Home / CEO / Jerat Cinta Tuan CEO / CHAPTER 3 – Khandra yang Menakutkan

Share

CHAPTER 3 – Khandra yang Menakutkan

Author: A. Rietha
last update Last Updated: 2024-01-19 20:57:41

Evanna menguap pagi itu. Ia menjangkau ponselnya yang terletak di atas meja. Sudah hampir pukul tujuh. Evanna menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Ia melirik ke samping tempat tidurnya yang kosong. Suaminya itu semalaman tak kembali ke kamar, entah ke mana dia.

Sekarang sudah hari ketiga setelah ia menyandang gelar istri. Dan selama itu pula, suaminya tidak pernah menjenguknya di kamar.

Evanna seperti orang bodoh. Ia hanya berdiam di kamarnya. Evanna tak tahu harus berbuat apa atau menghubungi siapa. Menghubungi keluarganya jelas tak mungkin. Diva dan Reni pasti akan tertawa mengejeknya. Mana ada istri yang ditinggalkan suaminya setelah pesta pernikahan.

Menghubungi Khandra lebih mustahil lagi. Evanna tak tahu nomor telepon suaminya itu. Apa ia benar-benar dibuang setelah pernikahan? Apakah Khandra langsung akan menceraikannya setelah menikah. Kalau seperti itu, lalu untuk apa menggelar pesta pernikahan di hotel mewah? Sungguh tak masuk akal.

Evanna tersadar dari lamunannya saat mendengar ketukan di pintu kamar hotelnya. Ia cepat-cepat bangun dan menguncir rambutnya. Evanna mengintip dari door viewer dan melihat seorang perempuan tengah berdiri di depan pintu.

“Ya?” tanya Evanna setelah membuka pintu.

Perempuan dengan rambut sebatas bahu itu tersenyum ramah kepada Evanna.

“Evanna Laura? Perkenalkan, aku Angela. Boleh masuk?” tanya perempuan ramah itu.

Perempuan itu melangkah mendekati Evanna, memeluknya, dan mencium pipinya. Evanna mengerutkan keningnya dan berusaha melepaskan pelukannya. Ia tak mengenal wanita itu. Dan terhadap orang yang tidak dikenalnya, Evanna selalu waspada.

“Ah, aku Tante Khandra. Ia memintaku untuk menjemputmu,” jelas Angela saat sadar Evanna mencoba menjaga jarak dengannya.

Tanpa sadar Evanna mengembuskan napas lega. Ternyata Khandra masih ingat kalau ia sudah memiliki istri. Meski tak menjemput langsung, paling tidak ada keluarganya yang menjemputnya.

“Oh, maaf, Tante, saya tidak tahu,” jawab Evanna yang merasa tak enak hati karena tidak menyambut Angela dengan ramah.

“Tak apa. Aku maklum. Oh, ya, Kau sudah siap untuk check out?” terang Angela saat melihat wajah Evanna yang tampak kusut masai.

“Sebentar, saya mandi dulu,” jawab Evanna malu.

Angela tertawa kecil mendengarnya. Melihat Evanna yang masih mengenakan piyama dan rambut yang dikuncir asal-asalan, ia sudah bisa menerka kalau gadis itu baru saja bangun tidur.

“Tak apa, aku bisa menunggu. Boleh aku masuk? Kau bisa mandi dan bersiap-siap dulu. Tak perlu buru-buru. Aku punya banyak waktu seharian ini,” ujar Angela yang masih dengan senyum yang menghiasi wajah ramahnya.

Evanna menggeser tubuhnya supaya Angela bisa masuk ke dalam kamarnya. Ia cepat-cepat melesat ke kamar mandi supaya Angela tidak menunggunya terlalu lama.

Angela duduk di atas sofa dan sibuk dengan ponselnya. Sepuluh menit kemudian, Evanna sudah keluar dari dalam kamar mandi dengan memakai pakaian kasual favoritnya.

“Oh, ya, Evanna, apa kau akan mampir ke rumahmu dulu sebelum pulang ke apartemen Khandra?”

“Kenapa saya harus pulang ke rumah dulu?” tanya Evanna linglung.

“Kau tidak mengambil barang-barangmu dulu di rumah?” tanya Angela yang sama tidak mengertinya dengan istri keponakannya itu.

