Share

Memberikan Penawaran

Penulis: YOSSYTA S
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-22 10:44:04

Beberapa menit yang lalu.

Di saat Raisa yang tiba-tiba saja malah membawa Rafka untuk masuk ke sebuah kamar.

"Kau ini apa-apaan sih, Raisa? Main tarik-tarik aja!" Lelaki berambut klimis itu tampak mendengkus kesal.

"Ikh, coba kau dengerin aku dulu, Rafka!" Seraya mengeratkan gigi, ingin rasanya wanita yang mempunyai darah campuran Belanda dan Indonesia itu menjitak kepala Rafka.

"Dengerin apaan?" Seraya melipat tangan, dengan sangat malas Rafka menjatuhkan bokongnya di atas sofa panjang yang ada di tengah ruang.

Begitu juga dengan Raisa yang ikut duduk di sampingnya kini.

"Coba kau pikirkan bagaimana keadaan anakmu sekarang, Rafka! Bukankah selama ini kau cukup kesusahan mencari ibu susu yang cocok buat bayimu itu?"

"Hem." Pria itu tampak menganggukkan kepalanya pelan. "Terus, apa kaitannya dengan wanita itu, Raisa?" lanjutnya dengan ogah-ogahan.

"Ya, kurasa dialah wanita yang cocok untuk dijadikan sebagai ibu susu anakmu nanti."

"Kau tadi lihat sendiri 'kan? Kalau bayimu tadi mau menyusu dan bahkan bisa tertidur lelap di pangkuan wanita itu."

Rafka terdiam, ia mulai tampak merenung apa yang dikatakan oleh sepupunya itu memanglah benar.

"Lagi pula kau juga sudah dengar sendiri 'kan penjelasan dari si suster. Kalau bayimu itu selalu menolak dengan pemberian ASI ataupun susu formula yang diberikan oleh si suster."

"Jika bayimu itu terus-terusan tidak mau meminum susu yang diberikan oleh si suster. Maka bisa saja keadaan bayimu nanti malah akan semakin parah." Dengan tanpa jeda, wanita cerewet itu masih terus mengoceh menjelaskan bagaimana keadaan keponakan kecilnya alias anak dari sepupunya sendiri yaitu Rafka.

"Jadi sebelum itu terjadi, lebih baik kamu harus baik-baikin wanita itu, dan bujuk agar mau menjadi ibu susu anakmu nanti!"

Seraya mengerutkan dahi, Rafka langsung tampak tak setuju.

"Nah, jadi tunggu apa lagi? Kamu tinggal meminta maaf saja padanya. Lalu setelah itu, kau coba ngomong baik-baik saja sama dia, agar dia mau menjadi ibu susu anakmu itu."

"Apa? Aku disuruh minta maaf? Jangan mimpi, aku tidak akan pernah sudi meminta maaf dengan wanita rendahan seperti dia." Dengan rasa gengsi yang tinggi, tentu saja pria angkuh itu langsung menolak.

"Hais, kau ini. Bisa gak sih jangan selalu menilai rendah orang lain!" Wanita itu cukup dibuat kesal dengan sikap sombong dan arogan sepupunya tersebut.

"Alah, sudahlah. Kau ini jangan terlalu berlebihan menilai baik wanita itu. Lagipula kita juga tidak tahu bagaimana sifat dia yang sebenarnya. Kita ini harus berhati-hati dengan orang yang tidak kita kenal, jangan asal percaya begitu saja"

"Bisa saja 'kan di balik wajahnya yang terlihat sok polos itu, ada niatan jahat yang tersembunyi. Kita juga gak tahu." Lelaki itu masih saja tampak menaruh rasa curiga terhadap Vania.

Ya, begitulah Rafka. Dengan segala keangkuhannya yang sudah mendarah daging, ia selalu merasa waspada dan tak mudah gampang percaya dengan sembarang orang.

Seraya mendengkus kesal, wanita berwajah cantik dan elegan itu menggelengkan kepala melihat betapa kerasa kepalanya lelaki tersebut.

"Rafka-Rafka. Kau ini yang terlalu negatif thinking dengan orang lain. Tidak semua orang akan selalu mempunyai sifat jahat seperti apa yang kau pikirkan selama ini, Rafka!"

"Alah, terserah kau saja. Pokoknya aku tidak mau ambil resiko. Aku tidak mau jika anakku nanti sampai kenapa-kenapa. Jadi, lebih baik kita cari wanita lain yang jelas asal-usulnya saja. Jangan main asal percaya dengan orang yang baru kita kenal."

