Share

Harus Operasi

Penulis: YOSSYTA S
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-24 09:53:25

"Siapa kamu?" tanya Dinda merasa sedikit keheranan. Wanita itu melihat ada satu orang wanita muda yang kini berada tepat di samping ranjang bayinya.

Wanita muda itu sempat terlonjak dan langsung menoleh ke arahnya. Lalu seraya mengulas senyum ramah, wanita yang ternyata adalah seorang perawatan bayi di ruang itu pun menjawab, "Saya perawat, Nona."

Tak berselang lama baik itu Rafka dan Raisa menyusul masuk ke dalam, dan mereka tampak terkejut saat melihat bukan wanita tadi yang sedang berada di ruang bayi ini.

"Loh, Mbak Tari. Ke mana wanita tadi?" tanya Raisa kebingungan.

"Oh, si Mbaknya tadi sudah pergi, Dok." Si suster bernama Utari pun menjawab.

"Apa?! Wanita itu malah pergi?" Dengan wajah mengeras, tiba-tiba saja Rafka terlihat sangat kesal. "Dasar brengsek! Wanita tak tahu diuntung!" Seraya mengepalkan tangan, ia mengumpat geram.

Sehingga membuat Dinda jadi keheranan saja melihatnnya, dan bertanya siapa wanita yang kini tengah dibicarakan oleh ketiga orang tersebut.

"Tunggu-tunggu! Sebenarnya siapa wanita yang kalian maksud?" Karena merasa penasaran Dinda menyela pembicaraan. "Dan kenapa pula kamu jadi terlihat sangat marah, Rafka?" Dengan alis mengerut, wanita itu menatap keheranan lelaki yang baru berapa minggu lalu menyandang sebagai suaminya.

"Ah ... sudahlah kau tak perlu tahu!" Rafka tampak mendengkus kesal. Lalu ia menoleh ke arah sepupunya.

"Raisa sebaiknya kau suruh security sini agar bisa melacak di mana wanita itu berada sekarang!" titah Rafka berang. "Suruh mereka semua mengecek CCTV dan pastikan kalau mereka harus segera bisa menemukan wanita itu secepatnya!"

"Oke-oke, kamu tenang dulu! Aku akan mengerahkan bagian keamanan di rumah sakit ini untuk bisa mencarinya segera," jawab Raisa.

***

Sementara di tempat lain.

Setelah rasa haus bayi kecil nan sangat menggemaskan itu menghilang, bayi itu kini tertidur pulas di pangkuan Vania.

Dengan wajah berseri, wanita itu tersenyum hangat terus menatap lembut wajah polos tanpa dosa malaikat kecil tersebut.

Hanya dalam waktu singkat, wanita itu mulai merasa sayang padanya. Namun, jika mengingat bagaimana sikap ayah dari bayi ini, ia pun langsung dibuat kesal saja pada lelaki itu.

Jika menuruti keinginan naluri keibuan yang tumbuh di hatinya kini, ingin rasanya ia terus membersamai bayi itu. Akan tetapi, apakah ia nanti akan siap dan kuat menghadapi bagaimana sikap arogan dari ayah bayi ini? Dia rasa tidak.

"Huff!" Lagi, Vania menghela napas. Dirinya masih merasa bingung dan bimbang untuk menentukan keputusan.

Apakah ia akan menerima tawaran pekerjaan sebagai ibu susu dari bayi ini? Atau malah akan menolaknya.

Hingga di tengah-tengah lamunannya, tiba-tiba saja ia teringat akan Pamannya yang kini sedang sakit dan dirawat di rumah sakit ini juga.

Seketika itu ia pun memutuskan untuk segera pergi saja dari sana.

Dengan sangat hati-hati, Vania meletakan bayi mungil itu di atas ranjang. "Tidur yang nyenyak ya, Sayang! Maaf, mungkin setelah ini kita tidak akan pernah bertemu lagi," ucapnya sedih.

Sebenarnya ia merasa sangat berat untuk meninggalkan bayi itu. Namun, ini harus. Karena jujur, sungguh ia tidak ingin terlibat masalah lagi dengan lelaki itu.

Dengan susah payah, dia sudah berupaya untuk bisa melupakan kejadian itu. Lalu sekarang dia malah dipertemukan kembali dengan pria itu lagi.

"Kurasa takdir kini sedang mempermainkan ku. Sehingga aku harus bertemu lagi dengan lelaki brengsek itu."

