Share

Jerat Cinta Ibu Susu Anakku
Jerat Cinta Ibu Susu Anakku
Author: YOSSYTA S

Melahirkan

Author: YOSSYTA S
last update Last Updated: 2025-02-12 12:27:35

Di dalam puskesmas kecil yang sunyi, seorang suster muda berjalan tergesa-gesa keluar dari ruang persalinan. Dalam dekapannya, ada seorang bayi mungil yang baru saja lahir. Namun, wajahnya bukan dipenuhi kebahagiaan, melainkan kepanikan.

"Maaf, tapi aku tidak punya pilihan," ucapnya membatin. Ia merasa sangat terpaksa harus melakukan ini.

Lalu dengan segera ia menyerahkan bayi kecil itu kepada seorang wanita yang tengah menunggunya di luar kamar.

"Nyonya, ini bayinya," ucap si suster dengan nada sedikit pelan.

Wanita cantik bergaun putih, segera menggendong bayi kecil berjenis kelamin laki-laki itu dengan sangat hati-hati.

"Bagus. Ini imbalan untukmu." Satu wanita yang lebih tua, menyelipkan amplop coklat ke tangan si suster. "Kuharap, kamu bisa merahasiakan semua ini dari siapapun! Ingat, bila rahasia ini sampai bocor!" Wanita itu mencondongkan tubuhnya dan melotot tajam ke arah si suster. "Kamu yang akan menanggung akibatnya nanti!"

"Ba-baik Nyonya. Saya pasti akan menutup rapat rahasia ini." Dengan wajah menegang si suster itu mengangguk ketakutan. Lalu ia langsung memasukkan amplop yang berisi uang tunai itu ke dalam saku celananya.

"Ayo, kita pergi sekarang, Mah!" Wanita muda, yang menggendong bayi, tampaknya adalah anak dari wanita yang satunya lagi.

"Ayo. Eh, tapi tunggu! Kamu sudah menyiapkan bayi lain sebagai pengganti bayi ini 'kan?" tanya wanita paruh baya kepada si suster.

"Tentu saja sudah, Nyonya." Seraya menganggukkan kepala, si suster itu kembali menjawab. "Pokoknya Nyonya tidak perlu merasa khawatir. Sesuai rencana, semua sudah saya siapkan dengan sangat epik. Sehingga saya jamin kalau si perempuan itu tidak akan pernah tahu soal kejadian ini."

"Oke, kerja bagus! Aku percaya kamu bisa melakukan semua urusan ini. Akan ada bonus, bila semua sudah kamu kerjakan dengan beres tanpa ada hambatan!" Wanita paruh baya berbaju coklat itu tersenyum menyeringai, ekspresinya terlihat licik. Ada rencana lain yang sedang dia sembunyikan.

"Oh, terimakasih banyak, Nyonya. Tenang saja, saya jamin semua akan berjalan dengan lancar," sahut si Suster terlihat sangat meyakinkan.

"Buruan, Mah. Sebelum ada orang yang melihat, kita harus pergi dari sini!" Seperti pencuri, wanita muda itu tampak celingukan, merasa tak tenang, takut kepergok oleh orang lain.

"Eh- iya-iya. Ya udah, ayo kita pergi sekarang!"

Lalu dengan tergesa-gesa, kedua wanita yang sangat mencurigakan itu, membawa bayi laki-laki tersebut pergi meninggalkan tempat ini.

Sementara itu, di dalam sebuah kamar, terlihat seorang wanita muda bernama Vania, terbaring lemah tak sadarkan diri di atas ranjang pasien. Setelah melahirkan, wanita itu sangat kelelahan, hingga akhirnya ia pun pingsan.

Tak berselang lama, Vania mulai tersadar. Dalam keadaan yang masih sangat lemah, ia mulai bergerak pelan. Dengan sedikit kebingungan, wanita yang masih tampak kelelahan itu mengedarkan pandangan, seperti sedang mencari keberadaan seseorang.

