Beranda / CEO / Jerat Cinta Tuan CEO / CHAPTER 1 – Pernikahan yang Tak Diinginkan

Share

Jerat Cinta Tuan CEO
Jerat Cinta Tuan CEO
Penulis: A. Rietha

CHAPTER 1 – Pernikahan yang Tak Diinginkan

Penulis: A. Rietha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-19 20:56:10

Evanna menatap bayangan dirinya dalam cermin. Ia tersenyum, tapi bukan senyum bahagia yang terpancar. Bibirnya membentuk lengkungan ke atas tapi sorot matanya yang sayu membuat senyumannya itu terlihat menyedihkan.

“Cantik sekali!” puji make up artist yang merias Evanna sore itu.

Memang benar ia terlihat cantik. Siapa saja juga tahu kalau Ganda Rasena memiliki dua putri cantik. Sayangnya yang satu diperlakukan seperti putri kesayangan, sedangkan yang lainnya hanya serupa bayangan yang tak terlihat.

Evanna mengenakan gaun pengantin sutra yang indah dengan garis pinggang yang pas memeluk pinggang hingga pinggulnya. Lehernya melebar dengan lipitan yang saling menumpang. Gaunnya melebar secara lembut hingga ke bawah dengan ekor menjuntai di bagian belakang. Detail renda halus menghiasi bagian bahu dan punggungnya.

Sekuat hati Evanna menahan air mata yang sedari tadi menumpuk di kelopak matanya dan berlomba hendak jatuh di sepanjang pipinya yang tirus.

Ketika periasnya memakaikan kerudung, Evanna mendengar pintu kamarnya dibuka. Melalui cermin, Evanna melihat ibu tirinya memasuki kamarnya dengan senyum palsunya yang seakan mengejek Evanna. Di belakangnya ada Diva yang mengikuti ibunya dengan tatapan penuh ingin tahu.

“Kalian boleh keluar kalau sudah selesai!” perintahnya dan segera saja dua orang yang merias Evanna itu keluar.

Reni Susanti berjalan mendekati Evanna. Ia mengelilingi Evanna dan melihat setiap detail riasan dan gaun pengantin yang dipakai Evanna.

“Pengantin yang cantik. Calon suamimu pasti akan sangat takjub melihatmu,” ujarnya kemudian sambil tertawa mengejek.

Evanna tertawa sumbang. Kata-katanya terkesan memuji. Namun, Evanna tahu setiap kalimat yang keluar dari bibir perempuan itu bukan pujian untuknya, melainkan sebuah hinaan.

“Jangan pasang muka surammu itu! Kau tahu bahwa setiap pengantin harus tersenyum bahagia. Termasuk dirimu,” ucap Reni sekali lagi.

“Jangan kelihatan terpaksa juga. Kalau calonmu nanti melihat wajahmu yang kusut, lalu membatalkan pernikahan bagaimana? Mau ditaruh di mana muka kita semua?” kecam Diva menambahi kalimat ibunya.

Kakak tiri Evanna itu mengenyakkan tubuhnya yang dibalut mermaid dress merah maroon ke atas bedside sofa dan menjentikkan kuku lentiknya.

“Kau harus ingat, pernikahan ini untuk menyelamatkan keluarga kita. Kalau kau lebih suka tinggal di kolong jembatan silakan, itu memang tempat yang cocok untukmu. Kalau aku, ya, mana cocok tinggal di tempat seperti itu,” tambah Diva semakin menyebalkan.

Evanna meremas jemari tangannya supaya emosinya tidak meledak tanpa terkendali. Evanna tahu hari pernikahan memang hari yang paling membahagiakan bagi seorang perempuan.

Evanna seringkali memimpikan pernikahan yang sempurna. Bersanding di pelaminan dengan laki-laki yang dicintainya tentu akan membuatnya sebagai wanita paling bahagia.

Namun, takdir berkata lain. Dua bulan yang lalu Evanna harus menerima kenyataan bahwa ia harus mau menikah dengan laki-laki yang bukan pilihan hatinya.

‘Menikahlah dengan teman baik Papa untuk menutup utang perusahaan atau seluruh aset kita akan disita!’