"Kenapa sih, setelah sekian lama aku baru bisa melupakan kejadian naas itu. Tapi sekarang, tiba-tiba saja pria itu malah muncul di hadapan aku dan dengan membawa bayi seimut kamu." Dengan gemas ia mengusap-usap pipi cabi bayi kecil yang bernama Alviano. Sehingga membuat bayi yang sedang tertidur pulas itu sedikit bergerak pelan.

"Huff ... benar-benar sangat menyebalkan?" Dalam hati wanita itu sibuk berbicara sendiri. Seolah ia sangat menyesali dengan pertemuannya dengan Rafka. Akan tetapi, ia juga merasa sangat senang ketika bertemu dengan bayi ini.

Namun sekarang ia terpaksa harus menentukan pilihan. Lalu dengan mantap, akhirnya ia memutuskan akan menolak tawaran itu dan lebih memilih untuk merawat pamannya saja.

Hingga pada akhirnya, dengan tanpa sepengetahuan Rafka, wanita itu menyelinap pergi meninggalkan ruangan itu, dan bergegas menuju ke ruang rawat tempat pamannya berada kini.

Krieett!

Vania tampak mulai memasuki sebuah ruang kamar bernuansa putih berukuran sedang. Di mana di dalam ruang itu tampak ada seorang lelaki paruh baya tengah terbaring lemah di atas ranjang pasien.

Terlihat ada berapa alat kesehatan yang menempel di tubuh lelaki itu. Seperti jarum infus, selang oksigen dan alat pendeteksi detak jantung, yang terdengar pelan memenuhi ruangan tersebut.

"Paman, ini aku Vania, paman," ucapnya pelan. Seraya meraih tangan lelaki itu, wajah Vania yang tampak sedih berusaha untuk tetap tersenyum.

Ketika merasa ada sentuhan lembut di tangan, perlahan pria itu mulai terbangun. Lalu dengan tersenyum lembut namun samar, lelaki itu tampak senang melihatnya.

"Va-vania," ucapnya pelan, hampir tak terdengar.

"Iya, Paman. Ini aku, Vania. Maaf, karena aku baru bisa datang sekarang." Wanita itu mulai berkaca-kaca. Sungguh ia merasa tak tega melihat keadaan Pamannya yang terlihat sangat lemah.

Lelaki paruh baya itu menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, Nia. Kamu tidak perlu meminta maaf. Paman lah yang seharusnya meminta maaf padamu. Karena Paman tidak bisa menjagamu dengan baik. Sehingga kamu sampai diusir dari rumah." Pria yang bernama Herman itu tampak sangat menyesal.

"Sudahlah, Paman. Jangan diingat lagi ya! Yang terpenting sekarang Paman harus cepat sembuh!"

"Ta-tapi, ngomong-ngomong ke mana Bibi dan juga Dinda, Paman? Kenapa mereka tidak ada di sini?" Vania baru menyadari, baik itu istri dan anak dari lelaki itu tidak ada yang menunggunya.

Raut wajah lelaki itu kian bertambah sedih. Tatkala ia teringat semenjak ia yang sering sakit-sakitan, istri dan anaknya itu sudah tidak pernah memperdulikannya lagi. Dengan tanpa belas kasihan, mereka tega pergi meninggalkannya dengan begitu saja.

Tiba-tiba saja, dengan kesakitan lelaki itu memegangi dadanya yang terasa sesak dan kembali nyeri. Sehingga membuat Vania langsung terlihat sangat panik dan juga cemas.

"Paman, Paman kenapa? Suster, Dokter! Tolong Paman!"

Vania yang panik langsung berlari keluar kamar untuk mencari pertolongan.

Dengan sigap, salah satu perawat yang selalu standby di ruang jaga langsung menghampirinya. "Ada apa, Mbak?"

"I-itu-- tolong paman saya--" Dengan tergagap Vania menunjuk ke arah kamar pamannya.

Sang perawat lainnya langsung memanggil dokter. Baru kemudian ada beberapa perawatan dan juga dokter langsung masuk ke dalam kamar.

Sementara Vania, dengan wajah tegang ia merasa tak tenang, berjalan mondar-mandir gelisah menunggu di depan ruangan.

Tak lama kemudian dokter pun keluar. Vania langsung saja menghampirinya.

"Bagaimana, Dok, keadaan Paman saya?" tanya Vania cemas.

