, Rakha adalah salah satu pewaris Imperium Holding
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 40 – Waktunya Istirahat

    Pagi ini Khandra merasa tubuhnya menggigil dan suhu badannya naik di atas suhu normal. Beberapa hari terakhir ia memaksakan tubuhnya lembur, bahkan semalam ia baru pulang pukul dua dini hari.Kalau menuruti badannya, Khandra pastinya akan memilih untuk beristirahat. Namun, ia ingat hari ini ia ada rapat penting dengan pihak Dreamland.Khandra memaksa tubuhnya untuk meninggalkan tempat tidur dan bersiap mandi. Setelah sarapan nanti, ia bisa minum obat. Khandra yakin tubuhnya akan baik-baik saja.”Kau kelihatan pucat,” komentar Evanna yang sarapan bersama Khandra pagi itu.Biasanya Khandra sudah mulai berisik kalau pagi tiba. Namun, pagi ini Khandra terlihat sangat pendiam.”Aku hanya sedikit lelah,” jawab Khandra sambil memaksa menelan setangkup roti dan telur rebusnya.”Kenapa tidak istirahat saja kalau begitu. Jangan sampai kau sakit,” ujar Evanna.Khandra mendelik pada Evanna, membuat istrinya itu langsung bungkam seketika. Evanna tahu kalau Khandra sangat sulit diatur.Evanna melih

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 41 – Mengurus Pasien

    Khandra terbangun dari tidurnya. Pagi ini tubuhnya sudah terasa lebih baik. Semalam ia juga bisa tidur nyenyak. Khandra merasa suhu tubuhnya sudah mulai normal kembali.Khandra menguap lebar-lebar. Ia meregangkan tangan dan kakinya. Namun, ia terkesiap saat tangannya menyentuh sesuatu.Diliriknya tepi ranjangnya. Dilihatnya Evanna tertelungkup di tepi ranjang. Ia duduk di atas karpet tebal, namun sebagian tubuhnya menelungkup di atas ranjang.Khandra memperhatikan wajah tirus yang terlihat tengah pulas itu. Ada raut lelah menghiasi wajahnya.Khandra menyentuh puncak kepala Evanna membuat istrinya itu tergeragap karena kaget.”Oh, kau sudah bangun? Bagaimana sudah merasa enakan?” tanya Evanna.Ia merapikan rambutnya yang berantakan dan beringsut mendekati Khandra. Diletakkannya telapak tangannya untuk mengecek suhu Khandra.”Syukurlah, demamnya mulai turun. Obat Dokter Martin manjur juga ternyata,” ujar Evanna merasa lega.”Jangan panggil dia lagi. Dia dokter yang menyebalkan,” gerutu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 42 – Kekuasaan yang Diperebutkan

    Rakha duduk di atas kursi tinggi pagi itu dan tersenyum senang. Pandangannya menatap puncak pencakar langit di kejauhan.Akhirnya putra mahkota tumbang juga. Sudah beberapa hari ia absen ke kantor. Dan Rakha sangat menikmati kebebasannya. Tak ada lagi tatapan mata tajam dan nada mencemooh yang harus didengarnya tiap hari.”Moga saja sakitnya parah. Makin lama ia sakit, makin baik. Mati juga tak masalah,” batin Rakha sambil tersenyum senang.Diperhatikannya ruangan Khandra yang luas itu. Kursi kebesarannya yang sekarang diduduki Rakha membuatnya tampak berkuasa.Rakha benci dengan semua keistimewaan yang didapat Khandra. Ia juga anak ayahnya. Seharusnya ia mendapatkan hak yang sama dengan Khandra. Nyatanya selama ini Rakha hanya menjadi bayang-bayang di belakang Khandra.Rakha menikmati setiap detik kebebasan yang dirasakannya saat ini. Ia tidak perlu lagi mendengarkan nada arogan dan tatapan merendahkan dari Khandra, putra mahkota perusahaan yang selalu memandang rendah dirinya. Selam

