Home / Romansa / Jerat Cinta Ibu Susu Anakku / Bertemu Malaikat Kecil

Share

Bertemu Malaikat Kecil

Author: YOSSYTA S
last update Last Updated: 2025-02-15 16:59:18

Dua Minggu telah berlalu. Namun, Vania masih belum bisa melupakan kejadian malang itu. Dirinya sering kali tidak bisa tidur. Bayangan wajah mungil seorang bayi terus saja menghantuinya. Sehingga membuat dadanya terasa sesak.

Wanita itu masih saja belum bisa ikhlas atas kematian anaknya. Dia masih terbayang wajah imut bayi yang baru dia lahirkan. Perasaan bersalah memenuhi relung hatinya, hingga membuatnya tersiksa secara lahir dan batin.

"Anakku Sayang, anakku malang. Maafkan Ibu, Nak!" batinnya kembali pilu, jika mengingat kejadian itu. Di mana anak yang baru saja ia lahirkan, dinyatakan telah meninggal.

Wanita itu mulai kembali terisak. Perihnya kehilangan terus saja menggerogoti jiwanya, dan ia menangis secara diam-diam.

"Maafkan Ibu, Nak. Maafkan Ibu yang membuat kamu harus pergi selama-lamanya dari sisi Ibu," ucapnya lirih, sambil memeluk selimut terakhir yang dikenakan anaknya. Dadanya kembali sesak, batinnya perih kala bayangan demi bayangan terus memenuhi rasa bersalahnya kini.

Tangis suara bayi bagai terus menggema di telinga. Malaikat kecil yang seharusnya masih berada di pelukan, masih hangat di dadanya. Akan tetapi, bayi itu kini telah pergi. Pergi untuk selamanya.

Lalu dengan pandangan kosong, wanita yang kini tengah duduk meringkuk di atas ranjang, menengadahkan wajah, kedua matanya yang sembab menatap langit-langit kamar kostnya yang dingin.

"Ya Allah, kenapa Engkau mengambil semua orang-orang yang aku sayangi, ya Allah? Tidak pantaskan aku hidup bahagia walau hanya untuk sekejap?"

Sungguh hatinya kini terasa hampa, sepi dan seolah ia tak ada semangat lagi untuk menjalani kehidupan ini.

Kepala wanita itu kembali tertunduk, badannya bergetar hebat, dengan tergugu ia melanjutkan tangisnya dengan sejadi-jadinya.

Hingga berapa saat kemudian, tiba-tiba saja terdengar suara dering telepon yang mengagetkannya. Seketika tangisnya langsung berhenti. Seraya mengusap sisa air mata di pipi, ia bergegas meraih benda pipih yang tergeletak di dekat bantal.

"Ya, ya hallo, assalamualaikum. Siapa ini?"

"Apa?! Pa-paman dirawat di rumah sakit? Ba-baik aku akan segera ke sana sekarang."

Dengan tanpa pikir panjang lagi, wanita tersebut gegas pergi menuju kota Jakarta tempat pamannya berada kini.

***

Selang berapa jam kemudian.

Setelah menemui dokter yang merawat pamannya, dengan wajah tertunduk lesu, Vania keluar dari ruangan sang dokter.

Bertambah lengkap sudah kesedihan yang dirasakannya kini. Baru dua Minggu lalu ia kehilangan bayinya, lalu sekarang ia mendapati kenyataan bahwa orang yang sudah ia anggap bagai orang tuanya sendiri, malah tengah sakit keras dan harus membutuhkan perawatan khusus, juga biaya pengobatan yang tak sedikit.

Pamannya dinyatakan telah mengalami serangan jantung. Sehingga dia yang sebagai kerabat terdekat satu-satunya, sedang menunggunya di rumah sakit ini.

Dengan pandangan kosong, wanita cantik bergaun putih tulang itu tampak terbengong. Ia berjalan lemas menyusuri lorong panjang yang berada di dalam rumah sakit.