"Em ... apakah Anda keluarganya?" tanya sang dokter memastikan.

"Iya, Dok, saya keluarganya. A-apakah Paman saya baik-baik saja?"

Terlihat Dokter muda itu tampak menghela napas berat, lalu berkata, "Paman Anda harus segera melakukan operasi secepatnya. Jika sampai terlambat nanti bisa membahayakan pasien."

"A-apa! O-operasi?" Jelas saja Vania langsung terlihat sangat-sangat syok. "Em ... kira-kira berapa biaya untuk operasinya, Dok?"

"Em ... mungkin sekitar 200 sampai 300 juta."

"Apa?! Du-dua ratus juta!" Dengan membelalakan mata, lagi-lagi Vania kembali terpekik kaget.

"Ya Allah ... dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Bimbang

    "Em ... ya mungkin, sekitar 200 sampai 300 jutaan. Biar lebih jelasnya, Anda bisa tanyakan di bagian administrasi saja, Nona," kata si Dokter. "Apa?! Du-dua ratus juta!" Dengan wajah memucat, Vania langsung tampak syok mendengar nominal yang diucapkan oleh sang Dokter. Walaupun dia sudah mengira kalau biaya untuk operasi jantung pastilah sangat mahal. Akan tetapi, ia tidak menyangka akan sebesar itu. "Ya Allah ... dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?" Dalam hati wanita cantik bergaun putih tulang itu mulai kebingungan. "Oh, rupanya kau ada di sini sekarang!" Tiba-tiba saja suara bariton seorang pria langsung mengagetkannya. Sontak membuat dua orang yang tengah berdiri di depan pintu kamar rawat pamannya Vania pun menoleh ke arah sumber suara. "Ka-kamu!" pekik Vania melotot kaget. Dirinya tak menyangka kalau lelaki garang berwajah dingin itu tiba-tiba saja sudah muncul di hadapannya. "Duh, nyebelin banget sih, nih cowok! Mau ngapain lagi dia ke sini?" batin Van

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Menentukan Pilihan

    "Em ... baiklah, saya bersedia untuk menjadi ibu susu anak Anda." Seraya menghela napas berat, tidak ada pilihan lain, akhirnya Vania setuju. Tentu saja Rafka langsung tersenyum miring, merasa sangat senang mendengarnya. "Tapi, dengan syarat." Bergantian, kali ini Vania lah yang mengajukan syarat. Senyuman di bibir lelaki berparas tampan itu langsung memudar berubah menjadi masam. Lalu dengan menaikan sebelah alis, matanya pun menyipit mulai menatap Vania curiga. Dalam hati, ia sedang menduga-duga, pasti wanita itu akan menggunakan kesempatan ini untuk mengajukan syarat yang macam-macam padanya. Lelaki itu kini tersenyum sinis seolah sedang meremehkannya, dan berkata, "Syarat! Syarat apa?" "Saya ingin memastikan kalau paman saya benar-benar telah melakukan operasi. Setelah itu, baru saya akan mulai bekerja pada Anda." Deg! Dalam hati, Rafka merasa sedikit malu karena sudah berprasangka buruk terhadapnya. Namun, ternyata dugaannya salah besar. Gadis itu hanya ingin mema

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-13
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Melihat Orang Tak Terduga

    "Di-dinda!" pekik Vania syok. Kedua matanya langsung melebar ketika melihat sosok wanita yang sangat ia benci ada di sana. Dinda Kumala Sari, putri paman satu-satunya, yang tak lain adalah adik sepupu dia sendiri. "Kenapa dia bisa berada di ruang bayi? Da-dan sedang apa dia di sini?" berbagai pertanyaan mulai memenuhi otaknya. Dua alis Vania mengerut tajam, wajahnya juga menegang menyiratkan keheranan dan rasa dendam membara di hatinya kini. Dia tak pernah menduga, kalau dia akan melihat wanita itu di sana. Sungguh ia masih sangat mengingat bagaimana akan sikap kasar dan perbuatan jahat wanita itu padanya dulu, tak akan pernah bisa termaafkan untuk selama-lamanya. Karena apa? Karena gara-gara sepupunya itulah, dia harus kehilangan kehormatannya. *** Flashback. Malam itu, sekitar sembilan bulan yang lalu. Langit tampak teduh. Di luar pun terlihat sepi. Namun, tidak di sebuah ruangan mewah hotel bintang lima. Hiruk pikuk perkumpulan anak muda yang sedang bersenang-sena

