Home / Romansa / Jerat Cinta Kakak Tiri / Kita Harus Menikah!

Share

Kita Harus Menikah!

last update Last Updated: 2022-09-03 15:31:05

Safira hanya bisa menundukkan kepala dengan jemari yang saling bertautan untuk menguatkan diri. Wanita itu tak berhenti mengutuk Agam dalam hati karena menyeretnya ke rumah sakit tanpa kompromi.

Safira ingin melarikan diri, namun tertahan karena Agam merengkuh pinggangnya sangat erat. Lelaki itu pasti sudah menduga niatnya dan sengaja melakukan antisipasi sejak awal.

Setiap detik yang terlewati terasa sangat cepat. Satu per satu pasien yang mengantri sudah selesai menjalani pemeriksaan hingga akhirnya tibalah waktu Safira dipanggil untuk masuk ke ruangan dokter kandungan itu.

“Kamu nggak perlu ikut masuk,” bisik Safira ketika melihat Agam ikut berdiri setelah dirinya dipanggil.

“Diam!” jawab Agam sembari menggandeng tangan Safira dan memimpin langkah memasuki ruangan yang ada di depannya tanpa keraguan sedikitpun.

Agam dan Safira duduk bersisian di hadapan dokter perempuan berusia pertengahan 30 tahun-an yang menatap keduanya sembari tersenyum ramah. Sangat kontras dengan ekspresi Safira dan Agam yang sangat tegang.

“Kalau boleh tahu, keluhannya apa ya, Bu?” tanya dokter itu pada Safira.

Safira berdecih dalam hati, dirinya terlalu muda untuk mendapat panggilan ibu. Meskipun begitu, ia tetap berusaha memasang senyum di wajahnya. “Belakangan ini saya sering mual-mual bahkan sampai muntah setiap bangun tidur,” jelasnya dengan suara kaku.

Dokter itu mengangguk paham. “Kita periksa dulu ya, Bu. Silakan berbaring di sana.”

Sang dokter langsung membimbing Safira menuju sebuah brankar yang tersedia di sana. Walaupun enggan, Safira terpaksa mengikuti permintaan dokter itu. Sang dokter meminta Safira berbaring sebelum pemeriksaan dimulai.

Jantung Safira mulai berdebar dua kali lebih cepat ketika pemeriksaan tersebut di mulai. Diam-diam ia melirik Agam yang berdiri di sampingnya. Ekspresi lelaki itu masih datar dan tak terbaca. Safira tidak bisa memperkirakan apa yang sedang lelaki itu pikirkan.

Di saat yang sama, Agam menundukkan pandangannya dan tatapan mereka bertemu. Safira spontan membuang muka karena malas beradu pandang dengan lelaki itu.

Safira menatap dokter yang menanganinya dengan sorot cemas. Keringat dingin mulai bercucuran dari pelipisnya dengan wajah yang mulai memucat. “Apa yang terjadi sama saya, Dok?”

Dokter itu menoleh dengan senyum yang lebih merekah di wajahnya. Sang dokter menatap Safira dan Agam seraya bergantian seraya berkata, “Selamat, Pak, Bu. Ibu Safira sedang mengandung, usia kandungannya baru menginjak 6 minggu.”

Bak tersambar petir di siang bolong, tatapan Safira berubah kosong. Wanita itu menatap nanar ke arah layar monitor berwarna hitam putih yang menampilkan sesuatu yang bergerak di sana.

“Di trimester pertama, sangat wajar jika Ibu mengalami morning sickness juga tubuh yang lemas. Yang terpenting dijaga waktu istirahat dan pola makannya. Saya akan memberikan beberapa vitamin—”

Telinga Safira terasa berdengung hingga tak mampu lagi mendengarkan kelanjutan penjelasan dari dokter itu. Fakta yang baru saja dirinya dengar membuatnya terguncang hebat.