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 43 – Kedatangan Tuan Besar

    ”Oh, shit, kenapa juga ia meneleponku sekarang.”Khandra mengeluh keras-keras. Raut wajahnya yang semula penuh semangat langsung berubah seketika.Dengan malas ia menggeser layar ponselnya untuk menerima panggilan itu.”Besok siang papamu akan terbang kembali ke Indonesia. Persiapkan semuanya. Ia masih harus banyak istirahat dan tidak boleh terlalu banyak pikiran,” ujar seorang perempuan dengan suara mendayu yang sangat Khandra benci.Khandra melemparkan pandangan jengkel pada layar ponselnya. Ia sama sekali tidak berminat untuk berbicara dengan perempuan itu. Namun, ia tahu bahwa menolak hanya akan membuat situasi semakin rumit.”Aku mengerti. Aku akan urus semuanya,” sahut Khandra dengan nada ketus sembari menghela napas panjang. Sesungguhnya, Khandra ingin sekali membantah dan mengatakan bahwa mengurus ayahnya memang tanggung jawabnya tanpa disuruh perempuan itu. Tapi, Khandra tidak mau mengambil risiko mengundang amarah perempuan itu. Ia tahu kelicikan mulut perempuan yang menja

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 44 – Pulang ke Rumah

    Khandra sendiri yang menjemput ayahnya siang itu di bandara. Setelah menunggu hampir satu jam pesawat yang membawa ayahnya tiba di tanah air. Hati Khandra mencelos saat melihat tubuh ringkih ayahnya yang keluar pintu kedatangan dengan menggunakan kursi roda. Benny Alcantara tersenyum senang melihat putra sulungnya menjemputnya langsung di bandara. Ia memeluk anak sulungnya itu seperti lama tak bertemu. Suasana di bandara itu terasa canggung bagi Khandra. Ayahnya memeluknya erat, seolah sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Padahal, baru dua minggu lalu Khandra mengunjungi ayahnya di Singapura. ”Papa sudah baikan?” tanya Khandra sambil berusaha melepaskan pelukan erat ayahnya. Sejak kejadian beberapa bulan lalu, Khandra merasa sedikit canggung berada dekat ayahnya. Rasa bersalah yang mengegrogoti batin Khandra membuatnya merasa memiliki jarak dengan ayahnya sendiri. Khandra melirik ke samping kiri ayahnya. Seorang perempuan paruh baya dengan dandanan lengkap berdiri tanpa seny

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 45 – Undangan Makan Malam

    ”Oh, ya, Khandra, besok kita akan mengadakan makan malam keluarga. Ajak istrimu juga. Kami juga harus berkenalan dengannya,” tukas Nisya tiba-tiba yang membuat Khandra memutar tumitnya cepat.”Untuk apa?” tanya Khandra.”Kok, untuk apa. Ya, untuk berkenalan dengan kami, dong. Masak kami tidak kenal dengan menantu kami sendiri. Bukan begitu, Pi?” jawab Nisya sambil tersenyum dan membelai lengan suaminya meminta dukungan.Khandra mendengus kasar begitu mendengar kata-kata Nisya. Ia menatap ibu tirinya itu dengan pandangan tak percaya.”Kenapa tiba-tiba membahas soal itu?” tanya Khandra dengan nada curiga.Nisya tersenyum manis. Namun, Khandra tahu ada maksud tersembunyi di balik senyuman itu.”Memangnya kenapa? Bukankah sudah sewajarnya kami berkenalan dengan istrimu?”Benny mengangguk membenarkan ucapan Nisya. Kali ini ia merasa setuju dengan pendapat istrinya itu.”Benar kata Nisya, Khandra. Ajak saja istrimu ke sini besok malam. Kami ingin berkenalan dengannya.”Khandra mengerutkan k

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 46 – Saat Makan Malam

    ”Lebih baik kau jaga jarak dengannya,” bisik Khandra yang membuat Evanna tak enak dengan ibu mertuanya. Bisa saja ia mendengar ucapan Khandra itu.Namun, Nisya tampaknya tak menghiraukan apa yang Khandra katakan. Ia tetap berjalan mendekati Evanna dan memeluknya.”Kau cantik dan anggun. Sangat sesuai untuk menjadi menantu keluarga Alcantara,” ujar Nisya sambil tertawa riang.Evanna tersenyum senang saat menerima sambutan hangat dari ibu mertuanya itu. Wanita itu baik dan ramah, tapi entah mengapa Khandra menatap Nisya dengan pandangan tak suka.”Senang bertemu dengan Anda,” balas Evanna dengan sopan.”Jangan terlalu formal begitu. Karena kau menantuku kau boleh memanggilku dengan mama atau mami. Ah, mami tampaknya lebih familiar. Rakha memanggilku dengan sebutan itu. Jadi, kau juga boleh memanggilku mami,” ujar Nisya.”Ah, iya, terima kasih… Mami,” jawab Evanna kagok.Ia melirik suaminya dan dilihatnya rahang Khandra mengeras seperti menahan emosinya.”Di mana papa?” tanya Khandra pad