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Kejadian Malam Itu

    Dengan menelan ludah, sungguh Rafka sudah tidak bisa lagi menahan hasratnya yang berasa sudah naik di ubun-ubun. Rafka yang sudah kehilangan kewarasannya dan haus akan sentuhan dengan kebutuhan yang menggebu-gebu itu, sudah tidak memikirkan apapun lagi selain ingin meraih puncak kenikmatan. Lalu dengan tanpa pikir panjang lagi, lelaki itu langsung saja menyerang gadis tersebut. *** Keesokan harinya. Dengan rasa kantuk dan lelah yang luar biasa, perlahan Vania mulai terbangun. Di antara setengah sadar dia merasa seperti habis mimpi bercinta dengan seorang pria yang sangat tampan, menawan dan gagah perkasa di atas ranjang. Sehingga membuat tubuhnya merasa sangat kelelahan. "Akan tetapi, kenapa seperti nyata? Dan kenapa pula badanku ini terasa sakit semua?" ujarnya membatin. Pelan-pelan kedua mata lentik gadis itu terbuka dan mulai mengedarkan pandangan ke sekitar. Betapa terkejutnya ia, ketika menyadari bahwa dirinya tidak berada di kamar yang biasa ia tempati. "Huh, di-

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Masih Selamat

    Dengan dada yang berdetak kencang, perlahan Vania memberanikan diri untuk menoleh ke arah sumber suara. Lalu, di detik berikutnya ia baru bisa bernapas lega. Karena ternyata lelaki itu masih betah memejamkan mata. Yang berarti lelaki tersebut hanya sedang mengigau saja. "Huff, syukur alhamdulillah. Ternyata dia hanya mengigau," ucapnya pelan. Seraya mengusap dada yang kempang kempis tidak karuan, Vania bisa merasa sedikit tenang, karena tidak sampai kepergok oleh lelaki itu. "Eh, tapi kalau dilihat-lihat dia tampan juga." Dengan tanpa sadar, Vania malah memujinya. Namun, tak lama kemudian ia pun menggeleng. "Hais, kamu ini apa-apaan sih, Vania? Di saat genting seperti ini, kamu malah memuji ketampanan wajah pria yang baru saja merenggut kesucian mu." "Tapi, ngomong-ngomong siapa dia? Apakah dia memang telah bekerja sama dengan Dinda untuk melakukan ini semua?" Dengan kebingungan, ada banyak pertanyaan yang tengah memenuhi pikirannya. "Ah, entahlah. Siapapun dia, aku tak p

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Bertemu Rendy

    Dada Vania bergemuruh hebat, langkahnya kian terasa berat, ketika ia tahu siapa pemilik mobil putih tersebut. Dirinya sudah bisa menebak siapa orang yang sedang menunggunya di dalam rumah. Dengan memantapkan hati, helaan napas panjang mengiringi derap langkah Vania, yang mau tidak mau harus siap menghadapi apapun yang akan terjadi padanya nanti. Toh, cepat atau lambat dirinya juga akan tetap menghadapi situasi yang seperti ini, bukan? Sekali lagi, gadis berkucir kuda itu menghela napas panjang. Lalu ia memberanikan diri untuk tetap melangkah masuk ke dalam rumah. "A-assalamualaikum," ucapnya pelan. "Waalaikumsalam." Seraya menoleh ke arah pintu. Serempak berapa orang yang terdiri dari dua orang lelaki dan dua perempuan, yang terduduk di ruang tamu pun menjawab. Benar saja, gadis itu melihat ada seorang pria yang sangat ia cinta, tengah berada di antara mereka. "Rendy," cicitnya sangat pelan dan hampir tak terdengar. "Nah, ini dia orangnya. Dari mana saja kamu, Vania? K

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Melahirkan

    Di dalam puskesmas kecil yang sunyi, seorang suster muda berjalan tergesa-gesa keluar dari ruang persalinan. Dalam dekapannya, ada seorang bayi mungil yang baru saja lahir. Namun, wajah suster itu bukan dipenuhi kebahagiaan, melainkan kepanikan. "Maaf, tapi aku tidak punya pilihan," ucapnya membatin. Ia merasa sangat terpaksa harus melakukan ini. Lalu dengan segera ia menyerahkan bayi kecil itu kepada seorang wanita yang tengah menunggunya di luar kamar. "Nyonya, ini bayinya," ucap si suster dengan nada sedikit pelan. Wanita cantik bergaun putih, segera menggendong bayi kecil berjenis kelamin laki-laki itu dengan sangat hati-hati. "Bagus. Ini imbalan untukmu." Satu wanita yang lebih tua, menyelipkan amplop coklat ke tangan si suster. "Kuharap, kamu bisa merahasiakan semua ini dari siapapun! Ingat, bila rahasia ini sampai bocor!" Wanita itu mencondongkan tubuhnya dan melotot tajam ke arah si suster. "Kamu yang akan menanggung akibatnya nanti!" "Ba-baik Nyonya. Saya pasti ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Bertemu Malaikat Kecil