Kini dirinya merasa sangat kebingungan, harus mencari uang di mana, untuk membiayai pengobatan pamannya nanti?

Seraya menghela napas, raut wajah wanita itu tampak lesu. Jelas wanita itu kini sedang banyak masalah.

Lalu, di saat melewati koridor sunyi suatu ruang, wanita yang mempunyai nama lengkap Vania Friska Larasati itu tak sengaja, seperti mendengar suara tangisan bayi.

Deg!

Seketika langkanya langsung terhenti tepat di depan suatu ruangan.

Di balik kaca ruang bayi, ia melihat ada deretan tempat tidur kecil berjajar rapi. Bayi-bayi mungil dengan wajah yang damai tampak terlelap. Sesekali ada yang menggerakkan jari-jari tangan mereka yang sangat mungil sekecil biji jagung.

Vania melangkah lebih dekat, menempelkan tangannya ke kaca. Bayi itu menggerak-gerakkan tangannya, seolah mencari sesuatu yang tidak ada.

Perasaan perih kembali menusuk dada. Berandai-andai jika saja salah satu dari bayi-bayi itu adalah anaknya yang sedang menunggu pelukannya. Sebuah pelukan yang tak lagi bisa dia berikan kepada sang buah hatinya.

Perlahan air matanya jatuh di pipi. Perasaan keibuannya bergejolak, seolah-olah tubuhnya bereaksi bagaimana harusnya menjadi seorang ibu.

Tiba-tiba, ada satu bayi yang menangis lebih kencang dari yang lain. Sontak membuat Vania menatap bayi itu lama.

Tangis bayi itu semakin nyaring, menusuk telinga dan hati siapa pun yang mendengarnya. Dua orang suster sibuk berusaha menenangkan bayi mungil yang terus menangis dalam gendongan mereka.

"Kenapa bayi ini tidak mau minum?" tanya salah satu suster cemas.

"Aku tidak tahu! Kalau dia terus menangis begini, nanti bisa kejang!" sahut rekannya dengan nada panik. Dia pun berlari keluar untuk menghubungi keluarga si bayi.

Bayi itu menolak puting botol susu formula yang berulang kali dimasukkan ke mulutnya. Bibir mungilnya hanya bergetar, tangisnya semakin menjadi-jadi.

Vania, yang masih berdiri di balik kaca, merasa jantungnya mencelos melihat pemandangan itu. Hingga tanpa sadar, kakinya melangkah mendekati perawat.

"Ada apa dengan bayi itu, Sus?" tanyanya dengan suara pelan.

Perawat menoleh, wajahnya dipenuhi kekhawatiran. "Sejak bayi ini lahir, ibunya tak bisa mengeluarkan ASI. Sehingga dengan terpaksa dia harus diberikan susu formula. Namun, bayi ini sepertinya tidak begitu bisa menerimanya, sehingga membuat keadaan bayi itu menjadi lemah dan dengan terpaksa harus dirawat di sini."

Vania membelalakkan mata, merasa cukup kaget mendengar penjelasan dari si suster. Seketika perasaan iba mulai menjalar di hatinya kini.

"Kami semua sudah berusaha untuk memberinya ASI eksklusif yang kami dapatkan dari bank ASI. Namun, masalahnya sejak tadi dia tidak mau meminum susu itu."

Vania menatap bayi itu dengan perasaan yang sulit diungkapkan.

Hampir dua Minggu yang lalu, dia kehilangan bayinya, putri kecil yang bahkan belum sempat ia peluk dengan erat. Lalu sekarang, di hadapannya ada bayi lain, sendirian, menolak makanan, dan sedang menangis sejadi-jadinya.

Darahnya berdesir. Payudaranya mulai terasa penuh dan nyeri. ASI-nya melimpah sejak lama, tetapi tidak ada bayi yang bisa ia susui. Tidak ada anak yang bisa ia peluk dan ia beri ASI.

Vania menelan ludah. Hatinya bergejolak, seakan ingin memberikan ASI yang ia miliki padanya. Namun, tentu saja ia tak berani menawarkan diri.