"Oke, kalau begitu, apa kau sekarang sudah bisa menemukan orang yang akan menjadi ibu susu anakmu itu?" tantang Raisa geram. Wanita cantik yang biasanya akan selalu terlihat ramah dengan senyuman lembut di bibirnya itu, kini mulai kesal dalam menghadapi sikap arogansi sepupunya sendiri.

Deg!

Hati Rafka langsung tercenung. Ia tidak bisa menjawab.

"Cih, sudah kuduga. Kau pasti belum bisa menemukan si calon ibu susu buat Alviano 'kan?"

Tebakan Raisa memang benar. Pria beralis tebal dan berhidung mancung itu memang belum bisa menemukan wanita yang cocok untuk dijadikan sebagai ibu susu bayinya.

"Ya sudah, begini saja. Jika kau tak mau bicara sama tuh cewek, biar aku aja yang akan bicara padanya." Lalu dengan tiba-tiba saja, wanita itu langsung bangkit dari duduknya dan bergegas keluar dari ruangan.

"E-eh, Raisa, tunggu!" Sontak Rafka yang panik segera menyusulnya.

Ketika mendengar suara pintu terbuka, tiga orang gadis yang masih dengan setia duduk menunggu di ruang kerja Raisa, dengan serempak langsung menoleh ke arahnya.

Raisa beserta Rafka keluar dari kamar. Lalu dengan wajah cemberut keduanya tampak sedang bersitegang. Kini mereka kembali terduduk di tempat semula.

Sementara ketiga gadis itu masih tetap terdiam, menunggu apa yang akan dikatakan oleh kedua orang tersebut.

"Em, baiklah, Suster. Kalian sudah boleh pergi dari sini sekarang. Dan tolong kalian harus lebih berhati-hati lagi dalam menjaga bayi itu!" ujar Raisa tegas. "Jika nanti sampai terjadi sesuatu hal pada bayi itu, tolong kalian harus segera beritahukan kepada saya di sini, oke?"

"Ya baik, Dok. Kalau begitu kami permisi." Kedua suster muda itu menunduk hormat dan kemudian langsung saja pergi meninggalkan ruangan.

"Em ... jadi begini, Mbak ... siapa namamu?"

"Vania nama saya, Dok," jawab Vania seraya melirik sekilas ke arah Rafka.

Sementara Rafka berpura-pura langsung melengos seolah tak mau melihatnya.

"Baiklah, Vania. Setelah saya dan Tuan Rafka melakukan banyak pertimbangan. Kami akan meminta pertanggungjawaban dari Anda, karena dengan lancang telah berani memberikan ASI kepada bayi itu," ucap Raisa dengan wajah tenang.

"Apaa?! Ta-tanggung jawab! Tanggungjawab yang bagaimana? Saya tidak bersalah, saya hanya ingin membantu. Masa saya harus bertanggungjawab?" sahut Vania kebingungan.

"Ya, Anda harus bertanggungjawab dengan cara harus mau menjadi ibu susu dari bayi itu." lanjut Raisa menjelaskan.

"Apaa! I-ibu susu?" Jelas Vania kembali terpekik kaget.

"Tidak perlu!" sambar Rafka tiba-tiba. Dengan wajah dingin tanpa ekspresi, Ia masih saja tampak tak setuju dengan usulan Raisa.

Tok-tok-tok!

Semua orang yang sedang bersitegang itu terjingkat dan langsung menoleh ke arah pintu secara serempak.

"Ya, masuk!" seru Raisa.

Klik!

Dengan raut wajah panik, ternyata salah satu perawatan tadi kembali memasuki ruang.

"Maaf, Dok. I-itu-- bayinya kembali menangis dan masih menolak pemberian susu dari kami," lapornya cemas.

"Tuh 'kan sudah kubilang, pasti bayimu akan kembali menolak susu itu, Rafka. Jadi, tunggu apalagi? Apa kau akan membiarkan anakmu itu terus kelaparan?" tanya Raisa. Membuat Rafka mulai jadi kebingungan.

Sebenarnya Vania juga ikut merasa cemas memikirkan bayi itu. Namun, jika melihat sikap kasar dan arogan ayah dari bayi tersebut, sehingga membuatnya berpura-pura acuh, dan tak mau memperdulikannya lagi.