“Oh, tidak, saya tidak perlu kembali ke rumah itu. Barang-barang saya sudah ada di sini,” jawab Evanna yang membuat Angela memicingkan matanya.

Angela menolah ke sudut ruangan. Hanya ada satu koper besar dan beberapa kardus. Cukup aneh baginya kalau barang Evanna hanya sebanyak itu.

“Kau yakin sudah membawa semua barang-barangmu? Kau akan tinggal dengan Khandra setelah menikah. Apa kau berpikir akan tinggal bersama orang tuamu setelah menikah?” tanya Angela menegaskan.

Khandra sudah berpesan pada Angela kalau Evanna akan tinggal di apartemen Khandra. Ia tak menerima pesan yang lain. Keponakannya sudah terbang ke Singapura setelah menikah. Membuat Angela harus mengomelinya panjang lebar karena meninggalkan istrinya begitu saja.

“Saya tidak kembali ke rumah orang tua saya. Dan, yah, memang hanya itu barang-barang saya. Saya tak punya banyak barang. Paling hanya sedikit pakaian dan buku-buku kuliah,” jelas Evanna.

“Oh, ya,? Kalau memang begitu tak jadi soal. Aku akan panggil bellboy sekarang untuk membawa barang-barangmu ke mobil,” ujar Angela.

Tiga puluh menit kemudian Evanna sudah duduk di dalam mobil yang dibawa Angela. Barang-barangnya sudah tertata rapi di dalam bagasi.

“Khandra tinggal dimana?” tanya Evanna saat mobil sudah melaju membelah lalu lintas yang mulai padat.

“Imperium Royal Apartement. Keterlaluan anak itu. Kemarin lusa setelah menikah, ia langsung terbang ke Singapura. Katanya urusan bisnis. Heran, bisnis macam apa yang membuatnya harus segera ke sana dan meninggalkanmu sendirian di hotel,” gerutu Angela.

Evanna hanya tersenyum miris. Khandra tak bicara apa-apa padanya selama resepsi. Bahkan menatapnya pun tampaknya Khandra juga segan. Evanna heran apa yang membuat laki-laki itu mau menikah dengannya. Apa juga ia sama terpaksanya seperti Evanna?

“Tante Angela, apa yang sebenarnya terjadi dalam pernikahan kami?” tanya Evanna, mencoba memecah keheningan dalam mobil.

Angela menggumam pelan, “Mungkin lebih baik kalau Khandra sendiri yang memberitahumu. Ia memang laki-laki yang sulit, tapi sebenarnya ia anak yang baik.”

Mereka akhirnya sampai di depan Imperium Royal Apartment. Gedung tinggi dengan arsitektur modern yang megah menjulang di hadapan mereka. Angela memarkir mobil dengan hati-hati, lalu membuka pintu untuk Evanna.

Evanna melangkah keluar dan mengamati gedung tersebut. Khandra, suaminya, tinggal di tempat semegah ini. Suasana hatinya tengah berkecamuk, tetapi dia memilih untuk menyimpannya sendiri.

Di dalam lift menuju apartemen Khandra, Angela memberi semangat pada Evanna, “Siap-siap, Sayang. Kau harus siap menghadapi apa pun yang terjadi. Kau bisa bilang padaku kalau Khandra menyulitkanmu. Kau tenang saja, aku ada di pihakmu.”

Evanna mengangguk, mencoba menyiapkan diri untuk pertemuan yang mungkin akan mengubah segalanya. Tante Khandra ini tampaknya sangat ramah dan baik hati. Membuat Evanna merasa nyaman di dekatnya.

Pintu lift terbuka, Evanna melangkah pelan mengikuti Angela. Tante suaminya itu tampaknya sangat mengenal Khandra. Bahkan, ia bisa membuka password pintu apartemen Khandra dengan mudah.

“Nah, Evanna, selamat datang di apartemen Khandra. Kau akan tinggal bersamanya sebagai suami istri sejak saat ini,” ucap Angela pada Evanna yang melangkah ragu memasuki tempat tinggal Khandra, suaminya.

٭٭٭

Braaakkk!

Suara benda yang dibanting dengan keras membuat Evanna terjaga dari tidurnya malam itu. Dari arah balkon kamar tidurnya, Evanna mendengar suara laki-laki yang tampaknya sedang bicara entah denngan siapa.

Evanna beringsut mendekati pintu balkon dan menyibak korden penutupnya. Evanna melihat punggung Khandra yang berbicara melalui telepon memunggunginya.