Bak petir di siang hari, Evanna tak bisa menolak. Alasan apa pun yang diberikannya tak bisa mengubah keputusan ayahnya. Bahkan sampai Evanna memohon di bawah kaki ayahnya pun, tidak membuat laki-laki itu tergerak hatinya untuk mengabulkan permohonannya.

Laki-laki yang menjadi calon suami Evanna adalah teman lama ayahnya semenjak SMA. Elfandy namanya. Usianya sudah lebih dari lima puluh tahun. Evanna tak pernah tahu apa alasannya sehingga Elfandy meminta ayahnya supaya menyerahkan salah satu anak gadisnya untuk dinikahi.

Mungkin untuk meneruskan garis keturunannya karena yang Evanna tahu istri Elfandy sudah meninggal lima tahun yang lalu tanpa memberinya keturunan.

“Kau tak usah berlagak seperti pesakitan. Zaman sekarang menikah dengan laki-laki uzur pun bukan hal tabu. Banyak artis dan selebritis yang menikah dengan laki-laki tua dan mereka bahagia,” ucap Reni yang membuat darah Evanna semakin mendididh.

“Kalau bukan hal tabu kenapa bukan Diva yang disuruh menikah? Usianya juga lebih tua dariku, sudah hampir 25 tahun,” serang Evanna yang tak bisa lagi membendung emosinya.

“Kau kira aku perempuan apa? Masih banyak pemuda yang mau denganku. Buat apa aku mau menikah dengan tua bangka seperti itu. Kau yang lebih cocok dengannya bukan aku,” balas Diva sengit.

“Aku tak akan pernah menjerumuskan anakku sendiri. Diva jauh berbeda denganmu. Dia anak kandungku dengan suamiku yang sah. Lalu kau, bukankah kau anak yang tak pernah diharapkan? Kau hanya anak haram pembawa sial dari wanita murahan yang berharap naik derajatnya dengan menggoda laki-laki kaya seperti suamiku,” gerung Reni murka.

“Aku tidak pernah minta untuk dilahirkan. Aku lahir karena kesalahan papa. Seharusnya ia yang menanggung akibatnya, bukan aku,” teriak Evanna yang tak kalah berangnya. Ia sudah tak bisa lagi menahan emosinya.

Reni mengepalkan tangannya erat-erat. Kalau tak ingat di mana mereka sekarang, sudah ia koyak habis wajah gadis yang berdiri menantangnya itu. Reni mendekati Evanna dan mencengkeram dagunya erat.

“Kau seharusnya berterima kasih padaku karena mau menampung anak haram sepertimu. Kau tak harus merasakan tinggal di panti asuhan atau keleleran di jalan. Sudah cukup bagus kami memberimu makan, pakaian, juga menyekolahkanmu sampai universitas,” ejek Reni yang mengigatkan kembali akan ‘jasa-jasanya’ selama ini.

Evanna mendengus kesal. Ia lebih baik tinggal di panti asuhan daripada tinggal di neraka bersama orang-orang yang menyebutnya sebagai keluarga. Selama ini mereka memperlakukannya tak ubahnya seperti sampah.

 “Sekarang waktunya kau membalas budi. Tak usah muluk-muluk, kau cukup menikah, dan utang papamu lunas. Cukup mudah bukan? Lihat, kau juga menikah di hotel berbintang dengan gaun pengantin mahal pula. Calon suamimu kaya.  Kau tinggal duduk manis menjadi istrinya dan menikmati kekayaannya. Mudah sekali bukan?” lanjut Reni dengan nada sinisnya yang memuakkan.

“Mama benar. Kau harus tahu posisimu. Jangan berlagak yang paling tersakiti. Kami sudah terlalu baik hati padamu, apalagi Mama. Kalau aku jadi Mama, kau sudah aku buang ke selokan,” ucap Diva sambil terkekeh.

Melihat wajah Evanna yang terluka menyedihkan seperti itu adalah hiburan tersendiri baginya. Diva sangat membenci Evanna, adik tirinya yang menurutnya tak tahu diuntung itu.

Ingin sekali Evanna berteriak menantang ibu dan kakak tirinya itu. Selama hidupnya, Evanna hanya dianggap menumpang. Reni sangat jelas membedakan antara dirinya dengan Diva, kakak tirinya. Diva selalu mendapat perhatian utama dan mendapatkan kasih sayang yang istimewa. Sedangkan Evanna, ia hanya mendapatkan apa yang tersisa.