Lalu ia ingin segera pergi saja dari ruangan itu. "Baiklah, karena semua urusan sudah selesai. Jadi, tak ada alasan lagi buat saya tetap berada di sini. Kalau begitu saya permisi."

Namun, ketika melihat Vania akan pergi, dengan tanpa terduga, tiba-tiba saja lelaki itu malah menahan tangan Vania.

"Sepuluh juta. Aku akan membayar mu 10 juta per bulan, jika bersedia menjadi ibu susu bayiku!" celetuk Rafka tiba-tiba.

"Huh!" Sontak saja, baik itu Vania, juga Raisa langsung terbengong mendengarnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Sepuluh juta

    "Sepuluh juta. Aku akan membayar mu 10 juta per bulan, jika kau bersedia menjadi ibu susu bayiku!" celetuk Rafka tiba-tiba. "Huh!" Sontak saja, baik itu Vania, juga Raisa langsung terbengong mendengarnya. Lalu, dengan tanpa pikir panjang lagi, Rafka langsung menarik tangan wanita itu untuk segera menuju ke ruangan bayi tempat anaknya berada. "E-eh, lepasin! Ini namanya pemaksaan!" Tentu saja, dengan wajah kesal, Vania ingin memberontak. Namun, tak bisa. Karena cengkraman tangan lelaki itu terlalu kuat. Sehingga membuatnya mau tak mau hanya bisa pasrah mengikuti ke arah mana laki-laki itu membawanya kini. Begitu telah sampai di dekat ranjang kecil sang bayi, baru lelaki itu mau melepaskan tangan Vania. "Cepat susui dia sekarang!" titahnya dingin. Sehingga membuat Vania langsung membuang muka dan mendengkus kesal padanya. "Udah buruan! Atau ...." "Atau apa?" tantang Vania geram. Dengan wajah yang seolah tanpa rasa takut, wanita itu menatapnya garang. Namun hanya sebe

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Harus Operasi

    "Siapa kamu?" tanya Dinda merasa sedikit keheranan. Wanita itu melihat ada satu orang wanita muda yang kini berada tepat di samping ranjang bayinya. Wanita muda itu sempat terlonjak dan langsung menoleh ke arahnya. Lalu seraya mengulas senyum ramah, wanita yang ternyata adalah seorang perawatan bayi di ruang itu pun menjawab, "Saya perawat, Nona." Tak berselang lama baik itu Rafka dan Raisa menyusul masuk ke dalam, dan mereka tampak terkejut saat melihat bukan wanita tadi yang sedang berada di ruang bayi ini. "Loh, Mbak Tari. Ke mana wanita tadi?" tanya Raisa kebingungan. "Oh, si Mbaknya tadi sudah pergi, Dok." Si suster bernama Utari pun menjawab. "Apa?! Wanita itu malah pergi?" Dengan wajah mengeras, tiba-tiba saja Rafka terlihat sangat kesal. "Dasar brengsek! Wanita tak tahu diuntung!" Seraya mengepalkan tangan, ia mengumpat geram. Sehingga membuat Dinda jadi keheranan saja melihatnnya, dan bertanya siapa wanita yang kini tengah dibicarakan oleh ketiga orang tersebut.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Bimbang

    "Em ... ya mungkin, sekitar 200 sampai 300 jutaan. Biar lebih jelasnya, Anda bisa tanyakan di bagian administrasi saja, Nona," kata si Dokter. "Apa?! Du-dua ratus juta!" Dengan wajah memucat, Vania langsung tampak syok mendengar nominal yang diucapkan oleh sang Dokter. Walaupun dia sudah mengira kalau biaya untuk operasi jantung pastilah sangat mahal. Akan tetapi, ia tidak menyangka akan sebesar itu. "Ya Allah ... dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?" Dalam hati wanita cantik bergaun putih tulang itu mulai kebingungan. "Oh, rupanya kau ada di sini sekarang!" Tiba-tiba saja suara bariton seorang pria langsung mengagetkannya. Sontak membuat dua orang yang tengah berdiri di depan pintu kamar rawat pamannya Vania pun menoleh ke arah sumber suara. "Ka-kamu!" pekik Vania melotot kaget. Dirinya tak menyangka kalau lelaki garang berwajah dingin itu tiba-tiba saja sudah muncul di hadapannya. "Duh, nyebelin banget sih, nih cowok! Mau ngapain lagi dia ke sini?" batin Van