Tak ada sedikitpun kebahagiaan yang Safira rasakan. Safira belum siap menerima kenyataan ini, mungkin selamanya juga tidak akan pernah siap. Jiwanya seperti ditarik paksa dan hanya menyisakan cangkang kosong tanpa kehidupan di dalamnya.

Hingga proses pemeriksaan tersebut selesai, Safira lebih banyak melamun, sibuk dengan segala pemikiran yang muncul di kepalanya. Safira tidak tahu harus bereaksi seperti apa, yang pasti ia hanya ingin menangis. Tetapi, dirinya tidak mungkin meluapkan kekecewaannya di depan orang banyak.

Sama halnya dengan Safira yang syok berat, Agam pun menampilkan ekspresi demikian. Tetapi, lelaki itu menutupinya dengan ekspresi datar di balik emosi yang berkecambuk di dadanya.

Di sepanjang perjalanan kembali ke rumah, baik Agam maupun Safira sama-sama bungkam. Safira jelas tidak akan membahas apa pun. Seharusnya Agam yang memulai pembicaraan, lelaki itu yang menyeret Safira kemari, tetapi sekarang malah ikut-ikutan bungkam.

Safira tidak tahu harus melakukan apa pada janin yang ada dalam kandungannya. Entah harus dilenyapkan atau dipertahankan. Namun, jika ia mempertahankan janin ini, ada banyak resiko yang datang menghantuinya. Semua orang akan tahu, termasuk ayahnya sendiri.

Begitu mobil yang Agam kendarai berhenti di halaman rumah mereka, Safira langsung keluar dari mobil itu tanpa mengatakan sepatah kata pun. Sedangkan Agam hanya diam, mengamati punggung Safira yang semakin menjauh hingga tenggelam di balik pintu sembari mencengkeram kemudi.

Safira berjalan gontai menuju kamarnya yang berada di lantai dua rumah mewah ini. Setelah tiba di kamar, ia segera mengunci pintu dan membuang kuncinya ke sembarang arah.

Tubuhnya langsung meluruh di sana. Isakan yang sedari tadi Safira tahan mendesak keluar. Ia tidak menyangka jika pengkhianatan kekasihnya berujung mendatangkan petaka-petaka lain dalam hidupnya.

“Kenapa ini harus terjadi sama aku? Apa yang harus aku lakukan setelah ini?” gumam Safira di sela isak tangisnya.

Safira meraba perutnya, tak menyangka ada kehidupan lain yang sedang berkembang di sana dalam keadaan yang tidak tepat. Safira tak sanggup menanggung aib ini sendirian.

Safira memilih mengurung diri di kamar seharian penuh. Padahal seharusnya hari ini dirinya berangkat kuliah, tetapi ia tidak berminat sedikitpun untuk datang ke sana. Selera makannya pun menghilang hingga Safira tak perlu repot-repot keluar kamar untuk mengisi perutnya.

Sama seperti hari-hari sebelumnya, Safira tak kunjung memejamkan mata hingga tengah malam tiba. Apalagi setelah mengetahui fakta tersebut, mungkin dirinya tidak akan terlelap hingga pagi.

Saat sedang berusaha memejamkan mata, Safira mendengar suara aneh dari arah balkonnya. Wanita itu spontan terduduk dengan tatapan awas. Safira membuka selimut yang membalut tubuhnya, kemudian melangkah menuruni ranjang.

Terlihat siluet seseorang dari bayangan gorden yang menutup balkon. Jika dilihat dari perawakannya, orang yang berada di sana sepertinya seorang lelaki. Tampaknya orang itu sedang berusaha membuka pintu balkon yang memang terkunci dari dalam.

“Kenapa kamu ada di sini?” Safira melotot kaget karena rupanya penyusup itu adalah kakak tirinya sendiri.

Agam yang sudah berhasil membuka pintu balkon tersebut langsung merangsek maju dan membekap mulut Safira. “Jangan keras-keras! Nanti penjaga yang ada diluar curiga. Kamu nggak mau Ayah tahu, ‘kan?”