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 47 – Permintaan Sang Ayah

    ”Khandra, aku kira sudah saatnya kau harus kembali ke rumah ini,” ujar Benny pada Khandra yang membuat laki-laki itu tercekat.”Kenapa?” tanya Khandra pendek.”Kita harus membenahi keluarga ini. Dan menurutku tak akan bisa kalau kau selalu menghindar. Setelah papa menikah dengan Nisya, kau memilih tinggal dengan Angela. Setelah lulus SMA, kau ke Amerika untuk melanjutkan studimu. Setelah pulang dari Amerika pun kau memilih tinggal di apartemen. Kau selalu menghindar untuk tinggal satu atap dengan keluargamu sendiri,” tukas Benny.”Aku lebih suka tinggal di apartemen. Evanna juga suka di sana,” sahut Khandra.Evanna memperhatikan perdebatan antara suaminya dan ayahnya yang tampaknya saling memiliki idealisme masing-masing. Meskipun Khandra mencoba untuk menjaga sikapnya, tapi ia jelas akan teguh pada pendiriannya.”Kalau kita tinggal terpisah, Papa tak bisa dekat denganmu. Bertahun-tahun kau mencoba memisahkan diri dari kami dan Papa rasa sudah saatnya kau terlibat dan dekat dengan ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08

Bab terbaru

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 85 – Dalam Hati Siapa yang Tahu

    Diva masih terduduk di lantai di depan pintu apartemen Rakha. Tangisnya tak kunjung reda, namun ia tahu ia tak bisa terus seperti ini. Napasnya terengah-engah saat ia bangkit berdiri dengan kaki gemetar. Dengan langkah terseok, ia menuju lift di ujung lorong. Air matanya mengalir deras, meskipun ia mencoba menyekanya.Tiba di depan lift, Diva memencet tombolnya dan menunggu. Suasana sunyi lorong hanya dihiasi suara isakannya yang tertahan. Pintu lift terbuka perlahan, dan saat itu juga dunia Diva serasa runtuh untuk kedua kalinya hari itu.Di dalam lift, berdiri seorang wanita dengan gaun elegan berwarna merah tua. Wajahnya cantik, bersih, dan bercahaya seperti biasanya. Evanna, adik tirinya.Diva menelan ludah, tubuhnya seketika tegang. Ia buru-buru menghapus air mata dengan punggung tangannya, meskipun jejak tangis masih jelas terlihat di wajahnya. Evanna memandangnya, awalnya dengan kebingungan, tapi kemudian matanya menyipit, seolah ia ingin tahu apa yang sedang terjadi."Diva?" p

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 84 – Yang Tak Seharusnya Terjadi

    Wajah Diva berubah sendu. Apalagi saat ditatapnya wajah Rakha yang terlihat masam. Laki-laki itu tak terlihat bahagia saat bertemu dengannya. Rakha malah terlihat muak.Diva mengembuskan napas berat, seolah setiap pijakan adalah hukuman yang tak terhindarkan. Diva merasa aliran udara di kafe itu terasa seperti racun. Napasnya terasa semakin pendek dan dadanya terasa sesak."Aku nggak punya banyak waktu. Cepat katakan apa maumu," ucap Rakha dingin, suaranya datar, namun tajam.Senyum samar yang coba ditunjukkan Diva memudar sedikit, tapi ia tetap berusaha tenang meki batinyya bergemuruh."Kamu selalu buru-buru. Apa kita nggak bisa duduk santai sebentar? Aku mau bicara sesuatu yang penting.""Aku bilang cepat," potong Rakha tegas, membuat Diva tersentak. Matanya mengerjap beberapa kali, tapi ia menelan semua protes yang hampir keluar dari mulutnya."Aku... aku butuh tempat yang lebih tenang. Ini penting banget, Rakha."Rakha mendesah panjang. Kesabarannya hampir habis. "Di sini cukup t

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 83 – Menunggu yang Tak Pasti