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Menentukan Pilihan

    "Em ... baiklah, saya bersedia untuk menjadi ibu susu anak Anda." Seraya menghela napas berat, tidak ada pilihan lain, akhirnya Vania setuju. Tentu saja Rafka langsung tersenyum miring, merasa sangat senang mendengarnya. "Tapi, dengan syarat." Bergantian, kali ini Vania lah yang mengajukan syarat. Senyuman di bibir lelaki berparas tampan itu langsung memudar berubah menjadi masam. Lalu dengan menaikan sebelah alis, matanya pun menyipit mulai menatap Vania curiga. Dalam hati, ia sedang menduga-duga, pasti wanita itu akan menggunakan kesempatan ini untuk mengajukan syarat yang macam-macam padanya. Lelaki itu kini tersenyum sinis seolah sedang meremehkannya, dan berkata, "Syarat! Syarat apa?" "Saya ingin memastikan kalau paman saya benar-benar telah melakukan operasi. Setelah itu, baru saya akan mulai bekerja pada Anda." Deg! Dalam hati, Rafka merasa sedikit malu karena sudah berprasangka buruk terhadapnya. Namun, ternyata dugaannya salah besar. Gadis itu hanya ingin mema

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-13
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Melihat Orang Tak Terduga

    "Di-dinda!" pekik Vania syok. Kedua matanya langsung melebar ketika melihat sosok wanita yang sangat ia benci ada di sana. Dinda Kumala Sari, putri paman satu-satunya, yang tak lain adalah adik sepupu dia sendiri. "Kenapa dia bisa berada di ruang bayi? Da-dan sedang apa dia di sini?" berbagai pertanyaan mulai memenuhi otaknya. Dua alis Vania mengerut tajam, wajahnya juga menegang menyiratkan keheranan dan rasa dendam membara di hatinya kini. Dia tak pernah menduga, kalau dia akan melihat wanita itu di sana. Sungguh ia masih sangat mengingat bagaimana akan sikap kasar dan perbuatan jahat wanita itu padanya dulu, tak akan pernah bisa termaafkan untuk selama-lamanya. Karena apa? Karena gara-gara sepupunya itulah, dia harus kehilangan kehormatannya. *** Flashback. Malam itu, sekitar sembilan bulan yang lalu. Langit tampak teduh. Di luar pun terlihat sepi. Namun, tidak di sebuah ruangan mewah hotel bintang lima. Hiruk pikuk perkumpulan anak muda yang sedang bersenang-sena

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Kejadian Malam Itu

    Dengan menelan ludah, sungguh Rafka sudah tidak bisa lagi menahan hasratnya yang berasa sudah naik di ubun-ubun. Rafka yang sudah kehilangan kewarasannya dan haus akan sentuhan dengan kebutuhan yang menggebu-gebu itu, sudah tidak memikirkan apapun lagi selain ingin meraih puncak kenikmatan. Lalu dengan tanpa pikir panjang lagi, lelaki itu langsung saja menyerang gadis tersebut. *** Keesokan harinya. Dengan rasa kantuk dan lelah yang luar biasa, perlahan Vania mulai terbangun. Di antara setengah sadar dia merasa seperti habis mimpi bercinta dengan seorang pria yang sangat tampan, menawan dan gagah perkasa di atas ranjang. Sehingga membuat tubuhnya merasa sangat kelelahan. "Akan tetapi, kenapa seperti nyata? Dan kenapa pula badanku ini terasa sakit semua?" ujarnya membatin. Pelan-pelan kedua mata lentik gadis itu terbuka dan mulai mengedarkan pandangan ke sekitar. Betapa terkejutnya ia, ketika menyadari bahwa dirinya tidak berada di kamar yang biasa ia tempati. "Huh, di-

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Masih Selamat

    Dengan dada yang berdetak kencang, perlahan Vania memberanikan diri untuk menoleh ke arah sumber suara. Lalu, di detik berikutnya ia baru bisa bernapas lega. Karena ternyata lelaki itu masih betah memejamkan mata. Yang berarti lelaki tersebut hanya sedang mengigau saja. "Huff, syukur alhamdulillah. Ternyata dia hanya mengigau," ucapnya pelan. Seraya mengusap dada yang kempang kempis tidak karuan, Vania bisa merasa sedikit tenang, karena tidak sampai kepergok oleh lelaki itu. "Eh, tapi kalau dilihat-lihat dia tampan juga." Dengan tanpa sadar, Vania malah memujinya. Namun, tak lama kemudian ia pun menggeleng. "Hais, kamu ini apa-apaan sih, Vania? Di saat genting seperti ini, kamu malah memuji ketampanan wajah pria yang baru saja merenggut kesucian mu." "Tapi, ngomong-ngomong siapa dia? Apakah dia memang telah bekerja sama dengan Dinda untuk melakukan ini semua?" Dengan kebingungan, ada banyak pertanyaan yang tengah memenuhi pikirannya. "Ah, entahlah. Siapapun dia, aku tak p