Suara kerasnya membahana. Tampaknya suaminya itu tengah bertengkar dengan lawan bicaranya. Akhirnya Khandra pulang juga. Entah jam berapa ia pulang. Seingat Evanna, saat ia masuk kedalam kamar jam sepuluh tadi Khandra belum pulang.

“Yang penting aku kawin, kan? Apa ada yang lain lagi?”

Suara Khandra yang masih berteriak terdengar oleh Evanna. Ia tersenyum kecut saat mendengar bahwa bagi Khandra yang penting ia sudah menikah.

“Apa pentingnya aku menikah sebulan, dua bulan atau setahun dua tahun? Bagi Papa aku menikah dan kelihatan baik sudah cukup kan? Tak usah sibuk mengurusi bagaimana aku dan istriku. Toh, kami sama-sama tidak menginginkan pernikahan ini.”

Evanna tertunduk lesu. Tampaknya Khandra sangat tidak menginginkannya sebagai istrinya. Evanna merasa dadanya sesak. Ternyata di mana pun ia berada, ia tidak diinginkan. Tidak di rumah ayahnya, tidak pula di rumah suaminya.

Evanna berjengit terkejut saat didengarnya gerungan penuh amarah kembali terucap dari bibir Khandra. Tanpa sadar ia melangkah mundur, namun punggungnya menabrak meja rias yang ada di dekatnya.

Botol parfumnya terjatuh dari atas meja. Botol kaca itu pecah berkeping-keping saat menghantam lantai marmer di bawahnya. Evanna cepat-cepat mengambil tissue untuk membersihkan pecahan botol itu.

Belum juga Evanna membersihkan pecahan kaca yang terserak, pintu kaca yang mengarah ke balkon menjeblak terbuka. Evanna mendongak dan melihat wajah Khandra yang memerah seperti ingin menerkamnya. Evanna merasa napasnya tersangkut di tenggorokan saat Khandra menatapnya dengan mata nyalang.

"Kau mengupingku?" bentak Khandra pada Evanna yang tengah berjongkok di dekat meja rias.

Evanna menggeleng dengan cepat, mencoba menyingkirkan rasa takutnya.

“Aku tidak menguping,” jawab Evanna dengan suara bergetar.

Melihat suaminya dengan wajah menyeramkan seperti itu membuat nyali Evanna hilang seketika. Evanna seperti melihat monster bertanduk dengan mata merah menyala menyeramkan.

Khandra berjongkok di dekat Evanna. Ia meraih dagu Evanna dan menariknya mendekat.

“Kau mengupingku?" Khandra mengulang pertanyaannya. Kali ini dengan suara seraknya yang intonasinya lebih tajam.

Evanna menggeleng dengan cepat. Evanna hanya bisa menggelengkan kepalanya kuat-kuat tanpa bisa bicara sepatah kata pun. Ia mencoba menyingkirkan ketakutannya yang semakin memuncak.

"Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku tidak sengaja mendengarmu berteriak tadi. Dan aku… Aku hanya... hanya khawatir," kata Evanna terbata-bata dengan suara lirih. Ia mencoba meyakinkan suaminya yang masih menetapnya marah.

Khandra melepaskan genggamannya pada dagu Evanna kasar, tetapi tatapannya tetap tajam mengarah pada wajah Evanna yang pucat pasi.

"Khawatir? Kau tidak tahu apa-apa tentangku. Jadi, buat apa kau khawatir. Jangan suka mencampuri urusanku!" hardik Khandra yang membuat hati Evanna mencelos.

Evanna merasa tubuhnya gemetar. Ia tak tahu harus berucap apalagi. Evanna takut setiap kata yang terucap dari bibirnya bukannya meredakan amarah Khandra, tapi justru semakin membuat suaminya itu murka.

"Satu hal yang harus kauingat, Evanna. Jangan suka mencampuri urusanku. Kalau masih ingin hidup dengan damai, jangan melanggar batas yang aku buat untukmu," tegas Khandra sambil berdiri, meninggalkan Evanna yang masih terdiam di tempat.

Evanna mendengar pintu kamar yang dibanting saat Khandra melangkah meninggalkannya. Evana terduduk lemas di lantai. Ia biarkan air mata luruh di sepanjang pipi tirusnya. Ia meratapi nasibnya yang jauh lebih buruk dari sebelumnya. Membayangkan betapa mengerikannya hari-harinya setelah ini.