    Dua Minggu telah berlalu. Namun, Vania masih belum bisa melupakan kejadian malang itu. Dirinya sering kali tidak bisa tidur. Bayangan wajah mungil seorang bayi terus saja menghantuinya. Sehingga membuat dadanya terasa sesak. Wanita itu masih saja belum bisa ikhlas atas kematian anaknya. Dia masih terbayang wajah imut bayi yang baru dia lahirkan. Perasaan bersalah memenuhi relung hatinya, hingga membuatnya tersiksa secara lahir dan batin. "Anakku Sayang, anakku malang. Maafkan Ibu, Nak!" batinnya kembali pilu, jika mengingat kejadian itu. Di mana anak yang baru saja ia lahirkan, dinyatakan telah meninggal. Wanita itu mulai kembali terisak. Perihnya kehilangan terus saja menggerogoti jiwanya, dan ia menangis secara diam-diam. "Maafkan Ibu, Nak. Maafkan Ibu yang membuat kamu harus pergi selama-lamanya dari sisi Ibu," ucapnya lirih, sambil memeluk selimut terakhir yang dikenakan anaknya. Dadanya kembali sesak, batinnya perih kala bayangan demi bayangan terus memenuhi rasa bersala

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15

Bab terbaru

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Bertemu Rendy

    Dada Vania bergemuruh hebat, langkahnya kian terasa berat, ketika ia tahu siapa pemilik mobil putih tersebut. Dirinya sudah bisa menebak siapa orang yang sedang menunggunya di dalam rumah. Dengan memantapkan hati, helaan napas panjang mengiringi derap langkah Vania, yang mau tidak mau harus siap menghadapi apapun yang akan terjadi padanya nanti. Toh, cepat atau lambat dirinya juga akan tetap menghadapi situasi yang seperti ini, bukan? Sekali lagi, gadis berkucir kuda itu menghela napas panjang. Lalu ia memberanikan diri untuk tetap melangkah masuk ke dalam rumah. "A-assalamualaikum," ucapnya pelan. "Waalaikumsalam." Seraya menoleh ke arah pintu. Serempak berapa orang yang terdiri dari dua orang lelaki dan dua perempuan, yang terduduk di ruang tamu pun menjawab. Benar saja, gadis itu melihat ada seorang pria yang sangat ia cinta, tengah berada di antara mereka. "Rendy," cicitnya sangat pelan dan hampir tak terdengar. "Nah, ini dia orangnya. Dari mana saja kamu, Vania? K

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Masih Selamat

    Dengan dada yang berdetak kencang, perlahan Vania memberanikan diri untuk menoleh ke arah sumber suara. Lalu, di detik berikutnya ia baru bisa bernapas lega. Karena ternyata lelaki itu masih betah memejamkan mata. Yang berarti lelaki tersebut hanya sedang mengigau saja. "Huff, syukur alhamdulillah. Ternyata dia hanya mengigau," ucapnya pelan. Seraya mengusap dada yang kempang kempis tidak karuan, Vania bisa merasa sedikit tenang, karena tidak sampai kepergok oleh lelaki itu. "Eh, tapi kalau dilihat-lihat dia tampan juga." Dengan tanpa sadar, Vania malah memujinya. Namun, tak lama kemudian ia pun menggeleng. "Hais, kamu ini apa-apaan sih, Vania? Di saat genting seperti ini, kamu malah memuji ketampanan wajah pria yang baru saja merenggut kesucian mu." "Tapi, ngomong-ngomong siapa dia? Apakah dia memang telah bekerja sama dengan Dinda untuk melakukan ini semua?" Dengan kebingungan, ada banyak pertanyaan yang tengah memenuhi pikirannya. "Ah, entahlah. Siapapun dia, aku tak p