    Diva menatap jam di dinding lobi apartemen yang tak kunjung bergerak sesuai harapannya. Sudah satu jam lebih dia menunggu, dan semakin lama perasaan resahnya tak bisa dikendalikan.Kursi tempat dia duduk terasa panas, dan lantai marmer yang dingin bahkan tak lagi memberi ketenangan saat ia kembali berjalan mondar-mandir.Lobi yang dingin dan luas itu terasa semakin sempit, seakan menjerat tubuhnya dalam kesunyian yang tak nyaman. Deru mesin pendingin udara yang berdengung pelan hanya menambah rasa jengkel yang bergulung di dadanya. Dia mengembuskan napas panjang, berusaha meredakan detak jantung yang berpacu.Laki-laki muda di front office menatapnya sejak tadi, pandangannya tajam seolah dia sedang menilai sesuatu yang bukan urusannya. Diva mengabaikan tatapan itu, walau perasaannya bergejolak. Bagi Diva, manusia macam dia tak perlu diperhatikan. Sekadar pengurus lobi, apa yang pantas ia pikirkan? "Masa bodoh dengan manusia rendahan macam itu," gumam Diva dalam hati, sambil menegakkan

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 82 – Telepon yang Mengganggu

    Rakha mengusap wajahnya kasar. Setelah mendapat telepon yang tidak mengenakkan dari ibunya, kini ia kembali mendapatkan telepon. Kali ini dari nomor yang tidak dikenal.Meskipun begitu, Rakha tahu siapa yang meneleponnya kali ini. Selama beberapa hari terakhir ia mengabaikan si penelepon. Bahkan ini nomor kesekian yang akan menghiasi daftar blokirnya.Namun, tampaknya manusia satu ini tak kenal istilah menyerah dalam kamusnya. Sehari bisa belasan kali ia menghubunginya dengan nomor yang berbeda. Tingkahnya sudah seperti kolektor nomor perdana saja.Rakha menggeram kesal. Ponsel pintarnya bergetar hebat sekali lagi, layar menampilkan nomor tak dikenal yang berkedip-kedip. Sudah berapa kali sih perempuan itu menghubunginya? Jari-jarinya dengan malas meraih ponsel, matanya melirik jam dinding. Hari sudah semakin siang tampaknya.Sejak beberapa hari terakhir, Diva seakan tidak pernah lelah meneleponnya. Setiap kali Rakha memblokir satu nomor, muncul nomor baru yang menghubunginya. Perempu

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 81 – Seharusnya Tak Seperti Ini

    Nisya memejamkan matanya, mencoba menetralisir emosinya. Tangan kanannya mencengkeram erat dadanya. Merasakan jantungnya yang berdetak menggila. Khandra dan istrinya itu sudah sangat keterlaluan. Mereka tak lagi menganggapnya sebagai nyonya rumah ini.Pandangan Nisya menerawang, menyiratkan kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan. Nisya berdiri terpaku di tengah kamar. Pikirannya kembali melayang pada percakapan singkat namun menegangkan beberapa saat lalu.Suara Evanna, istri Khandra sekaligus anak tirinya yang kini memimpin perusahaan, terngiang-ngiang di telinganya. Tuduhan itu terasa begitu berat, menghantam tepat di titik terlemahnya - Rakha, putra kandungnya yang selama ini ia banggakan."Khandra curiga bahwa Rakha mungkin telah meretas komputer perusahaan.”Ucapan Evanna tadi kembali terngiang di benak Nisya. Tubuh wanita paruh baya itu menggigil. Kalau sampai Rakha berbuat seperti itu, alangkah bodohnya. Rakha sudah menggali lubang kuburnya sendiri.Tuduhan Khandra terhadap

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 80 – Konflik

    Suara benturan pintu yang dibuka paksa membuat Evanna terlonjak kaget. Evanna yang memasuki kamar Rakha tanpa izin sampai terlonjak kaget ketika sosok Nisya muncul dengan wajah merah padam. Mata wanita paruh baya itu menyala-nyala, penuh amarah yang siap meledak."Apa yang kau lakukan di sini?" bentak Nisya, suaranya menggema di ruangan yang sunyi itu.Evanna tergagap, berusaha menenangkan detak jantungnya yang mendadak berpacu cepat. "Mama... saya...saya…""Jangan panggil aku Mama.! Aku bukan ibumu," potong Nisya tajam."Menjadi menantuku saja kau tidak pantas. Sekarang jawab, apa yang kau lakukan di kamar anakku?" sembur Nisya.Evanna menelan ludah, otaknya berputar cepat mencari jawaban yang tepat. Ia tahu bahwa apapun yang dikatakannya, Nisya pasti akan menyalahartikannya. Wanita itu sudah terlanjur membencinya sejak awal pernikahannya dengan Khandra."Saya mencari Rakha, Ma," akhirnya Evanna berhasil menjawab, suaranya bergetar. "Khandra meminta saya untuk—""Khandra?" Nisya mend