Tanpa melepaskan bekapannya pada mulut Safira, Agam menggiring wanita itu mengikuti langkahnya hingga mereka berada di tengah-tengah ruangan. Setelah dirasa aman barulah Agam melepaskan Safira.

“Apa lagi yang kamu mau?!” sembur Safira penuh penekanan. “Belum cukup kamu seret-seret aku tadi pagi?”

Safira mengepalkan kedua tangannya. Semakin lama kakak tirinya ini semakin berani saja. Setelah menyeretnya ke rumah sakit, sekarang lelaki itu kembali menyelinap ke kamarnya.

“Cepat pergi dari sini!” usir Safira sembari mendorong tubuh Agam agar kembali keluar dari kamarnya.

Safira sengaja mengunci diri di dalam kamar seharian penuh untuk menenangkan diri. Ia sedang tidak ingin berbicara atau bertemu dengan siapa pun, terutama Agam.

“Aku akan pergi setelah kita selesai bicara. Ada banyak hal yang perlu kita bicarakan sekarang juga,” tegas Agam tanpa mempedulikan pengusiran yang Safira lakukan.

Safira menggeram kesal. ”Nggak ada lagi yang perlu dibicarakan! Kamu udah dapat jawaban atas pertanyaan kamu tadi pagi. Kamu udah janji nggak akan ganggu aku lagi, jadi sekarang kamu angkat kaki dari kamarku!”

Masalahnya, kamar Safira dan ayahnya bersebelahan. Jika ayahnya mengetahui keberadaan Agam di sini, sudah pasti ada banyak pertanyaan yang muncul. Safira belum siap memberitahu ayahnya tentang kebenaran yang tengah dirinya hadapi saat ini.

“Aku udah membuat keputusan,” balas Agam tanpa menanggapi kalimat Safira. Lelaki itu menghela napas pelan, kemudian menatap mata Safira yang kini menatapnya dengan tatapan berapi-api. “Kita harus menikah!"

Related chapters

  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Aku Akan Menggugurkannya

    PLAK! Tatapan membunuh yang terpancar dari mata Safira semakin tajam. Deru napasnya mulai memburu, wajahnya berubah merah padam dengan emosi yang semakin memuncak. Agam menyentuh pipinya yang terasa panas karena tamparan keras Safira. “Kenapa kamu malah tampar aku?” protesnya dengan rahang mengeras. Ekspresi tenang di wajahnya perlahan menguap. “Kamu gila!” jerit Safira sembari menunjuk wajah Agam. Wanita itu berusaha keras menahan air mata yang mendesak di pelupuk matanya. “Dengar ini baik-baik, sampai kapan pun aku nggak akan pernah sudi menikah sama kamu!” Safira melangkah mundur seraya menggeleng pelan. Wanita itu mengangkat tangannya ketika Agam hendak berjalan ke arahnya. Ia hanya ingin menenangkan diri malam ini, bukan menambah masalah. Safira tahu, rahasia ini tidak akan bisa ia sembunyikan selamanya. Tetapi, jika dirinya harus menikah dengan kakak tirinya ini untuk mengatasi semuanya, ia benar-benar tidak sanggup. Safira dan Agam memang tidak memiliki huhungan darah sama

    Last Updated : 2022-09-17
  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Menjadi Buah Bibir