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Kejadian Malam Itu

    Dengan menelan ludah, sungguh Rafka sudah tidak bisa lagi menahan hasratnya yang berasa sudah naik di ubun-ubun. Rafka yang sudah kehilangan kewarasannya dan haus akan sentuhan dengan kebutuhan yang menggebu-gebu itu, sudah tidak memikirkan apapun lagi selain ingin meraih puncak kenikmatan. Lalu dengan tanpa pikir panjang lagi, lelaki itu langsung saja menyerang gadis tersebut. *** Keesokan harinya. Dengan rasa kantuk dan lelah yang luar biasa, perlahan Vania mulai terbangun. Di antara setengah sadar dia merasa seperti habis mimpi bercinta dengan seorang pria yang sangat tampan, menawan dan gagah perkasa di atas ranjang. Sehingga membuat tubuhnya merasa sangat kelelahan. "Akan tetapi, kenapa seperti nyata? Dan kenapa pula badanku ini terasa sakit semua?" ujarnya membatin. Pelan-pelan kedua mata lentik gadis itu terbuka dan mulai mengedarkan pandangan ke sekitar. Betapa terkejutnya ia, ketika menyadari bahwa dirinya tidak berada di kamar yang biasa ia tempati. "Huh, di-

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Melihat Orang Tak Terduga

    "Di-dinda!" pekik Vania syok. Kedua matanya langsung melebar ketika melihat sosok wanita yang sangat ia benci ada di sana. Dinda Kumala Sari, putri paman satu-satunya, yang tak lain adalah adik sepupu dia sendiri. "Kenapa dia bisa berada di ruang bayi? Da-dan sedang apa dia di sini?" berbagai pertanyaan mulai memenuhi otaknya. Dua alis Vania mengerut tajam, wajahnya juga menegang menyiratkan keheranan dan rasa dendam membara di hatinya kini. Dia tak pernah menduga, kalau dia akan melihat wanita itu di sana. Sungguh ia masih sangat mengingat bagaimana akan sikap kasar dan perbuatan jahat wanita itu padanya dulu, tak akan pernah bisa termaafkan untuk selama-lamanya. Karena apa? Karena gara-gara sepupunya itulah, dia harus kehilangan kehormatannya. *** Flashback. Malam itu, sekitar sembilan bulan yang lalu. Langit tampak teduh. Di luar pun terlihat sepi. Namun, tidak di sebuah ruangan mewah hotel bintang lima. Hiruk pikuk perkumpulan anak muda yang sedang bersenang-sena

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Menentukan Pilihan

    "Em ... baiklah, saya bersedia untuk menjadi ibu susu anak Anda." Seraya menghela napas berat, tidak ada pilihan lain, akhirnya Vania setuju. Tentu saja Rafka langsung tersenyum miring, merasa sangat senang mendengarnya. "Tapi, dengan syarat." Bergantian, kali ini Vania lah yang mengajukan syarat. Senyuman di bibir lelaki berparas tampan itu langsung memudar berubah menjadi masam. Lalu dengan menaikan sebelah alis, matanya pun menyipit mulai menatap Vania curiga. Dalam hati, ia sedang menduga-duga, pasti wanita itu akan menggunakan kesempatan ini untuk mengajukan syarat yang macam-macam padanya. Lelaki itu kini tersenyum sinis seolah sedang meremehkannya, dan berkata, "Syarat! Syarat apa?" "Saya ingin memastikan kalau paman saya benar-benar telah melakukan operasi. Setelah itu, baru saya akan mulai bekerja pada Anda." Deg! Dalam hati, Rafka merasa sedikit malu karena sudah berprasangka buruk terhadapnya. Namun, ternyata dugaannya salah besar. Gadis itu hanya ingin mema

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Bimbang

    "Em ... ya mungkin, sekitar 200 sampai 300 jutaan. Biar lebih jelasnya, Anda bisa tanyakan di bagian administrasi saja, Nona," kata si Dokter. "Apa?! Du-dua ratus juta!" Dengan wajah memucat, Vania langsung tampak syok mendengar nominal yang diucapkan oleh sang Dokter. Walaupun dia sudah mengira kalau biaya untuk operasi jantung pastilah sangat mahal. Akan tetapi, ia tidak menyangka akan sebesar itu. "Ya Allah ... dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?" Dalam hati wanita cantik bergaun putih tulang itu mulai kebingungan. "Oh, rupanya kau ada di sini sekarang!" Tiba-tiba saja suara bariton seorang pria langsung mengagetkannya. Sontak membuat dua orang yang tengah berdiri di depan pintu kamar rawat pamannya Vania pun menoleh ke arah sumber suara. "Ka-kamu!" pekik Vania melotot kaget. Dirinya tak menyangka kalau lelaki garang berwajah dingin itu tiba-tiba saja sudah muncul di hadapannya. "Duh, nyebelin banget sih, nih cowok! Mau ngapain lagi dia ke sini?" batin Van