Evanna tak pernah diberi kesempatan menunjukkan siapa dirinya. Ia juga tak pernah bisa mengatakan semua yang ada di benaknya. Sejak kecil Evanna harus berlapang dada menerima apa yang dikatakan atau yang harus dia lakukan.

Evanna benci dengan dirinya yang tak pernah bisa memberontak. Evanna benci dengan semua kelemahannya. Evanna benci harus selalu menjadi yang kalah dan tersingkirkan.

“Semua sudah siap?”

Kepala Rasena, ayah Evanna, yang menyembul dari balik pintu mengalihkan pandangan Evanna dari wajah ibu tirinya yang memuakkan.

Evanna mengela napas panjang, lalu mengangguk pelan dan berjalan mendekati ayahnya menuju lorong kamar hotelnya. Ia melangkah cepat menghindari Reni dan Diva yang hanya menguras emosinya saja.

Ballroom Quantum Hotel terletak tiga lantai di bawah mereka. Evanna berjalan di samping ayahnya menuju ballroom.

Keluar dari lift yang membawanya, Evanna melihat laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya berdiri di depan pintu ballroom yang masih tertutup.

Evanna mengeluh dalam hati. Sisa hidupnya akan ia habiskan dengan laki-laki yang lebih pantas dipanggilnya ayah.

Elfandy, calon suami Evanna, memakai setelan jas hitam dan dasi kupu-kupu yang melingkari leher pendeknya. Laki-laki setengah baya itu makin terlihat tua dengan kacamata tebal yang membingkai matanya.

Laki-laki itu tampaknya sedang fokus dengan telepon genggamnya hingga tak menyadari jika Evanna dan keluarganya sudah ada di depan pintu ballroom. Wajahnya terlihat cemas. Berulang kali ia mengusap dan menekan ponselnya, lalu mendekatkannya ke telinga.

“Sudah siap, Fan?” tanya ayah Evanna pada laki-laki yang masih berkutat dengan ponselnya itu.

Elfandi menurunkan ponselnya dan menatap Rasena. Ia kemudian ganti menatap Evanna dan tersenyum lebar melihatnya. Membuat Evanna mual seketika.

“Kau cantik sekali, Evanna,” pujinya terus terang yang membuat Evanna semakin mengeluh dalam hati. Bukannya tersanjung Evanna merasa jijik mendengarnya.

“Kita masuk sekarang?” tanya Rasena saat dilihatnya Efandy kembali sibuk dengan ponselnya.

“Tunggu, tunggu sebentar lagi,” jawabnya singkat, “Ke  mana mereka,” gerutu Elfandy entah pada siapa.

“Pengantin sudah siap? Silakan berdiri berdampingan menuju ballroom. Orang tua dan keluarga yang lain bisa berjalan di belakangnya,” atur seorang staff wedding organizer.

“Sebentar, tunggu sebentar lagi!” jawab Elfandy yang tak bisa lagi menyembunyikan kepanikannya.

“Kau menunggu siapa lagi, Fan? Ini sudah terlambat hampir tiga puluh menit. Para tamu juga sudah menunggu di dalam,” ujar Rasena mengingatkan temannya itu.

“Aku tahu. Tapi pernikahan tak bisa dilangsungkan kalau calon pengantinnya belum datang. Ah, itu dia!” tunjuk Elfandy dengan senyum lega dan bahagianya.

Sontak Evanna dan keluarganya menoleh ke arah yang dilihat Elfandi. Seorang laki-laki tinggi tegap tanpa senyum berjalan ke arah mereka. Ia memakai jas hitam yang melekat sempurna di tubuhnya. Di saku atas jasnya terselip boutonniere.

Di belakangnya berjalan seorang pemuda yang usianya kelihatan lebih muda. Wajah pemuda itu tampak ceria, berbeda sekali dengan lelaki yang berjalan di depan.

“Evanna, ini Khandra Anantara. Ia yang akan menikah denganmu.”