    Tubuh Safira menegang mendengar suara sang ayah di belakangnya. Wanita itu spontan memutar tubuhnya seraya berdeham pelan. “Nggak ada apa-apa, Yah. Kami cuma lagi—” “Aku cuma ngajak Safira berangkat bareng ke kampus, tapi dia nggak mau,” potong Agam sebelum Safira selesai memberikan pembelaan. Lelaki itu mengabaikan tatapan protes yang Safira layangkan padanya. Safira mengepalkan kedua tangannya. Bisa-bisanya Agam malah mencari kesempatan dalam kesempitan. “Aku bisa berangkat ke kampus sendiri, Yah. Biasanya juga gitu,” timpalnya sebelum sang ayah menyetujui usul Agam. Pasalnya, Afnan nyaris selalu satu pendapat dengan Agam. Sedangkan saat ini Safira sedang berusaha keras untuk menghindari Agam. Setidaknya sampai pikirannya benar-benar tenang dan ia bisa memutuskan sesuatu. Afnan menatap Safira dan Agam secara bergantian seraya berkata, “Menurut Ayah, usul Agam ada benarnya. Kamu kelihatan kurang sehat, lebih baik kalian berangkat bersama.” “Kalau kamu nggak mau berangkat bareng A

    Last Updated : 2022-09-18
  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Rahasia yang Terbongkar

    “Jangan sembarangan!” balas Safira setengah membentak. Walaupun wanita itu tetap mempertahankan ekspresi marah di wajahnya, tubuhnya mulai gemetar saat ini. Safira tidak ingin rahasia besarnya terbongkar secepat ini. Ia belum siap mendapat tatapan cemooh dari orang lain jika rahasianya terbongkar. Ketika Safira hendak melangkah pergi, lagi-lagi Wisnu menghalangi jalannya. Safira menggertakkan giginya menahan kesal. “Minggir! Jangan ganggu aku lagi, kita nggak punya urusan apa pun!” Ia tidak ingin salah bicara yang malah akan membuat rahasianya terbongkar. “Oke, kita bicara di tempat lain.” Tanpa mengidahkan pengusiran yang Safira lakukan, Wisnu langsung menarik pelan lengan wanita itu agar mengikuti langkahnya. Safira berhenti meronta saat mereka mulai menjadi pusat perhatian. Ia tidak ingin menambah gosip baru tentangnya. Akhirnya, wanita itu memilih mengikuti gerak kaki Wisnu yang entah akan membawa dirinya ke mana. Di tengah jalan, Safira tak sengaja bertemu pandang denga

    Last Updated : 2022-09-19
  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Hancur Tak Bersisa

    “Safira memang hamil, dia hamil anak saya, bukan anak laki-laki itu,” ungkap Agam tanpa basa-basi. Bahkan, tanpa diminta lelaki itu langsung menempati salah satu kursi yang kosong di dekat tempat duduk Safira.Safira melayangkan tatapan membunuh pada kakak tirinya. Sebelumnya, mereka sudah sepakat untuk merahasiakan masalah ini. Tetapi, bisa-bisanya Agam malah membongkar semuanya. Safira baru saja mendapatkan alasan untuk menyangkal tuduhan yang semua orang berikan padanya. Namun, Agam yang baru saja datang malah menghancurkan semuanya. Safira dapat menyaksikan jika tatapan orang-orang yang duduk di seberangnya langsung menatapnya dengan sorot berbeda, begitu juga dengan Wisnu. Harga dirinya benar-benar hancur lebur hari ini. Agam mengabaikan tatapan tajam yang Safira layangkan padanya kemudian kembali menatap ke depan. “Mohon maaf sebelumnya, tetapi saya harap orang yang tidak berkepentingan berada bisa keluar dari sini.”Salah seorang yang duduk di barisan dosen langsung men

    Last Updated : 2022-09-21
  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Touch Me Please!