Bersambung

Related chapters

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 4 – Everything About You

    Evanna sudah bangun tidur beberap menit yang lalu, tapi ia masih tetap bergelung di bawah selimut tebalnya. Ia segan bangun dan keluar kamar. Kalau hanya untuk bertatap muka dengan monster menyeramkan seperti semalam, ia lebih memilih sembunyi di bawah selimutnya. Tanpa sadar Evanna bergidik kalau mengingat kejadian semalam. Khandra jelas tidak menyukainya. Atau lebih tepatnya Khandra membencinya. Evanna tak tahu apa sebabnya. Ia merasa tak pernah menyinggungnya dalam hal apa pun. Apa karena Khandra sebenarnya tidak menginginkan pernikahan ini, lalu ia melampiaskan kemarahannya pada Evanna. Evanna menguap lebar dan membalikkan tubuhnya menatap langit-langit kamar. Setelah ini apa yang harus dilakukannya? Apa ia harus angkat kaki dari sini dan pergi menjauh? Kalau harus pergi di mana ia akan tinggal? Evanna tak pernah mempunyai banyak uang. Kalau ia harus mencari tempat tinggal sendiri, tentu akan memerlukan uang yang tidak sedikit. Kembali ke rumah orang tuanya? Hell, mending ia tin

    Last Updated : 2024-01-19
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 5 – Skandal Menjijikkan

    “Oh, kau belum tahu? Padahal skandalnya menjadi berita besar tiga bulan lalu. Skandal itu bahkan menjadi topik utama berita nasional, bahkan akun-akun gosip pun juga membuat beritanya semakin heboh,” jelas Rakha penuh semangat.Evanna berpikir keras sampai dahinya berkerut. Tapi, tak sekilas pun ia bisa mengingat tentang skandal yang melibatkan Khandra Anantara. Atau jangan-jangan memang dia yang kurang update tentang berita mengenai skandal dan selebritis.“Skandal apa? Nampaknya ada berita besar yang terlewat olehku,” ucap Evanna akhirnya setelah menyerah mengorek memori otaknya.“Ke mana saja kau ini, Kakak Ipar? Pantas saja, Khandra nggak pernah protes lagi setelah menikah denganmu. Ternyata kau memang tinggal di dalam gua sebelum ini sampai-sampai tak tahu berita heboh seperti itu,” seloroh Rakha sambil tertawa keras sampai-sampai pengunjung di sekelilingnya menatap ke arah meja mereka.“Tiga bulan yang lalu aku masih sibuk dengan ujian skripsiku, mana sempat memperhatikan berita

    Last Updated : 2024-02-19
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 6 – Pelampiasan

    Khandra menyusuri wajah Evanna yang terlihat ketakutan. Air mata sudah membasahi pipinya yang pucat. Khandra tertawa sinis saat melihat keadaan Evanna yang terlihat menyedihkan.Perempuan ini beberapa menit yang lalu bisa dengan angkuh mengejeknya dan sekarang, ia tak berdaya di bawah kungkungannya. Sekarang wajah berang perempuan itu berubah menjadi tikus yang terpojok dan menggigil ketakutan.Namun, bukannya merasa kasihan Khandra justru menikmatinya. Perempuan ini harus diberi pelajaran supaya ingat posisinya. Kalau tidak, ia bisa menginjak-injak harga dirinya kapan saja.“Kau bilang aku menjijikkan bukan? Aku akan tunjukkan padamu seperti apa wujud menjijikkan seperti yang kaubilang padaku tadi.”Khandra melepas dasi yang dipakainya dengan satu tangan. Satu tangannya yang lain masih mencekal erat kedua tangan Evanna. Gadis itu memberontak, tapi tangan besar Khandra semakin erat mencengkeran kedua pergelangan tangannya.Khandra mengikat kedua tangan Evanna dengan dasinya. Diikatnya

    Last Updated : 2024-02-27
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 7 – Setelah Emosi Meluap