Seperempat jam berlalu. Bayi itu tetap menangis. Suster itu akhirnya menyerah dan berlari ke ruang jaga untuk meminta bantuan dokter.

Kini, hanya ada Vania dan bayi itu di ruangan sunyi.

Vania menggigit bibir. Dadanya sesak. Ia tahu ini gila. Ini bukan anaknya. Ia tidak seharusnya …

Namun, suara tangisan itu menusuk hatinya terlalu dalam. Sehingga mendorongnya untuk berani berbuat nekad.

Tangan Vania bergerak, sebelum otaknya bisa menghentikan. Dengan langkah ragu, ia mulai mendekati ranjang kecil tempat bayi itu berada. Lalu ia mengulurkan tangan untuk menggendong bayi tersebut.

Bayi itu terasa begitu kecil dan rapuh dalam dekapannya, dan anehnya, tangisnya mulai mereda. Vania terdiam. Air mata panas kembali mengalir di pipinya.

Perlahan, ia duduk di sebuah kursi sambil mendekap bayi itu lebih erat ke dadanya. Lalu dengan penuh keraguan dan keberanian yang tidak pernah ia duga, ia menyusui bayi itu.

Dalam hitungan detik, bayi itu mulai menyedot pelan. Vania mulai terisak, tak bisa menahan emosinya.

Dia bukan ibu dari bayi ini. Akan tetapi, untuk pertama kalinya setelah bayinya meninggal dunia, dia merasa kembali utuh.

Vania menatap lekat wajah bayi yang ada dalam gendongannya. Wajahnya sangat imut, mungil, dan begitu sempurna.

Andai saja ini anakku ….

Vania menggigit bibir, menahan emosi yang kembali menyeruak di dalam jiwa.

Seandainya putrinya masih hidup, mungkin dia juga akan terlihat seperti ini. Lembut, polos, dan damai dalam dekapan ibunya.

Namun, lamunannya buyar seketika, saat suara berat dan penuh amarah menyela keheningan.

"Siapa kau?"

Vania tersentak. Jantungnya berdegup kencang. Dengan gerakan panik, ia menoleh ke arah sumber suara.

Betapa terkejutnya ia ketika melihat seorang pria berdiri di ambang pintu ruangan.

Tegap, berwibawa, dan dibalut stelan jas mahal yang terlihat begitu kontras dengan atmosfer rumah sakit yang dingin. Wajahnya tampan, tetapi sorot matanya tajam dan berbahaya. Rahangnya mengeras, menunjukkan kemarahan yang jelas.

Dengan wajah menegang, Vania menelan ludah.

"Duh ... gawat! Siapa dia?" pikirnya panik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Menjadi Ibu Susu

    Dengan wajah pucat pasi, Vania tertegun menatap pria tersebut. Dadanya langsung bergemuruh tatkala ia melihat kemarahan yang begitu kentara di wajah tampan lelaki itu. Vania langsung tahu jawabannya. "Apakah… dia ayah dari bayi ini?" batinnya mulai menebak. "Tapi tunggu! Kenapa aku merasa tak asing dengan wajah pria itu? Apakah aku pernah melihatnya? Tapi di mana?" Otaknya langsung bekerja keras, coba mengingat siapa pria tersebut. Lalu di detik berikutnya, dengan wajah menegang ia mulai teringat akan peristiwa yang pernah menimpanya dulu. Peristiwa yang terjadi sekitar sembilan bulan lalu. Peristiwa yang sangat-sangat membuatnya telah hancur. Di mana pada malam itu, dirinya harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya, yaitu kesuciannya. Ya, tidak salah lagi, ia baru menyadari bahwasanya lelaki itu adalah orang yang sangat ia benci, orang yang pernah melewati malam panas bersamanya dulu. Namun, apakah orang itu masih mengingatnya? Semoga saja tidak. "Si

    Last Updated : 2025-02-20
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Memberikan Penawaran