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Chubby Misso
Bagus bangeett tulisannya. Diketik rapi, enak dibaca, alurnya menarik. Semangat melanjutkan ya Kak.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 2 – Tamparan Keras

    Evanna terperangah mendengarnya. Tunggu dulu, apa ia tidak salah dengar? Benarkah laki-laki yang berdiri angkuh di sampingnya ini yang akan menjadi suaminya? Kalau begitu calon suami Evanna bukan laki-laki tua itu?“Tu..tunggu dulu! Jadi, bukan Fandy yang akan menikah dengan Evanna?” tanya Reni terbata-bata.Diva yang berdiri di belakang ibunya, malah tampak lebih syok lagi.Bagaimana tidak, sudah sejak bulan lalu ia mengejek Evanna tentang calon suaminya yang tua bangka. Ia kerap kali menghina Evanna dan paling suka melihat adik tirinya itu terpuruk.Namun, sekarang yang berdiri di samping Evanna bukan laki-laki setengah baya dengan rambut beruban dan kaca mata tebal. Yang berdiri di samping Evanna adalah laki-laki tampan dengan badan tegap dan tinggi menjulang. Matanya yang tajam dibingkai alis lebat. Wajahnya seperti pahatan patung dewa Yunani dengan dagu terbelah.“Mama,” bisik Diva pelan di telinga ibunya,”ini benar calon suami Evanna. Apa enggak salah?” lanjutnya.Mata Diva mena

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 3 – Khandra yang Menakutkan

    Evanna menguap pagi itu. Ia menjangkau ponselnya yang terletak di atas meja. Sudah hampir pukul tujuh. Evanna menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Ia melirik ke samping tempat tidurnya yang kosong. Suaminya itu semalaman tak kembali ke kamar, entah ke mana dia.Sekarang sudah hari ketiga setelah ia menyandang gelar istri. Dan selama itu pula, suaminya tidak pernah menjenguknya di kamar.Evanna seperti orang bodoh. Ia hanya berdiam di kamarnya. Evanna tak tahu harus berbuat apa atau menghubungi siapa. Menghubungi keluarganya jelas tak mungkin. Diva dan Reni pasti akan tertawa mengejeknya. Mana ada istri yang ditinggalkan suaminya setelah pesta pernikahan.Menghubungi Khandra lebih mustahil lagi. Evanna tak tahu nomor telepon suaminya itu. Apa ia benar-benar dibuang setelah pernikahan? Apakah Khandra langsung akan menceraikannya setelah menikah. Kalau seperti itu, lalu untuk apa menggelar pesta pernikahan di hotel mewah? Sungguh tak masuk akal.Evanna tersadar dari lamunannya saa

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 4 – Everything About You

    Evanna sudah bangun tidur beberap menit yang lalu, tapi ia masih tetap bergelung di bawah selimut tebalnya. Ia segan bangun dan keluar kamar. Kalau hanya untuk bertatap muka dengan monster menyeramkan seperti semalam, ia lebih memilih sembunyi di bawah selimutnya. Tanpa sadar Evanna bergidik kalau mengingat kejadian semalam. Khandra jelas tidak menyukainya. Atau lebih tepatnya Khandra membencinya. Evanna tak tahu apa sebabnya. Ia merasa tak pernah menyinggungnya dalam hal apa pun. Apa karena Khandra sebenarnya tidak menginginkan pernikahan ini, lalu ia melampiaskan kemarahannya pada Evanna. Evanna menguap lebar dan membalikkan tubuhnya menatap langit-langit kamar. Setelah ini apa yang harus dilakukannya? Apa ia harus angkat kaki dari sini dan pergi menjauh? Kalau harus pergi di mana ia akan tinggal? Evanna tak pernah mempunyai banyak uang. Kalau ia harus mencari tempat tinggal sendiri, tentu akan memerlukan uang yang tidak sedikit. Kembali ke rumah orang tuanya? Hell, mending ia tin