    ”Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang kauucapkan,” tanya Angela sambil menggelengkan kepalanya.”Evanna itu sama seperti perempuan lain yang mendekatiku. Ia hanya menginginkan uangku. Tante tahu, dia anak di luar nikah. Anak haram hasil selingkuhan bapaknya. Dia sengaja mau menaikkan derajatnya, makanya dia setuju untuk menikah denganku,” jelas Khandra berapi-api.”Oh, ya, betulkah itu?” tanya Angela lagi.”Tante nggak percaya padaku? Aku sudah mengecek latar belakangnya dan menurutku nggak ada bagus-bagusnya. Kelakuan orang tuanya yang tukang selingkuh seperti itu, pasti akan menurun ke anaknya. Kita sudah lihat salah satu contoh nyatanya,” terang Khandra meyakinkan Angela.Angela tertawa sumbang mendengar argumentasi Khandra. Ia paham hidup keponakannya itu tidak mudah. Khandra ditinggal ibunya pergi untuk selamanya sejak usia dua belas tahun. Ia terpaksa menerima kehadiran ibu dan adik tirinya dua tahun kemudian. Satu hal lagi yang membuatnya sulit mempercayai orang lain adal

    Last Updated : 2024-02-29
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 8 – Di Luar Ekspektasi

    Evanna beringsut ketakutan sambil memegangi selimutnya erat-erat. Dadanya naik turun dengan cepat. Tatapan mata Khandra yang tajam tanpa kedip seperti mendominasinya.Evanna masih teringat peristiwa menyakitkan tadi dan ia tak mau lagi merasakan sakit yang sama.Evanna membeliak saat suaminya itu melangkah mendekatinya. Satu lututnya sudah ia tumpu di tepi ranjang. Sudah cukup, tubuh dan hatinya tak bisa lagi menerima perlakuan Khandra yang di luar batas perikemanusiaan seperti tadi.Perlahan Evanna menggeser tubuhnya hingga punggungnya membentur headbed yang dingin. Tangannya dikatupkan di depan dada dan memegang erat selimutnya. Bibirnya bergetar saat air mata kembali menitik melalui matanya yang sembab.Evanna kembali tersentak saat Khandra menarik selimutnya keras. Ia berusaha menariknya kembali untuk menutupi tubuhnya, tapi sia-sia. Tubuh polosnya sekali lagi terekspos di depan laki-laki yang tak ubahnya monster di mata Evanna."Kau mau apa lagi?" cicit Evanna, lemah dan ketakuta

    Last Updated : 2024-03-01
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 9 – Sebuah Perjanjian

    ”Ini apa?” tanya Evanna. Khandra tidak menjawab. Ia membuka map itu, lalu meletakkan selembar kertas di atasnya. ”Surat perjanjian kita,” ujarnya singkat. Evanna membaca kalimat demi kalimat yang tertera dalam kertas itu. Ada beberapa klausul yang dituliskan Khandra sehubungan dengan pernikahan mereka. ”Kenapa harus pakai perjanjian?” tanya Evanna lagi. ”Kita harus mengatur segala hal, baik tentang peran, kewajiban, serta hak masing-masing dari kita selama pernikahan ini. Pernikahan ini mungkin hanya sementara. Paling cepat awal tahun depan kita bercerai. Kalau sial, mungkin dua atau tiga tahun lagi baru kita bisa bercerai,” terang Khandra yang terlihat sangat enteng menyebut kata cerai dan pernikahan sementara di depan Evanna. Evanna tersenyum miris. Ia semakin tidak mengenal suaminya itu. Perlakuan Khandra padanya sebelumnya sudah membuat Evanna kehilangan harga diri. Setelah itu, Khandra menunjukkan sikapnya yang lembut meski tak mengurangi perannya yang dominan dan suka meme

    Last Updated : 2024-03-02
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 10 – Pancingan Rakha

    Evanna menikmati makan singnya di kafe yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Iced cappuccino, chocolate mousse, dan muffin sudah terhidang manis di atas mejanya. Cokelat memang hal yang sempurna untuk mengembalikan mood dan suasana hati yang rusak.Di kursi sampingnya terdapat beberapa kantong belanjaan. Evanna menghabiskan hampir setengah hari untuk belanja kebutuhan sehari-hari dan juga kebutuhan kamar barunya.Toko tempatnya berbelanja pernak-pernik kamar yang ditunjukkan Khandra padanya bersedia mengantarkan barang pesanannya sampai ke apartemen. Lumayanlah, Evanna tak harus kerepotan membawa barang-barang yang tak sedikit itu.Sebelum belanja, Evanna mampir ke mesin ATM utuk mengecek saldonya. Ia melotot tak percaya melihat nominal yang tertera yang jumlahnya hampir mencapai dua kali lipat uang kuliahnya selama satu semester.Tapi Evanna harus hati-hati menggunakan uang Khandra. Siapa tahu Khandra memberinya uang itu bukan untuk satu bulan, tapi sampai bercerai hanya itu uang yang