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 79 – Taktik Kotor Rakha

    Wajah Khandra berubah tegang saat melihat nama Rendra, asistennya, tertera di layar ponselnya. Tak biasanya Rendra meneleponnya sepagi ini, kecuali ada hal yang sangat penting dan mendesak.”Ada apa, Rend?” tanya Khandra cemas.”Ada masalah penting di kantor. Sebaiknya kau segera kemari!” seru Rendra dari balik telepon. Suaranya terdengar cemas.Khandra langsung melompat dari tempat duduknya dan meraih jas yang terletak di punggung kursi dan.”Apa yang terjadi? Jelaskan!””Sistem keamanan komputer diretas dan sistem komputer di kantor menjadi kacau. Para karyawan panik dan tidak bisa bekerja,” lapor Rendra.Darah Khandra berdesir panas. Bagaimana bisa hal ini terjadi? Sistem komputer perusahaannya termasuk canggih dan dilengkapi sistem keamanan yang ketat. Tak mungkin ada yang dengan begitu mudah meretas sistem komputer perusahaan, kecuali ….”Segera hubungi tim IT dan lakukan apa pun untuk memulihkan data tersebut!” perintah Khandra dengan suara menggelegar.Tanpa menunggu jawaban Re

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 78 – Berusaha Meyakinkan

    Evanna menguap lebar dan membuka matanya yang masih sangat mengantuk. Tak terasa ia tertidur dengan pikiran berkecamik memenuhi otaknya. Evanna melirik jam dinding yang menunjukkan waktu pukul empat pagi.Pagi itu, Evanna bangun lebih awal daripada biasanya. Sambil menunggu Khandra bangun, Evanna memutuskan untuk menyiapkan makan pagi.Evanna tahu Khandra marah padanya. Mencoba sedikit mengobati kekecewaan suaminya itu, Evanna memasak makanan kesukaan Khandra.Evanna menata hasil karyanya pagi ini di meja bundar yang ada di ruang kerja Khandra di lantai tiga. Mereka biasa menghabiskan sarapan mereka di sana. Khandra seringkali malas bertemu muka dengan ibu tirinya saat sarapan.Khandra keluar dari kamar dengan wajah lebih segar. Sepertinya berendam di dalam bak air hangat sedikit meredakan emosinya.Ia memasuki ruang kerjanya dengan kemeja putih membungkus tubuh tegapnya dan dasi biru tua melingkari lehernya. Tampaknya ia ingin berangkat kerja lebih pagi."Maafkan aku," kata Evanna me

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 77 – Salah Paham

    ”Kau menyebut nama laki-laki lain saat aku menyentuhmu?” seru Khandra geram.Evanna menggeleng cepat menyadari kesalahannya. Sial, tanpa sadar ia malah mengucapkan nama Rakha saat mereka bercumbu.”Apa hubunganmu dengan Rakha?” tanya Khandra geram. Gairahnya hilang seketika.Khandra mencekal lengan Evanna dan menariknya memasuki kamar. Khandra meradang karena apa yang diucapkan Evanna membuatnya mengingat lagi kejadian tiga tahun yang lalu.”Ma, maaf, aku tak sengaja. Aku tadi melihat Rakha di dekat kolam renang. Aku malu dia melihat apa yang kita lakukan di balkon. Makanya aku tak sengaja berucap seperti itu,” ujar Evanna memberi alasan.Khandra menatap Evanna dengan tatapan menusuk. Dia tidak percaya dengan alasan yang diberikan Evanna.Amarahnya memuncak, dibakar oleh kecemburuan yang membara dalam dirinya. Dengan gerakan kasar, dia mendorong Evanna ke dinding, menguncinya dengan tubuhnya yang kekar.”Jangan berbohong padaku, Evanna!” bentaknya, suaranya bergetar menahan emosi.Eva

DMCA.com Protection Status