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Bertemu Rendy

    Dada Vania bergemuruh hebat, langkahnya kian terasa berat, ketika ia tahu siapa pemilik mobil putih tersebut. Dirinya sudah bisa menebak siapa orang yang sedang menunggunya di dalam rumah. Dengan memantapkan hati, helaan napas panjang mengiringi derap langkah Vania, yang mau tidak mau harus siap menghadapi apapun yang akan terjadi padanya nanti. Toh, cepat atau lambat dirinya juga akan tetap menghadapi situasi yang seperti ini, bukan? Sekali lagi, gadis berkucir kuda itu menghela napas panjang. Lalu ia memberanikan diri untuk tetap melangkah masuk ke dalam rumah. "A-assalamualaikum," ucapnya pelan. "Waalaikumsalam." Seraya menoleh ke arah pintu. Serempak berapa orang yang terdiri dari dua orang lelaki dan dua perempuan, yang terduduk di ruang tamu pun menjawab. Benar saja, gadis itu melihat ada seorang pria yang sangat ia cinta, tengah berada di antara mereka. "Rendy," cicitnya sangat pelan dan hampir tak terdengar. "Nah, ini dia orangnya. Dari mana saja kamu, Vania? K

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17

Bab terbaru

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Bertemu Rendy

    Dada Vania bergemuruh hebat, langkahnya kian terasa berat, ketika ia tahu siapa pemilik mobil putih tersebut. Dirinya sudah bisa menebak siapa orang yang sedang menunggunya di dalam rumah. Dengan memantapkan hati, helaan napas panjang mengiringi derap langkah Vania, yang mau tidak mau harus siap menghadapi apapun yang akan terjadi padanya nanti. Toh, cepat atau lambat dirinya juga akan tetap menghadapi situasi yang seperti ini, bukan? Sekali lagi, gadis berkucir kuda itu menghela napas panjang. Lalu ia memberanikan diri untuk tetap melangkah masuk ke dalam rumah. "A-assalamualaikum," ucapnya pelan. "Waalaikumsalam." Seraya menoleh ke arah pintu. Serempak berapa orang yang terdiri dari dua orang lelaki dan dua perempuan, yang terduduk di ruang tamu pun menjawab. Benar saja, gadis itu melihat ada seorang pria yang sangat ia cinta, tengah berada di antara mereka. "Rendy," cicitnya sangat pelan dan hampir tak terdengar. "Nah, ini dia orangnya. Dari mana saja kamu, Vania? K

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Masih Selamat

    Dengan dada yang berdetak kencang, perlahan Vania memberanikan diri untuk menoleh ke arah sumber suara. Lalu, di detik berikutnya ia baru bisa bernapas lega. Karena ternyata lelaki itu masih betah memejamkan mata. Yang berarti lelaki tersebut hanya sedang mengigau saja. "Huff, syukur alhamdulillah. Ternyata dia hanya mengigau," ucapnya pelan. Seraya mengusap dada yang kempang kempis tidak karuan, Vania bisa merasa sedikit tenang, karena tidak sampai kepergok oleh lelaki itu. "Eh, tapi kalau dilihat-lihat dia tampan juga." Dengan tanpa sadar, Vania malah memujinya. Namun, tak lama kemudian ia pun menggeleng. "Hais, kamu ini apa-apaan sih, Vania? Di saat genting seperti ini, kamu malah memuji ketampanan wajah pria yang baru saja merenggut kesucian mu." "Tapi, ngomong-ngomong siapa dia? Apakah dia memang telah bekerja sama dengan Dinda untuk melakukan ini semua?" Dengan kebingungan, ada banyak pertanyaan yang tengah memenuhi pikirannya. "Ah, entahlah. Siapapun dia, aku tak p