"Sus, suster!" panggilnya pelan.

Sampai berapa kali wanita itu memanggil, pada akhirnya seorang suster datang juga ke ruangannya.

"Ya, ada yang bisa saya bantu, Mbak?"

"Suster, mana anak saya? Saya ingin melihatnya."

Seketika wajah suster muda itu terlihat pucat dan juga gugup. "Em ... sebelumnya saya meminta maaf. Karena --"

"Karena apa, Sus?" potong Vania mulai panik.

"Em, sebenarnya ... tunggu sebentar!" Tiba-tiba si suster yang bernama Tika itu, malah keluar dari kamar.

Sehingga membuat Vania makin kebingungan saja melihatnya.

"E-eh, Sus. Kok malah pergi. Tolong katakan di mana anak saya, Sus?" Perasaan Vania mulai campur aduk tidak karuan. Ia hendak turun dari ranjang dan ingin segera mengejar si suster tadi.

Namun, ketika ia baru saja akan menurunkan kakinya, suster itu ternyata sudah kembali masuk. Dengan seorang bayi kecil yang berada di dalam gendongnyan, perempuan berseragam serba putih itu tampak berjalan ragu mendekati Vania.

Sementara Vania, langsung tertegun menatapnya tak percaya. Lalu dengan wajah penuh haru dan suka cita, matanya mulai berkaca-kaca. Bibirnya tampak melengkung, tersenyum senang melihat bayi kecil yang dibawa oleh si suster.

"A-apakah itu bayi saya?" ujar Vania terbata-bata.

Suster itu mengangguk pelan.

"Mana-mana sini saya ingin menggendongnya, Sus." Vania mengulurkan kedua tangan. Berharap kalau si suster itu segera menyerahkan bayinya.

"Ta-tapi, sebelumnya saya minta maaf. Karena ... bayi ini ---"

Vania tidak bisa menunggu lebih lama lagi, dia langsung turun dari ranjang dan merebut bayinya dari tangan si suster.

"E-eh, hati-hati!" Suster itu cukup terkejut, tetapi tidak berani memberitahu kebenaran tentang bayi itu padanya.

"Masyaallah, benarkah ini anakku?" gumamnya membatin. Dengan wajah ceria, bibir wanita itu langsung merekah, di saat melihat betapa imut dan menggemaskan wajah bayi kecil yang kini berada dalam dekapannya.

Sungguh wanita cantik itu masih merasa tak percaya, kalau dirinya kini telah menjadi seorang ibu. Ya, walaupun tanpa adanya seorang suami di sisinya, Vania bertekad akan membesarkan anak itu seorang diri.

Tanpa terasa bulir-bulir bening seperti kristal mulai mengalir dari kedua sudut matanya. Hatinya mulai menghangat, merasa sangat terharu, juga bahagia dengan kehadiran anak itu di sisinya kini.

"Bayi ini laki-laki atau perempuan, Sus?" Tanpa menoleh ke arah si suster, Vania masih terus memandangi wajah anaknya dengan sangat intens.

"Huh!" Si suster yang sedang merasa tak tenang jadi terjingkat. Lalu dengan gugup ia kembali menjawab, "Pe-perempuan."

"Oh, Putri Ibu yang cantik. Terimakasih karena sudah mau hadir di dalam kehidupan Ibu, Nak." Berapa kali wanita itu tampak mengecup lembut pipi bayinya dengan sayang.

Namun, sedetik kemudian, ia merasakan ada yang janggal pada bayinya. Sehingga otomatis membuatnya langsung merasa panik.

"Loh, Sus. Ke-kenapa sedari tadi bayi ini diam saja? Dan tubuhnya juga terasa dingin seperti es?" Seketika itu juga, raut wajah wanita yang semula terlihat sangat bahagia, kini menjadi tegang dan juga cemas.