    Kedua tangan Safira mencengkeram kemudi kuat-kuat dengan deru napas memburu. Tatapannya nyalang menatap bangunan yang tinggi menjulang di hadapannya. Tawa miris berurai dari bibirnya. Safira tidak menyangka dirinya malah disuguhi perselingkuhan menjijikan begitu tiba di unit apartemen milik kekasihnya. Ralat, milik mantan kekasihnya. “Bodoh,” gumam Safira merutuki dirinya sendiri. Pemuda yang selama setahun terakhir ini menjadi kekasihnya begitu tega bermain api di belakangnya. Bahkan, setelah tertangkap basah, mantan kekasihnya itu masih saja berkelit. Safira paling tidak menyukai pengkhianatan dalam bentuk apa pun dan ia langsung memutuskan hubungan mereka saat itu juga. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Safira segera menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan tempat itu. Safira bersumpah tidak akan pernah menginjakkan kakinya di sana lagi sampai kapan pun. Di tengah sesak yang menyelubungi hatinya, Safira tidak menangis. Rasanya ia akan semakin terlihat bodoh jika men

    Last Updated : 2022-08-25
  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Awal Kehancuran

    Ringisan pelan keluar dari bibir Safira ketika merasakan kepalanya seakan dihantam sesuatu yang berat saat hendak membuka mata. Safira memijat pelipisnya, berharap dapat meredakan nyeri yang mengganggu. Setelah merasa lebih baik, Safira kembali membuka kelopak matanya. Alangkah terkejutnya Safira saat menyadari dirinya tertidur di dada bidang seseorang. Ia langsung mengangkat kepalanya tanpa mempedulikan rasa nyeri yang menghantam.Pekikan Safira membuat lelaki yang berbaring di sampingnya terjaga. Agam segera bangkit dan membuka mulutnya seakan hendak menjelaskan sesuatu. Tetapi, bibirnya kembali mengatup karena tamparan keras yang Safira layangkan padanya.Safira menatap Agam dengan tatapan nyalang. “Apa yang kamu lakuin ke aku?!” semburnya murka. Safira mengeratkan cengkeramannya pada selimut yang membalut tubuhnya yang benar-benar polos tanpa sehelai benang pun. Meskipun otaknya tidak bisa di ajak bekerja sama mengingat apa yang terjadi semalam, Safira tahu bahwa dirinya dan

    Last Updated : 2022-08-27
  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Sebuah Pertanda

    Safira pikir hidupnya akan berakhir ketika mobil itu menghantam dan meremukkan tubuhnya. Mungkin itu lebih baik dibanding menanggung aib yang bisa terbongkar kapan saja. Kedatangan seseorang yang langsung merengkuh tubuhnya kuat-kuat membuatnya terselamatkan dari maut. Entah ia harus mengumpat atau berterimakasih pada orang yang telah menyelamatkan dirinya. Safira membuka kelopak matanya perlahan-lahan dan netranya langsung bertemu dengan netra gelap Agam yang menatapnya penuh perhitungan. Tatapan keduanya terkunci selama beberapa saat hingga akhirnya Agam lebih dulu membuang muka. Di saat yang bersamaan, Safira langsung tersadar dari lamunannya kemudian berusaha kembali berdiri tegak dan melepaskan diri dari rengkuhan Agam. Wanita itu menyentuh dadanya sembari mengatur degup jantungnya yang menggila karena nyaris tertabrak tadi. “Apa sudah gila dan berniat ingin bunuh diri, hah?” hardik Agam tanpa basa-basi. Bukannya menanggapi Agam, Safira malah mengedarkan pandangannya,

    Last Updated : 2022-08-28
  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Ketika Agam Tahu

    Safira meraih kalender kecil yang ada di pojok meja belajarnya, melirik tanggal yang sengaja ia lingkari dan mencocokkan dengan tanggal hari ini. Satu fakta yang ia ketahui saat ini, tanggal itu telah terlewat beberapa hari. Seharusnya beberapa hari yang lalu Safira sudah mendapat tamu bulanannya. Tetapi, hingga hari ini belum ada tanda-tanda dirinya akan datang bulan. Safira sengaja melingkari tanggal itu untuk berjaga-jaga karena dirinya memang pelupa. Pikirannya yang kacau menyebabkan ia melupakan satu hal penting itu. Kerisauan terlihat semakin jelas di wajahnya. Keterlambatan datang bulan mungkin sering terjadi karena faktor tertentu. Namun, ada sesuatu yang membuat Safira tidak bisa tenang. Belakangan ini Safira selalu merasakan perutnya bergejolak di pagi hari. Bahkan, pernah juga selama seharian penuh dirinya tidak bisa mengkonsumsi apa pun karena perutnya tidak bisa diajak kompromi.Safira tersenyum penuh ironi. “Pasti karena telat aja,” monolongnya berusaha meyakinkan