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 5 – Skandal Menjijikkan

    “Oh, kau belum tahu? Padahal skandalnya menjadi berita besar tiga bulan lalu. Skandal itu bahkan menjadi topik utama berita nasional, bahkan akun-akun gosip pun juga membuat beritanya semakin heboh,” jelas Rakha penuh semangat.Evanna berpikir keras sampai dahinya berkerut. Tapi, tak sekilas pun ia bisa mengingat tentang skandal yang melibatkan Khandra Anantara. Atau jangan-jangan memang dia yang kurang update tentang berita mengenai skandal dan selebritis.“Skandal apa? Nampaknya ada berita besar yang terlewat olehku,” ucap Evanna akhirnya setelah menyerah mengorek memori otaknya.“Ke mana saja kau ini, Kakak Ipar? Pantas saja, Khandra nggak pernah protes lagi setelah menikah denganmu. Ternyata kau memang tinggal di dalam gua sebelum ini sampai-sampai tak tahu berita heboh seperti itu,” seloroh Rakha sambil tertawa keras sampai-sampai pengunjung di sekelilingnya menatap ke arah meja mereka.“Tiga bulan yang lalu aku masih sibuk dengan ujian skripsiku, mana sempat memperhatikan berita

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-19
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 6 – Pelampiasan

    Khandra menyusuri wajah Evanna yang terlihat ketakutan. Air mata sudah membasahi pipinya yang pucat. Khandra tertawa sinis saat melihat keadaan Evanna yang terlihat menyedihkan.Perempuan ini beberapa menit yang lalu bisa dengan angkuh mengejeknya dan sekarang, ia tak berdaya di bawah kungkungannya. Sekarang wajah berang perempuan itu berubah menjadi tikus yang terpojok dan menggigil ketakutan.Namun, bukannya merasa kasihan Khandra justru menikmatinya. Perempuan ini harus diberi pelajaran supaya ingat posisinya. Kalau tidak, ia bisa menginjak-injak harga dirinya kapan saja.“Kau bilang aku menjijikkan bukan? Aku akan tunjukkan padamu seperti apa wujud menjijikkan seperti yang kaubilang padaku tadi.”Khandra melepas dasi yang dipakainya dengan satu tangan. Satu tangannya yang lain masih mencekal erat kedua tangan Evanna. Gadis itu memberontak, tapi tangan besar Khandra semakin erat mencengkeran kedua pergelangan tangannya.Khandra mengikat kedua tangan Evanna dengan dasinya. Diikatnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 7 – Setelah Emosi Meluap

    ”Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang kauucapkan,” tanya Angela sambil menggelengkan kepalanya.”Evanna itu sama seperti perempuan lain yang mendekatiku. Ia hanya menginginkan uangku. Tante tahu, dia anak di luar nikah. Anak haram hasil selingkuhan bapaknya. Dia sengaja mau menaikkan derajatnya, makanya dia setuju untuk menikah denganku,” jelas Khandra berapi-api.”Oh, ya, betulkah itu?” tanya Angela lagi.”Tante nggak percaya padaku? Aku sudah mengecek latar belakangnya dan menurutku nggak ada bagus-bagusnya. Kelakuan orang tuanya yang tukang selingkuh seperti itu, pasti akan menurun ke anaknya. Kita sudah lihat salah satu contoh nyatanya,” terang Khandra meyakinkan Angela.Angela tertawa sumbang mendengar argumentasi Khandra. Ia paham hidup keponakannya itu tidak mudah. Khandra ditinggal ibunya pergi untuk selamanya sejak usia dua belas tahun. Ia terpaksa menerima kehadiran ibu dan adik tirinya dua tahun kemudian. Satu hal lagi yang membuatnya sulit mempercayai orang lain adal

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 8 – Di Luar Ekspektasi

    Evanna beringsut ketakutan sambil memegangi selimutnya erat-erat. Dadanya naik turun dengan cepat. Tatapan mata Khandra yang tajam tanpa kedip seperti mendominasinya.Evanna masih teringat peristiwa menyakitkan tadi dan ia tak mau lagi merasakan sakit yang sama.Evanna membeliak saat suaminya itu melangkah mendekatinya. Satu lututnya sudah ia tumpu di tepi ranjang. Sudah cukup, tubuh dan hatinya tak bisa lagi menerima perlakuan Khandra yang di luar batas perikemanusiaan seperti tadi.Perlahan Evanna menggeser tubuhnya hingga punggungnya membentur headbed yang dingin. Tangannya dikatupkan di depan dada dan memegang erat selimutnya. Bibirnya bergetar saat air mata kembali menitik melalui matanya yang sembab.Evanna kembali tersentak saat Khandra menarik selimutnya keras. Ia berusaha menariknya kembali untuk menutupi tubuhnya, tapi sia-sia. Tubuh polosnya sekali lagi terekspos di depan laki-laki yang tak ubahnya monster di mata Evanna."Kau mau apa lagi?" cicit Evanna, lemah dan ketakuta