"Lalu, kenapa wajah bayi ini terlihat pucat, Sus?" Dengan sangat gelisah, Vania terus melontarkan tanya.

"Sus, kenapa diam saja? Ayo jawab!" Wanita itu mulai terpancing emosi, ketika melihat si suster yang hanya diam saja seperti patung.

"Em, a-anu. Sekali lagi kami meminta maaf yang sebesar-besarnya. Ka-karena bayi yang telah Anda lahirkan tadi ... ternyata sudah Me-ning-gal!"

JEDDER!

Bagai kilatan petir di siang hari bolong, langit yang awalnya terlihat cerah, kini langsung berubah menjadi mendung kelabu, terasa gelap gulita tanpa warna.

Tubuh Vania membeku seketika. Untuk sepersekian detik, jantungnya seolah berhenti berdetak. Dadanya terasa sesak seakan tak bisa bernapas. Lalu suaranya pun tercekat di tenggorokan.

"A-apa?! M-me-ning-gal?" cicitnya sangat pelan, hampir tak terdengar.

Wajahnya menjadi pucat. Tubuhnya pun bergetar hebat, merasa sangat-sangat syok mendengar satu kata terakhir yang terucap dari bibir wanita itu.

"Tidak, tidak mungkin bayi saya meninggal. Tidak ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Bertemu Malaikat Kecil

    Dua Minggu telah berlalu. Namun, Vania masih belum bisa melupakan kejadian malang itu. Dirinya sering kali tidak bisa tidur. Bayangan wajah mungil seorang bayi terus saja menghantuinya. Sehingga membuat dadanya terasa sesak. Wanita itu masih saja belum bisa ikhlas atas kematian anaknya. Dia masih terbayang wajah imut bayi yang baru dia lahirkan. Perasaan bersalah memenuhi relung hatinya, hingga membuatnya tersiksa secara lahir dan batin. "Anakku Sayang, anakku malang. Maafkan Ibu, Nak!" batinnya kembali pilu, jika mengingat kejadian itu. Di mana anak yang baru saja ia lahirkan, dinyatakan telah meninggal. Wanita itu mulai kembali terisak. Perihnya kehilangan terus saja menggerogoti jiwanya, dan ia menangis secara diam-diam. "Maafkan Ibu, Nak. Maafkan Ibu yang membuat kamu harus pergi selama-lamanya dari sisi Ibu," ucapnya lirih, sambil memeluk selimut terakhir yang dikenakan anaknya. Dadanya kembali sesak, batinnya perih kala bayangan demi bayangan terus memenuhi rasa bersal

    Last Updated : 2025-02-15
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Menjadi Ibu Susu

    Dengan wajah pucat pasi, Vania tertegun menatap pria tersebut. Dadanya langsung bergemuruh tatkala ia melihat kemarahan yang begitu kentara di wajah tampan lelaki itu. Vania langsung tahu jawabannya. "Apakah… dia ayah dari bayi ini?" batinnya mulai menebak. "Tapi tunggu! Kenapa aku seperti pernah melihatnya? Tapi di mana?" Otaknya langsung bekerja keras, coba mengingat siapa pria tersebut. Lalu di detik berikutnya, dengan wajah menegang ia mulai teringat akan peristiwa yang pernah menimpanya dulu. Peristiwa yang terjadi sekitar sembilan bulan lalu. Peristiwa yang sangat-sangat membuatnya telah hancur. Di mana pada malam itu, dirinya harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya, yaitu kesuciannya. Ya, tidak salah lagi, ia baru menyadari bahwasanya lelaki itu adalah orang yang sangat ia benci, orang yang pernah melewati malam panas bersamanya dulu. Namun, apakah orang itu masih mengingatnya? Semoga saja tidak. "Siapa kau? Berani-beraninya kau menyentuh an

    Last Updated : 2025-02-20
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Memberikan Penawaran