    Last Updated : 2022-09-02

Latest chapter

  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Hancur Tak Bersisa

    “Safira memang hamil, dia hamil anak saya, bukan anak laki-laki itu,” ungkap Agam tanpa basa-basi. Bahkan, tanpa diminta lelaki itu langsung menempati salah satu kursi yang kosong di dekat tempat duduk Safira.Safira melayangkan tatapan membunuh pada kakak tirinya. Sebelumnya, mereka sudah sepakat untuk merahasiakan masalah ini. Tetapi, bisa-bisanya Agam malah membongkar semuanya. Safira baru saja mendapatkan alasan untuk menyangkal tuduhan yang semua orang berikan padanya. Namun, Agam yang baru saja datang malah menghancurkan semuanya. Safira dapat menyaksikan jika tatapan orang-orang yang duduk di seberangnya langsung menatapnya dengan sorot berbeda, begitu juga dengan Wisnu. Harga dirinya benar-benar hancur lebur hari ini. Agam mengabaikan tatapan tajam yang Safira layangkan padanya kemudian kembali menatap ke depan. “Mohon maaf sebelumnya, tetapi saya harap orang yang tidak berkepentingan berada bisa keluar dari sini.”Salah seorang yang duduk di barisan dosen langsung men

  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Rahasia yang Terbongkar

    “Jangan sembarangan!” balas Safira setengah membentak. Walaupun wanita itu tetap mempertahankan ekspresi marah di wajahnya, tubuhnya mulai gemetar saat ini. Safira tidak ingin rahasia besarnya terbongkar secepat ini. Ia belum siap mendapat tatapan cemooh dari orang lain jika rahasianya terbongkar. Ketika Safira hendak melangkah pergi, lagi-lagi Wisnu menghalangi jalannya. Safira menggertakkan giginya menahan kesal. “Minggir! Jangan ganggu aku lagi, kita nggak punya urusan apa pun!” Ia tidak ingin salah bicara yang malah akan membuat rahasianya terbongkar. “Oke, kita bicara di tempat lain.” Tanpa mengidahkan pengusiran yang Safira lakukan, Wisnu langsung menarik pelan lengan wanita itu agar mengikuti langkahnya. Safira berhenti meronta saat mereka mulai menjadi pusat perhatian. Ia tidak ingin menambah gosip baru tentangnya. Akhirnya, wanita itu memilih mengikuti gerak kaki Wisnu yang entah akan membawa dirinya ke mana. Di tengah jalan, Safira tak sengaja bertemu pandang denga

  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Menjadi Buah Bibir

    Tubuh Safira menegang mendengar suara sang ayah di belakangnya. Wanita itu spontan memutar tubuhnya seraya berdeham pelan. “Nggak ada apa-apa, Yah. Kami cuma lagi—” “Aku cuma ngajak Safira berangkat bareng ke kampus, tapi dia nggak mau,” potong Agam sebelum Safira selesai memberikan pembelaan. Lelaki itu mengabaikan tatapan protes yang Safira layangkan padanya. Safira mengepalkan kedua tangannya. Bisa-bisanya Agam malah mencari kesempatan dalam kesempitan. “Aku bisa berangkat ke kampus sendiri, Yah. Biasanya juga gitu,” timpalnya sebelum sang ayah menyetujui usul Agam. Pasalnya, Afnan nyaris selalu satu pendapat dengan Agam. Sedangkan saat ini Safira sedang berusaha keras untuk menghindari Agam. Setidaknya sampai pikirannya benar-benar tenang dan ia bisa memutuskan sesuatu. Afnan menatap Safira dan Agam secara bergantian seraya berkata, “Menurut Ayah, usul Agam ada benarnya. Kamu kelihatan kurang sehat, lebih baik kalian berangkat bersama.” “Kalau kamu nggak mau berangkat bareng A