    Last Updated : 2024-03-03
  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 11 – Perlakuan Rakha

    Evanna memasuki aparteman Rakha yang ukurannya jauh lebih kecil daripada penthouse yang ditinggalinya bersama Khandra. Interior apartemen ini juga lebih minimalis. Meskipun begitu, Rakha cukup pandai memilih warna, sehingga isi apartemennya tidak terkesan suram seperti milik Khandra.”Apartemenku lebih kecil kan dibandingkan dengan punya Khandra?” tanya Rakha saat Evanna memperhatikan seluruh isi ruangan apartemen miliknya.”Kau punya apartemen bagus begini, tapi tidak kautinggali. Lalu buat apa apartemen ini?” tanya Evanna sambil mengenyakkan tubuhnya ke atas sofa coklat susu.”Dari sini ke kantor lebih dekat. Kalau aku banyak kerjaan, aku lebih memilih tinggal di apartemen ini daripada pulang ke rumah,” jelas Rakha.Rakha berjalan ke arah jendela. Dibukanya tirai lebar-lebar juga pintu kaca yang mengarah ke balkon.”Kau mau minum apa? Kelihatannya masih ada beberapa softdrink di kulkas,” tawar Rakha lagi.Evanna menggelengkan kepalanya. Ia sudah minum cukup banyak waktu di kafe tad

    Last Updated : 2024-03-04

Latest chapter

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 85 – Dalam Hati Siapa yang Tahu

    Diva masih terduduk di lantai di depan pintu apartemen Rakha. Tangisnya tak kunjung reda, namun ia tahu ia tak bisa terus seperti ini. Napasnya terengah-engah saat ia bangkit berdiri dengan kaki gemetar. Dengan langkah terseok, ia menuju lift di ujung lorong. Air matanya mengalir deras, meskipun ia mencoba menyekanya.Tiba di depan lift, Diva memencet tombolnya dan menunggu. Suasana sunyi lorong hanya dihiasi suara isakannya yang tertahan. Pintu lift terbuka perlahan, dan saat itu juga dunia Diva serasa runtuh untuk kedua kalinya hari itu.Di dalam lift, berdiri seorang wanita dengan gaun elegan berwarna merah tua. Wajahnya cantik, bersih, dan bercahaya seperti biasanya. Evanna, adik tirinya.Diva menelan ludah, tubuhnya seketika tegang. Ia buru-buru menghapus air mata dengan punggung tangannya, meskipun jejak tangis masih jelas terlihat di wajahnya. Evanna memandangnya, awalnya dengan kebingungan, tapi kemudian matanya menyipit, seolah ia ingin tahu apa yang sedang terjadi."Diva?" p

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 84 – Yang Tak Seharusnya Terjadi

    Wajah Diva berubah sendu. Apalagi saat ditatapnya wajah Rakha yang terlihat masam. Laki-laki itu tak terlihat bahagia saat bertemu dengannya. Rakha malah terlihat muak.Diva mengembuskan napas berat, seolah setiap pijakan adalah hukuman yang tak terhindarkan. Diva merasa aliran udara di kafe itu terasa seperti racun. Napasnya terasa semakin pendek dan dadanya terasa sesak."Aku nggak punya banyak waktu. Cepat katakan apa maumu," ucap Rakha dingin, suaranya datar, namun tajam.Senyum samar yang coba ditunjukkan Diva memudar sedikit, tapi ia tetap berusaha tenang meki batinyya bergemuruh."Kamu selalu buru-buru. Apa kita nggak bisa duduk santai sebentar? Aku mau bicara sesuatu yang penting.""Aku bilang cepat," potong Rakha tegas, membuat Diva tersentak. Matanya mengerjap beberapa kali, tapi ia menelan semua protes yang hampir keluar dari mulutnya."Aku... aku butuh tempat yang lebih tenang. Ini penting banget, Rakha."Rakha mendesah panjang. Kesabarannya hampir habis. "Di sini cukup t

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 83 – Menunggu yang Tak Pasti