    Beberapa menit yang lalu. Di saat Raisa yang tiba-tiba saja malah membawa Rafka untuk masuk ke sebuah kamar. "Kau ini apa-apaan sih, Raisa? Main tarik-tarik aja!" Lelaki berambut klimis itu tampak mendengkus kesal. "Ikh, coba kau dengerin aku dulu, Rafka!" Seraya mengeratkan gigi, ingin rasanya wanita yang mempunyai darah campuran Belanda dan Indonesia itu menjitak kepala Rafka. "Dengerin apaan?" Seraya melipat tangan, dengan sangat malas Rafka menjatuhkan bokongnya di atas sofa panjang yang ada di tengah ruang. Begitu juga dengan Raisa yang ikut duduk di sampingnya kini. "Coba kau pikirkan bagaimana keadaan anakmu sekarang, Rafka! Bukankah selama ini kau cukup kesusahan mencari ibu susu yang cocok buat bayimu itu?" "Hem." Pria itu tampak menganggukkan kepalanya pelan. "Terus, apa kaitannya dengan wanita itu, Raisa?" lanjutnya dengan ogah-ogahan. "Ya, kurasa dialah wanita yang cocok untuk dijadikan sebagai ibu susu anakmu nanti." "Kau tadi lihat sendiri 'kan? Kalau b

    Last Updated : 2025-02-22
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Sepuluh juta

    "Sepuluh juta. Aku akan membayar mu 10 juta per bulan, jika kau bersedia menjadi ibu susu bayiku!" celetuk Rafka tiba-tiba. "Huh!" Sontak saja, baik itu Vania, juga Raisa langsung terbengong mendengarnya. Lalu, dengan tanpa pikir panjang lagi, Rafka langsung menarik tangan wanita itu untuk segera menuju ke ruangan bayi tempat anaknya berada. "E-eh, lepasin! Ini namanya pemaksaan!" Tentu saja, dengan wajah kesal, Vania ingin memberontak. Namun, tak bisa. Karena cengkraman tangan lelaki itu terlalu kuat. Sehingga membuatnya mau tak mau hanya bisa pasrah mengikuti ke arah mana laki-laki itu membawanya kini. Begitu telah sampai di dekat ranjang kecil sang bayi, baru lelaki itu mau melepaskan tangan Vania. "Cepat susui dia sekarang!" titahnya dingin. Sehingga membuat Vania langsung membuang muka dan mendengkus kesal padanya. "Udah buruan! Atau ...." "Atau apa?" tantang Vania geram. Dengan wajah yang seolah tanpa rasa takut, wanita itu menatapnya garang. Namun hanya seb

    Last Updated : 2025-03-02
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Harus Operasi

    "Siapa kamu?" tanya Dinda merasa sedikit keheranan. Wanita itu melihat ada satu orang wanita muda yang kini berada tepat di samping ranjang bayinya. Wanita muda itu sempat terlonjak dan langsung menoleh ke arahnya. Lalu seraya mengulas senyum ramah, wanita yang ternyata adalah seorang perawatan bayi di ruang itu pun menjawab, "Saya perawat, Nona." Tak berselang lama baik itu Rafka dan Raisa menyusul masuk ke dalam, dan mereka tampak terkejut saat melihat bukan wanita tadi yang sedang berada di ruang bayi ini. "Loh, Mbak Tari. Ke mana wanita tadi?" tanya Raisa kebingungan. "Oh, si Mbaknya tadi sudah pergi, Dok." Si suster bernama Utari pun menjawab. "Apa?! Wanita itu malah pergi?" Dengan wajah mengeras, tiba-tiba saja Rafka terlihat sangat kesal. "Dasar brengsek! Wanita tak tahu diuntung!" Seraya mengepalkan tangan, ia mengumpat geram. Sehingga membuat Dinda jadi keheranan saja melihatnnya, dan bertanya siapa wanita yang kini tengah dibicarakan oleh ketiga orang tersebut.