  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Aku Akan Menggugurkannya

    PLAK! Tatapan membunuh yang terpancar dari mata Safira semakin tajam. Deru napasnya mulai memburu, wajahnya berubah merah padam dengan emosi yang semakin memuncak. Agam menyentuh pipinya yang terasa panas karena tamparan keras Safira. “Kenapa kamu malah tampar aku?” protesnya dengan rahang mengeras. Ekspresi tenang di wajahnya perlahan menguap. “Kamu gila!” jerit Safira sembari menunjuk wajah Agam. Wanita itu berusaha keras menahan air mata yang mendesak di pelupuk matanya. “Dengar ini baik-baik, sampai kapan pun aku nggak akan pernah sudi menikah sama kamu!” Safira melangkah mundur seraya menggeleng pelan. Wanita itu mengangkat tangannya ketika Agam hendak berjalan ke arahnya. Ia hanya ingin menenangkan diri malam ini, bukan menambah masalah. Safira tahu, rahasia ini tidak akan bisa ia sembunyikan selamanya. Tetapi, jika dirinya harus menikah dengan kakak tirinya ini untuk mengatasi semuanya, ia benar-benar tidak sanggup. Safira dan Agam memang tidak memiliki huhungan darah sama

  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Kita Harus Menikah!

    Safira hanya bisa menundukkan kepala dengan jemari yang saling bertautan untuk menguatkan diri. Wanita itu tak berhenti mengutuk Agam dalam hati karena menyeretnya ke rumah sakit tanpa kompromi. Safira ingin melarikan diri, namun tertahan karena Agam merengkuh pinggangnya sangat erat. Lelaki itu pasti sudah menduga niatnya dan sengaja melakukan antisipasi sejak awal. Setiap detik yang terlewati terasa sangat cepat. Satu per satu pasien yang mengantri sudah selesai menjalani pemeriksaan hingga akhirnya tibalah waktu Safira dipanggil untuk masuk ke ruangan dokter kandungan itu. “Kamu nggak perlu ikut masuk,” bisik Safira ketika melihat Agam ikut berdiri setelah dirinya dipanggil. “Diam!” jawab Agam sembari menggandeng tangan Safira dan memimpin langkah memasuki ruangan yang ada di depannya tanpa keraguan sedikitpun. Agam dan Safira duduk bersisian di hadapan dokter perempuan berusia pertengahan 30 tahun-an yang menatap keduanya sembari tersenyum ramah. Sangat kontras dengan ekspresi

  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Ketika Agam Tahu

    Safira meraih kalender kecil yang ada di pojok meja belajarnya, melirik tanggal yang sengaja ia lingkari dan mencocokkan dengan tanggal hari ini. Satu fakta yang ia ketahui saat ini, tanggal itu telah terlewat beberapa hari. Seharusnya beberapa hari yang lalu Safira sudah mendapat tamu bulanannya. Tetapi, hingga hari ini belum ada tanda-tanda dirinya akan datang bulan. Safira sengaja melingkari tanggal itu untuk berjaga-jaga karena dirinya memang pelupa. Pikirannya yang kacau menyebabkan ia melupakan satu hal penting itu. Kerisauan terlihat semakin jelas di wajahnya. Keterlambatan datang bulan mungkin sering terjadi karena faktor tertentu. Namun, ada sesuatu yang membuat Safira tidak bisa tenang. Belakangan ini Safira selalu merasakan perutnya bergejolak di pagi hari. Bahkan, pernah juga selama seharian penuh dirinya tidak bisa mengkonsumsi apa pun karena perutnya tidak bisa diajak kompromi.Safira tersenyum penuh ironi. “Pasti karena telat aja,” monolongnya berusaha meyakinkan