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Harus Operasi

    "Siapa kamu?" tanya Dinda merasa sedikit keheranan. Wanita itu melihat ada satu orang wanita muda yang kini berada tepat di samping ranjang bayinya. Wanita muda itu sempat terlonjak dan langsung menoleh ke arahnya. Lalu seraya mengulas senyum ramah, wanita yang ternyata adalah seorang perawatan bayi di ruang itu pun menjawab, "Saya perawat, Nona." Tak berselang lama baik itu Rafka dan Raisa menyusul masuk ke dalam, dan mereka tampak terkejut saat melihat bukan wanita tadi yang sedang berada di ruang bayi ini. "Loh, Mbak Tari. Ke mana wanita tadi?" tanya Raisa kebingungan. "Oh, si Mbaknya tadi sudah pergi, Dok." Si suster bernama Utari pun menjawab. "Apa?! Wanita itu malah pergi?" Dengan wajah mengeras, tiba-tiba saja Rafka terlihat sangat kesal. "Dasar brengsek! Wanita tak tahu diuntung!" Seraya mengepalkan tangan, ia mengumpat geram. Sehingga membuat Dinda jadi keheranan saja melihatnnya, dan bertanya siapa wanita yang kini tengah dibicarakan oleh ketiga orang tersebut.

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Sepuluh juta

    "Sepuluh juta. Aku akan membayar mu 10 juta per bulan, jika kau bersedia menjadi ibu susu bayiku!" celetuk Rafka tiba-tiba. "Huh!" Sontak saja, baik itu Vania, juga Raisa langsung terbengong mendengarnya. Lalu, dengan tanpa pikir panjang lagi, Rafka langsung menarik tangan wanita itu untuk segera menuju ke ruangan bayi tempat anaknya berada. "E-eh, lepasin! Ini namanya pemaksaan!" Tentu saja, dengan wajah kesal, Vania ingin memberontak. Namun, tak bisa. Karena cengkraman tangan lelaki itu terlalu kuat. Sehingga membuatnya mau tak mau hanya bisa pasrah mengikuti ke arah mana laki-laki itu membawanya kini. Begitu telah sampai di dekat ranjang kecil sang bayi, baru lelaki itu mau melepaskan tangan Vania. "Cepat susui dia sekarang!" titahnya dingin. Sehingga membuat Vania langsung membuang muka dan mendengkus kesal padanya. "Udah buruan! Atau ...." "Atau apa?" tantang Vania geram. Dengan wajah yang seolah tanpa rasa takut, wanita itu menatapnya garang. Namun hanya sebe

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Memberikan Penawaran

    Beberapa menit yang lalu. Di saat Raisa yang tiba-tiba saja malah membawa Rafka untuk masuk ke sebuah kamar. "Kau ini apa-apaan sih, Raisa? Main tarik-tarik aja!" Lelaki berambut klimis itu tampak mendengkus kesal. "Ikh, coba kau dengerin aku dulu, Rafka!" Seraya mengeratkan gigi, ingin rasanya wanita yang mempunyai darah campuran Belanda dan Indonesia itu menjitak kepala Rafka. "Dengerin apaan?" Seraya melipat tangan, dengan sangat malas Rafka menjatuhkan bokongnya di atas sofa panjang yang ada di tengah ruang. Begitu juga dengan Raisa yang ikut duduk di sampingnya kini. "Coba kau pikirkan bagaimana keadaan anakmu sekarang, Rafka! Bukankah selama ini kau cukup kesusahan mencari ibu susu yang cocok buat bayimu itu?" "Hem." Pria itu tampak menganggukkan kepalanya pelan. "Terus, apa kaitannya dengan wanita itu, Raisa?" lanjutnya dengan ogah-ogahan. "Ya, kurasa dialah wanita yang cocok untuk dijadikan sebagai ibu susu anakmu nanti." "Kau tadi lihat sendiri 'kan? Kalau ba

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status