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 9 – Sebuah Perjanjian

    ”Ini apa?” tanya Evanna. Khandra tidak menjawab. Ia membuka map itu, lalu meletakkan selembar kertas di atasnya. ”Surat perjanjian kita,” ujarnya singkat. Evanna membaca kalimat demi kalimat yang tertera dalam kertas itu. Ada beberapa klausul yang dituliskan Khandra sehubungan dengan pernikahan mereka. ”Kenapa harus pakai perjanjian?” tanya Evanna lagi. ”Kita harus mengatur segala hal, baik tentang peran, kewajiban, serta hak masing-masing dari kita selama pernikahan ini. Pernikahan ini mungkin hanya sementara. Paling cepat awal tahun depan kita bercerai. Kalau sial, mungkin dua atau tiga tahun lagi baru kita bisa bercerai,” terang Khandra yang terlihat sangat enteng menyebut kata cerai dan pernikahan sementara di depan Evanna. Evanna tersenyum miris. Ia semakin tidak mengenal suaminya itu. Perlakuan Khandra padanya sebelumnya sudah membuat Evanna kehilangan harga diri. Setelah itu, Khandra menunjukkan sikapnya yang lembut meski tak mengurangi perannya yang dominan dan suka meme

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02

Bab terbaru

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 85 – Dalam Hati Siapa yang Tahu

    Diva masih terduduk di lantai di depan pintu apartemen Rakha. Tangisnya tak kunjung reda, namun ia tahu ia tak bisa terus seperti ini. Napasnya terengah-engah saat ia bangkit berdiri dengan kaki gemetar. Dengan langkah terseok, ia menuju lift di ujung lorong. Air matanya mengalir deras, meskipun ia mencoba menyekanya.Tiba di depan lift, Diva memencet tombolnya dan menunggu. Suasana sunyi lorong hanya dihiasi suara isakannya yang tertahan. Pintu lift terbuka perlahan, dan saat itu juga dunia Diva serasa runtuh untuk kedua kalinya hari itu.Di dalam lift, berdiri seorang wanita dengan gaun elegan berwarna merah tua. Wajahnya cantik, bersih, dan bercahaya seperti biasanya. Evanna, adik tirinya.Diva menelan ludah, tubuhnya seketika tegang. Ia buru-buru menghapus air mata dengan punggung tangannya, meskipun jejak tangis masih jelas terlihat di wajahnya. Evanna memandangnya, awalnya dengan kebingungan, tapi kemudian matanya menyipit, seolah ia ingin tahu apa yang sedang terjadi."Diva?" p

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 84 – Yang Tak Seharusnya Terjadi

    Wajah Diva berubah sendu. Apalagi saat ditatapnya wajah Rakha yang terlihat masam. Laki-laki itu tak terlihat bahagia saat bertemu dengannya. Rakha malah terlihat muak.Diva mengembuskan napas berat, seolah setiap pijakan adalah hukuman yang tak terhindarkan. Diva merasa aliran udara di kafe itu terasa seperti racun. Napasnya terasa semakin pendek dan dadanya terasa sesak."Aku nggak punya banyak waktu. Cepat katakan apa maumu," ucap Rakha dingin, suaranya datar, namun tajam.Senyum samar yang coba ditunjukkan Diva memudar sedikit, tapi ia tetap berusaha tenang meki batinyya bergemuruh."Kamu selalu buru-buru. Apa kita nggak bisa duduk santai sebentar? Aku mau bicara sesuatu yang penting.""Aku bilang cepat," potong Rakha tegas, membuat Diva tersentak. Matanya mengerjap beberapa kali, tapi ia menelan semua protes yang hampir keluar dari mulutnya."Aku... aku butuh tempat yang lebih tenang. Ini penting banget, Rakha."Rakha mendesah panjang. Kesabarannya hampir habis. "Di sini cukup t

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 83 – Menunggu yang Tak Pasti