    Last Updated : 2025-03-24

Latest chapter

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Harus Operasi

    "Siapa kamu?" tanya Dinda merasa sedikit keheranan. Wanita itu melihat ada satu orang wanita muda yang kini berada tepat di samping ranjang bayinya. Wanita muda itu sempat terlonjak dan langsung menoleh ke arahnya. Lalu seraya mengulas senyum ramah, wanita yang ternyata adalah seorang perawatan bayi di ruang itu pun menjawab, "Saya perawat, Nona." Tak berselang lama baik itu Rafka dan Raisa menyusul masuk ke dalam, dan mereka tampak terkejut saat melihat bukan wanita tadi yang sedang berada di ruang bayi ini. "Loh, Mbak Tari. Ke mana wanita tadi?" tanya Raisa kebingungan. "Oh, si Mbaknya tadi sudah pergi, Dok." Si suster bernama Utari pun menjawab. "Apa?! Wanita itu malah pergi?" Dengan wajah mengeras, tiba-tiba saja Rafka terlihat sangat kesal. "Dasar brengsek! Wanita tak tahu diuntung!" Seraya mengepalkan tangan, ia mengumpat geram. Sehingga membuat Dinda jadi keheranan saja melihatnnya, dan bertanya siapa wanita yang kini tengah dibicarakan oleh ketiga orang tersebut.

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Sepuluh juta

    "Sepuluh juta. Aku akan membayar mu 10 juta per bulan, jika kau bersedia menjadi ibu susu bayiku!" celetuk Rafka tiba-tiba. "Huh!" Sontak saja, baik itu Vania, juga Raisa langsung terbengong mendengarnya. Lalu, dengan tanpa pikir panjang lagi, Rafka langsung menarik tangan wanita itu untuk segera menuju ke ruangan bayi tempat anaknya berada. "E-eh, lepasin! Ini namanya pemaksaan!" Tentu saja, dengan wajah kesal, Vania ingin memberontak. Namun, tak bisa. Karena cengkraman tangan lelaki itu terlalu kuat. Sehingga membuatnya mau tak mau hanya bisa pasrah mengikuti ke arah mana laki-laki itu membawanya kini. Begitu telah sampai di dekat ranjang kecil sang bayi, baru lelaki itu mau melepaskan tangan Vania. "Cepat susui dia sekarang!" titahnya dingin. Sehingga membuat Vania langsung membuang muka dan mendengkus kesal padanya. "Udah buruan! Atau ...." "Atau apa?" tantang Vania geram. Dengan wajah yang seolah tanpa rasa takut, wanita itu menatapnya garang. Namun hanya seb

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Memberikan Penawaran

    Beberapa menit yang lalu. Di saat Raisa yang tiba-tiba saja malah membawa Rafka untuk masuk ke sebuah kamar. "Kau ini apa-apaan sih, Raisa? Main tarik-tarik aja!" Lelaki berambut klimis itu tampak mendengkus kesal. "Ikh, coba kau dengerin aku dulu, Rafka!" Seraya mengeratkan gigi, ingin rasanya wanita yang mempunyai darah campuran Belanda dan Indonesia itu menjitak kepala Rafka. "Dengerin apaan?" Seraya melipat tangan, dengan sangat malas Rafka menjatuhkan bokongnya di atas sofa panjang yang ada di tengah ruang. Begitu juga dengan Raisa yang ikut duduk di sampingnya kini. "Coba kau pikirkan bagaimana keadaan anakmu sekarang, Rafka! Bukankah selama ini kau cukup kesusahan mencari ibu susu yang cocok buat bayimu itu?" "Hem." Pria itu tampak menganggukkan kepalanya pelan. "Terus, apa kaitannya dengan wanita itu, Raisa?" lanjutnya dengan ogah-ogahan. "Ya, kurasa dialah wanita yang cocok untuk dijadikan sebagai ibu susu anakmu nanti." "Kau tadi lihat sendiri 'kan? Kalau b