    Beberapa menit yang lalu. Di saat Raisa yang tiba-tiba saja malah membawa Rafka untuk masuk ke sebuah kamar. "Kau ini apa-apaan sih, Raisa? Main tarik-tarik aja!" Lelaki berambut klimis itu tampak mendengkus kesal. "Ikh, coba kau dengerin aku dulu, Rafka!" Seraya mengeratkan gigi, ingin rasanya wanita yang mempunyai darah campuran Belanda dan Indonesia itu menjitak kepala Rafka. "Dengerin apaan?" Seraya melipat tangan, dengan sangat malas Rafka menjatuhkan bokongnya di atas sofa panjang yang ada di tengah ruang. Begitu juga dengan Raisa yang ikut duduk di sampingnya kini. "Coba kau pikirkan bagaimana keadaan anakmu sekarang, Rafka! Bukankah selama ini kau cukup kesusahan mencari ibu susu yang cocok buat bayimu itu?" "Hem." Pria itu tampak menganggukkan kepalanya pelan. "Terus, apa kaitannya dengan wanita itu, Raisa?" lanjutnya dengan ogah-ogahan. "Ya, kurasa dialah wanita yang cocok untuk dijadikan sebagai ibu susu anakmu nanti." "Kau tadi lihat sendiri 'kan? Kalau ba

    Last Updated : 2025-02-22
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Sepuluh juta

    "Sepuluh juta. Aku akan membayar mu 10 juta per bulan, jika kau bersedia menjadi ibu susu bayiku!" celetuk Rafka tiba-tiba. "Huh!" Sontak saja, baik itu Vania, juga Raisa langsung terbengong mendengarnya. Lalu, dengan tanpa pikir panjang lagi, Rafka langsung menarik tangan wanita itu untuk segera menuju ke ruangan bayi tempat anaknya berada. "E-eh, lepasin! Ini namanya pemaksaan!" Tentu saja, dengan wajah kesal, Vania ingin memberontak. Namun, tak bisa. Karena cengkraman tangan lelaki itu terlalu kuat. Sehingga membuatnya mau tak mau hanya bisa pasrah mengikuti ke arah mana laki-laki itu membawanya kini. Begitu telah sampai di dekat ranjang kecil sang bayi, baru lelaki itu mau melepaskan tangan Vania. "Cepat susui dia sekarang!" titahnya dingin. Sehingga membuat Vania langsung membuang muka dan mendengkus kesal padanya. "Udah buruan! Atau ...." "Atau apa?" tantang Vania geram. Dengan wajah yang seolah tanpa rasa takut, wanita itu menatapnya garang. Namun hanya sebe

    Last Updated : 2025-03-02
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Harus Operasi

    "Siapa kamu?" tanya Dinda merasa sedikit keheranan. Wanita itu melihat ada satu orang wanita muda yang kini berada tepat di samping ranjang bayinya. Wanita muda itu sempat terlonjak dan langsung menoleh ke arahnya. Lalu seraya mengulas senyum ramah, wanita yang ternyata adalah seorang perawatan bayi di ruang itu pun menjawab, "Saya perawat, Nona." Tak berselang lama baik itu Rafka dan Raisa menyusul masuk ke dalam, dan mereka tampak terkejut saat melihat bukan wanita tadi yang sedang berada di ruang bayi ini. "Loh, Mbak Tari. Ke mana wanita tadi?" tanya Raisa kebingungan. "Oh, si Mbaknya tadi sudah pergi, Dok." Si suster bernama Utari pun menjawab. "Apa?! Wanita itu malah pergi?" Dengan wajah mengeras, tiba-tiba saja Rafka terlihat sangat kesal. "Dasar brengsek! Wanita tak tahu diuntung!" Seraya mengepalkan tangan, ia mengumpat geram. Sehingga membuat Dinda jadi keheranan saja melihatnnya, dan bertanya siapa wanita yang kini tengah dibicarakan oleh ketiga orang tersebut.