    Diva menatap jam di dinding lobi apartemen yang tak kunjung bergerak sesuai harapannya. Sudah satu jam lebih dia menunggu, dan semakin lama perasaan resahnya tak bisa dikendalikan.Kursi tempat dia duduk terasa panas, dan lantai marmer yang dingin bahkan tak lagi memberi ketenangan saat ia kembali berjalan mondar-mandir.Lobi yang dingin dan luas itu terasa semakin sempit, seakan menjerat tubuhnya dalam kesunyian yang tak nyaman. Deru mesin pendingin udara yang berdengung pelan hanya menambah rasa jengkel yang bergulung di dadanya. Dia mengembuskan napas panjang, berusaha meredakan detak jantung yang berpacu.Laki-laki muda di front office menatapnya sejak tadi, pandangannya tajam seolah dia sedang menilai sesuatu yang bukan urusannya. Diva mengabaikan tatapan itu, walau perasaannya bergejolak. Bagi Diva, manusia macam dia tak perlu diperhatikan. Sekadar pengurus lobi, apa yang pantas ia pikirkan? "Masa bodoh dengan manusia rendahan macam itu," gumam Diva dalam hati, sambil menegakkan

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 82 – Telepon yang Mengganggu

    Rakha mengusap wajahnya kasar. Setelah mendapat telepon yang tidak mengenakkan dari ibunya, kini ia kembali mendapatkan telepon. Kali ini dari nomor yang tidak dikenal.Meskipun begitu, Rakha tahu siapa yang meneleponnya kali ini. Selama beberapa hari terakhir ia mengabaikan si penelepon. Bahkan ini nomor kesekian yang akan menghiasi daftar blokirnya.Namun, tampaknya manusia satu ini tak kenal istilah menyerah dalam kamusnya. Sehari bisa belasan kali ia menghubunginya dengan nomor yang berbeda. Tingkahnya sudah seperti kolektor nomor perdana saja.Rakha menggeram kesal. Ponsel pintarnya bergetar hebat sekali lagi, layar menampilkan nomor tak dikenal yang berkedip-kedip. Sudah berapa kali sih perempuan itu menghubunginya? Jari-jarinya dengan malas meraih ponsel, matanya melirik jam dinding. Hari sudah semakin siang tampaknya.Sejak beberapa hari terakhir, Diva seakan tidak pernah lelah meneleponnya. Setiap kali Rakha memblokir satu nomor, muncul nomor baru yang menghubunginya. Perempu

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 81 – Seharusnya Tak Seperti Ini

    Nisya memejamkan matanya, mencoba menetralisir emosinya. Tangan kanannya mencengkeram erat dadanya. Merasakan jantungnya yang berdetak menggila. Khandra dan istrinya itu sudah sangat keterlaluan. Mereka tak lagi menganggapnya sebagai nyonya rumah ini.Pandangan Nisya menerawang, menyiratkan kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan. Nisya berdiri terpaku di tengah kamar. Pikirannya kembali melayang pada percakapan singkat namun menegangkan beberapa saat lalu.Suara Evanna, istri Khandra sekaligus anak tirinya yang kini memimpin perusahaan, terngiang-ngiang di telinganya. Tuduhan itu terasa begitu berat, menghantam tepat di titik terlemahnya - Rakha, putra kandungnya yang selama ini ia banggakan."Khandra curiga bahwa Rakha mungkin telah meretas komputer perusahaan.”Ucapan Evanna tadi kembali terngiang di benak Nisya. Tubuh wanita paruh baya itu menggigil. Kalau sampai Rakha berbuat seperti itu, alangkah bodohnya. Rakha sudah menggali lubang kuburnya sendiri.Tuduhan Khandra terhadap

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 80 – Konflik

    Suara benturan pintu yang dibuka paksa membuat Evanna terlonjak kaget. Evanna yang memasuki kamar Rakha tanpa izin sampai terlonjak kaget ketika sosok Nisya muncul dengan wajah merah padam. Mata wanita paruh baya itu menyala-nyala, penuh amarah yang siap meledak."Apa yang kau lakukan di sini?" bentak Nisya, suaranya menggema di ruangan yang sunyi itu.Evanna tergagap, berusaha menenangkan detak jantungnya yang mendadak berpacu cepat. "Mama... saya...saya…""Jangan panggil aku Mama.! Aku bukan ibumu," potong Nisya tajam."Menjadi menantuku saja kau tidak pantas. Sekarang jawab, apa yang kau lakukan di kamar anakku?" sembur Nisya.Evanna menelan ludah, otaknya berputar cepat mencari jawaban yang tepat. Ia tahu bahwa apapun yang dikatakannya, Nisya pasti akan menyalahartikannya. Wanita itu sudah terlanjur membencinya sejak awal pernikahannya dengan Khandra."Saya mencari Rakha, Ma," akhirnya Evanna berhasil menjawab, suaranya bergetar. "Khandra meminta saya untuk—""Khandra?" Nisya mend