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Kejadian Malam Itu

    Dengan menelan ludah, sungguh Rafka sudah tidak bisa lagi menahan hasratnya yang berasa sudah naik di ubun-ubun. Rafka yang sudah kehilangan kewarasannya dan haus akan sentuhan dengan kebutuhan yang menggebu-gebu itu, sudah tidak memikirkan apapun lagi selain ingin meraih puncak kenikmatan. Lalu dengan tanpa pikir panjang lagi, lelaki itu langsung saja menyerang gadis tersebut. *** Keesokan harinya. Dengan rasa kantuk dan lelah yang luar biasa, perlahan Vania mulai terbangun. Di antara setengah sadar dia merasa seperti habis mimpi bercinta dengan seorang pria yang sangat tampan, menawan dan gagah perkasa di atas ranjang. Sehingga membuat tubuhnya merasa sangat kelelahan. "Akan tetapi, kenapa seperti nyata? Dan kenapa pula badanku ini terasa sakit semua?" ujarnya membatin. Pelan-pelan kedua mata lentik gadis itu terbuka dan mulai mengedarkan pandangan ke sekitar. Betapa terkejutnya ia, ketika menyadari bahwa dirinya tidak berada di kamar yang biasa ia tempati. "Huh, di-

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Melihat Orang Tak Terduga

    "Di-dinda!" pekik Vania syok. Kedua matanya langsung melebar ketika melihat sosok wanita yang sangat ia benci ada di sana. Dinda Kumala Sari, putri paman satu-satunya, yang tak lain adalah adik sepupu dia sendiri. "Kenapa dia bisa berada di ruang bayi? Da-dan sedang apa dia di sini?" berbagai pertanyaan mulai memenuhi otaknya. Dua alis Vania mengerut tajam, wajahnya juga menegang menyiratkan keheranan dan rasa dendam membara di hatinya kini. Dia tak pernah menduga, kalau dia akan melihat wanita itu di sana. Sungguh ia masih sangat mengingat bagaimana akan sikap kasar dan perbuatan jahat wanita itu padanya dulu, tak akan pernah bisa termaafkan untuk selama-lamanya. Karena apa? Karena gara-gara sepupunya itulah, dia harus kehilangan kehormatannya. *** Flashback. Malam itu, sekitar sembilan bulan yang lalu. Langit tampak teduh. Di luar pun terlihat sepi. Namun, tidak di sebuah ruangan mewah hotel bintang lima. Hiruk pikuk perkumpulan anak muda yang sedang bersenang-sena

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Menentukan Pilihan

    "Em ... baiklah, saya bersedia untuk menjadi ibu susu anak Anda." Seraya menghela napas berat, tidak ada pilihan lain, akhirnya Vania setuju. Tentu saja Rafka langsung tersenyum miring, merasa sangat senang mendengarnya. "Tapi, dengan syarat." Bergantian, kali ini Vania lah yang mengajukan syarat. Senyuman di bibir lelaki berparas tampan itu langsung memudar berubah menjadi masam. Lalu dengan menaikan sebelah alis, matanya pun menyipit mulai menatap Vania curiga. Dalam hati, ia sedang menduga-duga, pasti wanita itu akan menggunakan kesempatan ini untuk mengajukan syarat yang macam-macam padanya. Lelaki itu kini tersenyum sinis seolah sedang meremehkannya, dan berkata, "Syarat! Syarat apa?" "Saya ingin memastikan kalau paman saya benar-benar telah melakukan operasi. Setelah itu, baru saya akan mulai bekerja pada Anda." Deg! Dalam hati, Rafka merasa sedikit malu karena sudah berprasangka buruk terhadapnya. Namun, ternyata dugaannya salah besar. Gadis itu hanya ingin mema

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Bimbang

    "Em ... ya mungkin, sekitar 200 sampai 300 jutaan. Biar lebih jelasnya, Anda bisa tanyakan di bagian administrasi saja, Nona," kata si Dokter. "Apa?! Du-dua ratus juta!" Dengan wajah memucat, Vania langsung tampak syok mendengar nominal yang diucapkan oleh sang Dokter. Walaupun dia sudah mengira kalau biaya untuk operasi jantung pastilah sangat mahal. Akan tetapi, ia tidak menyangka akan sebesar itu. "Ya Allah ... dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?" Dalam hati wanita cantik bergaun putih tulang itu mulai kebingungan. "Oh, rupanya kau ada di sini sekarang!" Tiba-tiba saja suara bariton seorang pria langsung mengagetkannya. Sontak membuat dua orang yang tengah berdiri di depan pintu kamar rawat pamannya Vania pun menoleh ke arah sumber suara. "Ka-kamu!" pekik Vania melotot kaget. Dirinya tak menyangka kalau lelaki garang berwajah dingin itu tiba-tiba saja sudah muncul di hadapannya. "Duh, nyebelin banget sih, nih cowok! Mau ngapain lagi dia ke sini?" batin Van