    Diva menatap jam di dinding lobi apartemen yang tak kunjung bergerak sesuai harapannya. Sudah satu jam lebih dia menunggu, dan semakin lama perasaan resahnya tak bisa dikendalikan.Kursi tempat dia duduk terasa panas, dan lantai marmer yang dingin bahkan tak lagi memberi ketenangan saat ia kembali berjalan mondar-mandir.Lobi yang dingin dan luas itu terasa semakin sempit, seakan menjerat tubuhnya dalam kesunyian yang tak nyaman. Deru mesin pendingin udara yang berdengung pelan hanya menambah rasa jengkel yang bergulung di dadanya. Dia mengembuskan napas panjang, berusaha meredakan detak jantung yang berpacu.Laki-laki muda di front office menatapnya sejak tadi, pandangannya tajam seolah dia sedang menilai sesuatu yang bukan urusannya. Diva mengabaikan tatapan itu, walau perasaannya bergejolak. Bagi Diva, manusia macam dia tak perlu diperhatikan. Sekadar pengurus lobi, apa yang pantas ia pikirkan? "Masa bodoh dengan manusia rendahan macam itu," gumam Diva dalam hati, sambil menegakkan

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 82 – Telepon yang Mengganggu

    Rakha mengusap wajahnya kasar. Setelah mendapat telepon yang tidak mengenakkan dari ibunya, kini ia kembali mendapatkan telepon. Kali ini dari nomor yang tidak dikenal.Meskipun begitu, Rakha tahu siapa yang meneleponnya kali ini. Selama beberapa hari terakhir ia mengabaikan si penelepon. Bahkan ini nomor kesekian yang akan menghiasi daftar blokirnya.Namun, tampaknya manusia satu ini tak kenal istilah menyerah dalam kamusnya. Sehari bisa belasan kali ia menghubunginya dengan nomor yang berbeda. Tingkahnya sudah seperti kolektor nomor perdana saja.Rakha menggeram kesal. Ponsel pintarnya bergetar hebat sekali lagi, layar menampilkan nomor tak dikenal yang berkedip-kedip. Sudah berapa kali sih perempuan itu menghubunginya? Jari-jarinya dengan malas meraih ponsel, matanya melirik jam dinding. Hari sudah semakin siang tampaknya.Sejak beberapa hari terakhir, Diva seakan tidak pernah lelah meneleponnya. Setiap kali Rakha memblokir satu nomor, muncul nomor baru yang menghubunginya. Perempu

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 81 – Seharusnya Tak Seperti Ini

    Nisya memejamkan matanya, mencoba menetralisir emosinya. Tangan kanannya mencengkeram erat dadanya. Merasakan jantungnya yang berdetak menggila. Khandra dan istrinya itu sudah sangat keterlaluan. Mereka tak lagi menganggapnya sebagai nyonya rumah ini.Pandangan Nisya menerawang, menyiratkan kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan. Nisya berdiri terpaku di tengah kamar. Pikirannya kembali melayang pada percakapan singkat namun menegangkan beberapa saat lalu.Suara Evanna, istri Khandra sekaligus anak tirinya yang kini memimpin perusahaan, terngiang-ngiang di telinganya. Tuduhan itu terasa begitu berat, menghantam tepat di titik terlemahnya - Rakha, putra kandungnya yang selama ini ia banggakan."Khandra curiga bahwa Rakha mungkin telah meretas komputer perusahaan.”Ucapan Evanna tadi kembali terngiang di benak Nisya. Tubuh wanita paruh baya itu menggigil. Kalau sampai Rakha berbuat seperti itu, alangkah bodohnya. Rakha sudah menggali lubang kuburnya sendiri.Tuduhan Khandra terhadap

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 80 – Konflik

    Suara benturan pintu yang dibuka paksa membuat Evanna terlonjak kaget. Evanna yang memasuki kamar Rakha tanpa izin sampai terlonjak kaget ketika sosok Nisya muncul dengan wajah merah padam. Mata wanita paruh baya itu menyala-nyala, penuh amarah yang siap meledak."Apa yang kau lakukan di sini?" bentak Nisya, suaranya menggema di ruangan yang sunyi itu.Evanna tergagap, berusaha menenangkan detak jantungnya yang mendadak berpacu cepat. "Mama... saya...saya…""Jangan panggil aku Mama.! Aku bukan ibumu," potong Nisya tajam."Menjadi menantuku saja kau tidak pantas. Sekarang jawab, apa yang kau lakukan di kamar anakku?" sembur Nisya.Evanna menelan ludah, otaknya berputar cepat mencari jawaban yang tepat. Ia tahu bahwa apapun yang dikatakannya, Nisya pasti akan menyalahartikannya. Wanita itu sudah terlanjur membencinya sejak awal pernikahannya dengan Khandra."Saya mencari Rakha, Ma," akhirnya Evanna berhasil menjawab, suaranya bergetar. "Khandra meminta saya untuk—""Khandra?" Nisya mend