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 79 – Taktik Kotor Rakha

    Wajah Khandra berubah tegang saat melihat nama Rendra, asistennya, tertera di layar ponselnya. Tak biasanya Rendra meneleponnya sepagi ini, kecuali ada hal yang sangat penting dan mendesak.”Ada apa, Rend?” tanya Khandra cemas.”Ada masalah penting di kantor. Sebaiknya kau segera kemari!” seru Rendra dari balik telepon. Suaranya terdengar cemas.Khandra langsung melompat dari tempat duduknya dan meraih jas yang terletak di punggung kursi dan.”Apa yang terjadi? Jelaskan!””Sistem keamanan komputer diretas dan sistem komputer di kantor menjadi kacau. Para karyawan panik dan tidak bisa bekerja,” lapor Rendra.Darah Khandra berdesir panas. Bagaimana bisa hal ini terjadi? Sistem komputer perusahaannya termasuk canggih dan dilengkapi sistem keamanan yang ketat. Tak mungkin ada yang dengan begitu mudah meretas sistem komputer perusahaan, kecuali ….”Segera hubungi tim IT dan lakukan apa pun untuk memulihkan data tersebut!” perintah Khandra dengan suara menggelegar.Tanpa menunggu jawaban Re

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 78 – Berusaha Meyakinkan

    Evanna menguap lebar dan membuka matanya yang masih sangat mengantuk. Tak terasa ia tertidur dengan pikiran berkecamik memenuhi otaknya. Evanna melirik jam dinding yang menunjukkan waktu pukul empat pagi.Pagi itu, Evanna bangun lebih awal daripada biasanya. Sambil menunggu Khandra bangun, Evanna memutuskan untuk menyiapkan makan pagi.Evanna tahu Khandra marah padanya. Mencoba sedikit mengobati kekecewaan suaminya itu, Evanna memasak makanan kesukaan Khandra.Evanna menata hasil karyanya pagi ini di meja bundar yang ada di ruang kerja Khandra di lantai tiga. Mereka biasa menghabiskan sarapan mereka di sana. Khandra seringkali malas bertemu muka dengan ibu tirinya saat sarapan.Khandra keluar dari kamar dengan wajah lebih segar. Sepertinya berendam di dalam bak air hangat sedikit meredakan emosinya.Ia memasuki ruang kerjanya dengan kemeja putih membungkus tubuh tegapnya dan dasi biru tua melingkari lehernya. Tampaknya ia ingin berangkat kerja lebih pagi."Maafkan aku," kata Evanna me

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 77 – Salah Paham

    ”Kau menyebut nama laki-laki lain saat aku menyentuhmu?” seru Khandra geram.Evanna menggeleng cepat menyadari kesalahannya. Sial, tanpa sadar ia malah mengucapkan nama Rakha saat mereka bercumbu.”Apa hubunganmu dengan Rakha?” tanya Khandra geram. Gairahnya hilang seketika.Khandra mencekal lengan Evanna dan menariknya memasuki kamar. Khandra meradang karena apa yang diucapkan Evanna membuatnya mengingat lagi kejadian tiga tahun yang lalu.”Ma, maaf, aku tak sengaja. Aku tadi melihat Rakha di dekat kolam renang. Aku malu dia melihat apa yang kita lakukan di balkon. Makanya aku tak sengaja berucap seperti itu,” ujar Evanna memberi alasan.Khandra menatap Evanna dengan tatapan menusuk. Dia tidak percaya dengan alasan yang diberikan Evanna.Amarahnya memuncak, dibakar oleh kecemburuan yang membara dalam dirinya. Dengan gerakan kasar, dia mendorong Evanna ke dinding, menguncinya dengan tubuhnya yang kekar.”Jangan berbohong padaku, Evanna!” bentaknya, suaranya bergetar menahan emosi.Eva

DMCA.com Protection Status