    Last Updated : 2025-03-24
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Bimbang

    "Em ... ya mungkin, sekitar 200 sampai 300 jutaan. Biar lebih jelasnya, Anda bisa tanyakan di bagian administrasi saja, Nona," kata si Dokter. "Apa?! Du-dua ratus juta!" Dengan wajah memucat, Vania langsung tampak syok mendengar nominal yang diucapkan oleh sang Dokter. Walaupun dia sudah mengira kalau biaya untuk operasi jantung pastilah sangat mahal. Akan tetapi, ia tidak menyangka akan sebesar itu. "Ya Allah ... dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?" Dalam hati wanita cantik bergaun putih tulang itu mulai kebingungan. "Oh, rupanya kau ada di sini sekarang!" Tiba-tiba saja suara bariton seorang pria langsung mengagetkannya. Sontak membuat dua orang yang tengah berdiri di depan pintu kamar rawat pamannya Vania pun menoleh ke arah sumber suara. "Ka-kamu!" pekik Vania melotot kaget. Dirinya tak menyangka kalau lelaki garang berwajah dingin itu tiba-tiba saja sudah muncul di hadapannya. "Duh, nyebelin banget sih, nih cowok! Mau ngapain lagi dia ke sini?" batin Van

    Last Updated : 2025-03-27
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Menentukan Pilihan

    "Em ... baiklah, saya bersedia untuk menjadi ibu susu anak Anda." Seraya menghela napas berat, tidak ada pilihan lain, akhirnya Vania setuju. Tentu saja Rafka langsung tersenyum miring, merasa sangat senang mendengarnya. "Tapi, dengan syarat." Bergantian, kali ini Vania lah yang mengajukan syarat. Senyuman di bibir lelaki berparas tampan itu langsung memudar berubah menjadi masam. Lalu dengan menaikan sebelah alis, matanya pun menyipit mulai menatap Vania curiga. Dalam hati, ia sedang menduga-duga, pasti wanita itu akan menggunakan kesempatan ini untuk mengajukan syarat yang macam-macam padanya. Lelaki itu kini tersenyum sinis seolah sedang meremehkannya, dan berkata, "Syarat! Syarat apa?" "Saya ingin memastikan kalau paman saya benar-benar telah melakukan operasi. Setelah itu, baru saya akan mulai bekerja pada Anda." Deg! Dalam hati, Rafka merasa sedikit malu karena sudah berprasangka buruk terhadapnya. Namun, ternyata dugaannya salah besar. Gadis itu hanya ingin mema

    Last Updated : 2025-04-13
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Melihat Orang Tak Terduga

    "Di-dinda!" pekik Vania syok. Kedua matanya langsung melebar ketika melihat sosok wanita yang sangat ia benci ada di sana. Dinda Kumala Sari, putri paman satu-satunya, yang tak lain adalah adik sepupu dia sendiri. "Kenapa dia bisa berada di ruang bayi? Da-dan sedang apa dia di sini?" berbagai pertanyaan mulai memenuhi otaknya. Dua alis Vania mengerut tajam, wajahnya juga menegang menyiratkan keheranan dan rasa dendam membara di hatinya kini. Dia tak pernah menduga, kalau dia akan melihat wanita itu di sana. Sungguh ia masih sangat mengingat bagaimana akan sikap kasar dan perbuatan jahat wanita itu padanya dulu, tak akan pernah bisa termaafkan untuk selama-lamanya. Karena apa? Karena gara-gara sepupunya itulah, dia harus kehilangan kehormatannya. *** Flashback. Malam itu, sekitar sembilan bulan yang lalu. Langit tampak teduh. Di luar pun terlihat sepi. Namun, tidak di sebuah ruangan mewah hotel bintang lima. Hiruk pikuk perkumpulan anak muda yang sedang bersenang-sena

    Last Updated : 2025-04-15
  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Kejadian Malam Itu