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Menjadi Ibu Susu

    Dengan wajah pucat pasi, Vania tertegun menatap pria tersebut. Dadanya langsung bergemuruh tatkala ia melihat kemarahan yang begitu kentara di wajah tampan lelaki itu. Vania langsung tahu jawabannya. "Apakah… dia ayah dari bayi ini?" batinnya mulai menebak. "Tapi tunggu! Kenapa aku seperti pernah melihatnya? Tapi di mana?" Otaknya langsung bekerja keras, coba mengingat siapa pria tersebut. Lalu di detik berikutnya, dengan wajah menegang ia mulai teringat akan peristiwa yang pernah menimpanya dulu. Peristiwa yang terjadi sekitar sembilan bulan lalu. Peristiwa yang sangat-sangat membuatnya telah hancur. Di mana pada malam itu, dirinya harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya, yaitu kesuciannya. Ya, tidak salah lagi, ia baru menyadari bahwasanya lelaki itu adalah orang yang sangat ia benci, orang yang pernah melewati malam panas bersamanya dulu. Namun, apakah orang itu masih mengingatnya? Semoga saja tidak. "Siapa kau? Berani-beraninya kau menyentuh an

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Bertemu Malaikat Kecil

    Dua Minggu telah berlalu. Namun, Vania masih belum bisa melupakan kejadian malang itu. Dirinya sering kali tidak bisa tidur. Bayangan wajah mungil seorang bayi terus saja menghantuinya. Sehingga membuat dadanya terasa sesak. Wanita itu masih saja belum bisa ikhlas atas kematian anaknya. Dia masih terbayang wajah imut bayi yang baru dia lahirkan. Perasaan bersalah memenuhi relung hatinya, hingga membuatnya tersiksa secara lahir dan batin. "Anakku Sayang, anakku malang. Maafkan Ibu, Nak!" batinnya kembali pilu, jika mengingat kejadian itu. Di mana anak yang baru saja ia lahirkan, dinyatakan telah meninggal. Wanita itu mulai kembali terisak. Perihnya kehilangan terus saja menggerogoti jiwanya, dan ia menangis secara diam-diam. "Maafkan Ibu, Nak. Maafkan Ibu yang membuat kamu harus pergi selama-lamanya dari sisi Ibu," ucapnya lirih, sambil memeluk selimut terakhir yang dikenakan anaknya. Dadanya kembali sesak, batinnya perih kala bayangan demi bayangan terus memenuhi rasa bersal

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Melahirkan

    Di dalam puskesmas kecil yang sunyi, seorang suster muda berjalan tergesa-gesa keluar dari ruang persalinan. Dalam dekapannya, ada seorang bayi mungil yang baru saja lahir. Namun, wajahnya bukan dipenuhi kebahagiaan, melainkan kepanikan. "Maaf, tapi aku tidak punya pilihan," ucapnya membatin. Ia merasa sangat terpaksa harus melakukan ini. Lalu dengan segera ia menyerahkan bayi kecil itu kepada seorang wanita yang tengah menunggunya di luar kamar. "Nyonya, ini bayinya," ucap si suster dengan nada sedikit pelan. Wanita cantik bergaun putih, segera menggendong bayi kecil berjenis kelamin laki-laki itu dengan sangat hati-hati. "Bagus. Ini imbalan untukmu." Satu wanita yang lebih tua, menyelipkan amplop coklat ke tangan si suster. "Kuharap, kamu bisa merahasiakan semua ini dari siapapun! Ingat, bila rahasia ini sampai bocor!" Wanita itu mencondongkan tubuhnya dan melotot tajam ke arah si suster. "Kamu yang akan menanggung akibatnya nanti!" "Ba-baik Nyonya. Saya pasti akan menu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status