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Harus Operasi

    "Siapa kamu?" tanya Dinda merasa sedikit keheranan. Wanita itu melihat ada satu orang wanita muda yang kini berada tepat di samping ranjang bayinya. Wanita muda itu sempat terlonjak dan langsung menoleh ke arahnya. Lalu seraya mengulas senyum ramah, wanita yang ternyata adalah seorang perawatan bayi di ruang itu pun menjawab, "Saya perawat, Nona." Tak berselang lama baik itu Rafka dan Raisa menyusul masuk ke dalam, dan mereka tampak terkejut saat melihat bukan wanita tadi yang sedang berada di ruang bayi ini. "Loh, Mbak Tari. Ke mana wanita tadi?" tanya Raisa kebingungan. "Oh, si Mbaknya tadi sudah pergi, Dok." Si suster bernama Utari pun menjawab. "Apa?! Wanita itu malah pergi?" Dengan wajah mengeras, tiba-tiba saja Rafka terlihat sangat kesal. "Dasar brengsek! Wanita tak tahu diuntung!" Seraya mengepalkan tangan, ia mengumpat geram. Sehingga membuat Dinda jadi keheranan saja melihatnnya, dan bertanya siapa wanita yang kini tengah dibicarakan oleh ketiga orang tersebut.

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Sepuluh juta

    "Sepuluh juta. Aku akan membayar mu 10 juta per bulan, jika kau bersedia menjadi ibu susu bayiku!" celetuk Rafka tiba-tiba. "Huh!" Sontak saja, baik itu Vania, juga Raisa langsung terbengong mendengarnya. Lalu, dengan tanpa pikir panjang lagi, Rafka langsung menarik tangan wanita itu untuk segera menuju ke ruangan bayi tempat anaknya berada. "E-eh, lepasin! Ini namanya pemaksaan!" Tentu saja, dengan wajah kesal, Vania ingin memberontak. Namun, tak bisa. Karena cengkraman tangan lelaki itu terlalu kuat. Sehingga membuatnya mau tak mau hanya bisa pasrah mengikuti ke arah mana laki-laki itu membawanya kini. Begitu telah sampai di dekat ranjang kecil sang bayi, baru lelaki itu mau melepaskan tangan Vania. "Cepat susui dia sekarang!" titahnya dingin. Sehingga membuat Vania langsung membuang muka dan mendengkus kesal padanya. "Udah buruan! Atau ...." "Atau apa?" tantang Vania geram. Dengan wajah yang seolah tanpa rasa takut, wanita itu menatapnya garang. Namun hanya sebe

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Memberikan Penawaran

    Beberapa menit yang lalu. Di saat Raisa yang tiba-tiba saja malah membawa Rafka untuk masuk ke sebuah kamar. "Kau ini apa-apaan sih, Raisa? Main tarik-tarik aja!" Lelaki berambut klimis itu tampak mendengkus kesal. "Ikh, coba kau dengerin aku dulu, Rafka!" Seraya mengeratkan gigi, ingin rasanya wanita yang mempunyai darah campuran Belanda dan Indonesia itu menjitak kepala Rafka. "Dengerin apaan?" Seraya melipat tangan, dengan sangat malas Rafka menjatuhkan bokongnya di atas sofa panjang yang ada di tengah ruang. Begitu juga dengan Raisa yang ikut duduk di sampingnya kini. "Coba kau pikirkan bagaimana keadaan anakmu sekarang, Rafka! Bukankah selama ini kau cukup kesusahan mencari ibu susu yang cocok buat bayimu itu?" "Hem." Pria itu tampak menganggukkan kepalanya pelan. "Terus, apa kaitannya dengan wanita itu, Raisa?" lanjutnya dengan ogah-ogahan. "Ya, kurasa dialah wanita yang cocok untuk dijadikan sebagai ibu susu anakmu nanti." "Kau tadi lihat sendiri 'kan? Kalau ba

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status