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 79 – Taktik Kotor Rakha

    Wajah Khandra berubah tegang saat melihat nama Rendra, asistennya, tertera di layar ponselnya. Tak biasanya Rendra meneleponnya sepagi ini, kecuali ada hal yang sangat penting dan mendesak.”Ada apa, Rend?” tanya Khandra cemas.”Ada masalah penting di kantor. Sebaiknya kau segera kemari!” seru Rendra dari balik telepon. Suaranya terdengar cemas.Khandra langsung melompat dari tempat duduknya dan meraih jas yang terletak di punggung kursi dan.”Apa yang terjadi? Jelaskan!””Sistem keamanan komputer diretas dan sistem komputer di kantor menjadi kacau. Para karyawan panik dan tidak bisa bekerja,” lapor Rendra.Darah Khandra berdesir panas. Bagaimana bisa hal ini terjadi? Sistem komputer perusahaannya termasuk canggih dan dilengkapi sistem keamanan yang ketat. Tak mungkin ada yang dengan begitu mudah meretas sistem komputer perusahaan, kecuali ….”Segera hubungi tim IT dan lakukan apa pun untuk memulihkan data tersebut!” perintah Khandra dengan suara menggelegar.Tanpa menunggu jawaban Re

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 78 – Berusaha Meyakinkan

    Evanna menguap lebar dan membuka matanya yang masih sangat mengantuk. Tak terasa ia tertidur dengan pikiran berkecamik memenuhi otaknya. Evanna melirik jam dinding yang menunjukkan waktu pukul empat pagi.Pagi itu, Evanna bangun lebih awal daripada biasanya. Sambil menunggu Khandra bangun, Evanna memutuskan untuk menyiapkan makan pagi.Evanna tahu Khandra marah padanya. Mencoba sedikit mengobati kekecewaan suaminya itu, Evanna memasak makanan kesukaan Khandra.Evanna menata hasil karyanya pagi ini di meja bundar yang ada di ruang kerja Khandra di lantai tiga. Mereka biasa menghabiskan sarapan mereka di sana. Khandra seringkali malas bertemu muka dengan ibu tirinya saat sarapan.Khandra keluar dari kamar dengan wajah lebih segar. Sepertinya berendam di dalam bak air hangat sedikit meredakan emosinya.Ia memasuki ruang kerjanya dengan kemeja putih membungkus tubuh tegapnya dan dasi biru tua melingkari lehernya. Tampaknya ia ingin berangkat kerja lebih pagi."Maafkan aku," kata Evanna me

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 77 – Salah Paham

    ”Kau menyebut nama laki-laki lain saat aku menyentuhmu?” seru Khandra geram.Evanna menggeleng cepat menyadari kesalahannya. Sial, tanpa sadar ia malah mengucapkan nama Rakha saat mereka bercumbu.”Apa hubunganmu dengan Rakha?” tanya Khandra geram. Gairahnya hilang seketika.Khandra mencekal lengan Evanna dan menariknya memasuki kamar. Khandra meradang karena apa yang diucapkan Evanna membuatnya mengingat lagi kejadian tiga tahun yang lalu.”Ma, maaf, aku tak sengaja. Aku tadi melihat Rakha di dekat kolam renang. Aku malu dia melihat apa yang kita lakukan di balkon. Makanya aku tak sengaja berucap seperti itu,” ujar Evanna memberi alasan.Khandra menatap Evanna dengan tatapan menusuk. Dia tidak percaya dengan alasan yang diberikan Evanna.Amarahnya memuncak, dibakar oleh kecemburuan yang membara dalam dirinya. Dengan gerakan kasar, dia mendorong Evanna ke dinding, menguncinya dengan tubuhnya yang kekar.”Jangan berbohong padaku, Evanna!” bentaknya, suaranya bergetar menahan emosi.Eva

DMCA.com Protection Status