  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Sebuah Pertanda

    Safira pikir hidupnya akan berakhir ketika mobil itu menghantam dan meremukkan tubuhnya. Mungkin itu lebih baik dibanding menanggung aib yang bisa terbongkar kapan saja. Kedatangan seseorang yang langsung merengkuh tubuhnya kuat-kuat membuatnya terselamatkan dari maut. Entah ia harus mengumpat atau berterimakasih pada orang yang telah menyelamatkan dirinya. Safira membuka kelopak matanya perlahan-lahan dan netranya langsung bertemu dengan netra gelap Agam yang menatapnya penuh perhitungan. Tatapan keduanya terkunci selama beberapa saat hingga akhirnya Agam lebih dulu membuang muka. Di saat yang bersamaan, Safira langsung tersadar dari lamunannya kemudian berusaha kembali berdiri tegak dan melepaskan diri dari rengkuhan Agam. Wanita itu menyentuh dadanya sembari mengatur degup jantungnya yang menggila karena nyaris tertabrak tadi. “Apa sudah gila dan berniat ingin bunuh diri, hah?” hardik Agam tanpa basa-basi. Bukannya menanggapi Agam, Safira malah mengedarkan pandangannya,

  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Awal Kehancuran

    Ringisan pelan keluar dari bibir Safira ketika merasakan kepalanya seakan dihantam sesuatu yang berat saat hendak membuka mata. Safira memijat pelipisnya, berharap dapat meredakan nyeri yang mengganggu. Setelah merasa lebih baik, Safira kembali membuka kelopak matanya. Alangkah terkejutnya Safira saat menyadari dirinya tertidur di dada bidang seseorang. Ia langsung mengangkat kepalanya tanpa mempedulikan rasa nyeri yang menghantam.Pekikan Safira membuat lelaki yang berbaring di sampingnya terjaga. Agam segera bangkit dan membuka mulutnya seakan hendak menjelaskan sesuatu. Tetapi, bibirnya kembali mengatup karena tamparan keras yang Safira layangkan padanya.Safira menatap Agam dengan tatapan nyalang. “Apa yang kamu lakuin ke aku?!” semburnya murka. Safira mengeratkan cengkeramannya pada selimut yang membalut tubuhnya yang benar-benar polos tanpa sehelai benang pun. Meskipun otaknya tidak bisa di ajak bekerja sama mengingat apa yang terjadi semalam, Safira tahu bahwa dirinya dan

  • Jerat Cinta Kakak Tiri   Touch Me Please!

    Kedua tangan Safira mencengkeram kemudi kuat-kuat dengan deru napas memburu. Tatapannya nyalang menatap bangunan yang tinggi menjulang di hadapannya. Tawa miris berurai dari bibirnya. Safira tidak menyangka dirinya malah disuguhi perselingkuhan menjijikan begitu tiba di unit apartemen milik kekasihnya. Ralat, milik mantan kekasihnya. “Bodoh,” gumam Safira merutuki dirinya sendiri. Pemuda yang selama setahun terakhir ini menjadi kekasihnya begitu tega bermain api di belakangnya. Bahkan, setelah tertangkap basah, mantan kekasihnya itu masih saja berkelit. Safira paling tidak menyukai pengkhianatan dalam bentuk apa pun dan ia langsung memutuskan hubungan mereka saat itu juga. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Safira segera menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan tempat itu. Safira bersumpah tidak akan pernah menginjakkan kakinya di sana lagi sampai kapan pun. Di tengah sesak yang menyelubungi hatinya, Safira tidak menangis. Rasanya ia akan semakin terlihat bodoh jika men

DMCA.com Protection Status