    Dengan menelan ludah, sungguh Rafka sudah tidak bisa lagi menahan hasratnya yang berasa sudah naik di ubun-ubun. Rafka yang sudah kehilangan kewarasannya dan haus akan sentuhan dengan kebutuhan yang menggebu-gebu itu, sudah tidak memikirkan apapun lagi selain ingin meraih puncak kenikmatan. Lalu dengan tanpa pikir panjang lagi, lelaki itu langsung saja menyerang gadis tersebut. *** Keesokan harinya. Dengan rasa kantuk dan lelah yang luar biasa, perlahan Vania mulai terbangun. Di antara setengah sadar dia merasa seperti habis mimpi bercinta dengan seorang pria yang sangat tampan, menawan dan gagah perkasa di atas ranjang. Sehingga membuat tubuhnya merasa sangat kelelahan. "Akan tetapi, kenapa seperti nyata? Dan kenapa pula badanku ini terasa sakit semua?" ujarnya membatin. Pelan-pelan kedua mata lentik gadis itu terbuka dan mulai mengedarkan pandangan ke sekitar. Betapa terkejutnya ia, ketika menyadari bahwa dirinya tidak berada di kamar yang biasa ia tempati. "Huh, di-

    Last Updated : 2025-04-15

Latest chapter

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Bertemu Rendy

    Dada Vania bergemuruh hebat, langkahnya kian terasa berat, ketika ia tahu siapa pemilik mobil putih tersebut. Dirinya sudah bisa menebak siapa orang yang sedang menunggunya di dalam rumah. Dengan memantapkan hati, helaan napas panjang mengiringi derap langkah Vania, yang mau tidak mau harus siap menghadapi apapun yang akan terjadi padanya nanti. Toh, cepat atau lambat dirinya juga akan tetap menghadapi situasi yang seperti ini, bukan? Sekali lagi, gadis berkucir kuda itu menghela napas panjang. Lalu ia memberanikan diri untuk tetap melangkah masuk ke dalam rumah. "A-assalamualaikum," ucapnya pelan. "Waalaikumsalam." Seraya menoleh ke arah pintu. Serempak berapa orang yang terdiri dari dua orang lelaki dan dua perempuan, yang terduduk di ruang tamu pun menjawab. Benar saja, gadis itu melihat ada seorang pria yang sangat ia cinta, tengah berada di antara mereka. "Rendy," cicitnya sangat pelan dan hampir tak terdengar. "Nah, ini dia orangnya. Dari mana saja kamu, Vania? K

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Masih Selamat

    Dengan dada yang berdetak kencang, perlahan Vania memberanikan diri untuk menoleh ke arah sumber suara. Lalu, di detik berikutnya ia baru bisa bernapas lega. Karena ternyata lelaki itu masih betah memejamkan mata. Yang berarti lelaki tersebut hanya sedang mengigau saja. "Huff, syukur alhamdulillah. Ternyata dia hanya mengigau," ucapnya pelan. Seraya mengusap dada yang kempang kempis tidak karuan, Vania bisa merasa sedikit tenang, karena tidak sampai kepergok oleh lelaki itu. "Eh, tapi kalau dilihat-lihat dia tampan juga." Dengan tanpa sadar, Vania malah memujinya. Namun, tak lama kemudian ia pun menggeleng. "Hais, kamu ini apa-apaan sih, Vania? Di saat genting seperti ini, kamu malah memuji ketampanan wajah pria yang baru saja merenggut kesucian mu." "Tapi, ngomong-ngomong siapa dia? Apakah dia memang telah bekerja sama dengan Dinda untuk melakukan ini semua?" Dengan kebingungan, ada banyak pertanyaan yang tengah memenuhi pikirannya. "Ah, entahlah. Siapapun dia, aku tak p

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Kejadian Malam Itu

    Dengan menelan ludah, sungguh Rafka sudah tidak bisa lagi menahan hasratnya yang berasa sudah naik di ubun-ubun. Rafka yang sudah kehilangan kewarasannya dan haus akan sentuhan dengan kebutuhan yang menggebu-gebu itu, sudah tidak memikirkan apapun lagi selain ingin meraih puncak kenikmatan. Lalu dengan tanpa pikir panjang lagi, lelaki itu langsung saja menyerang gadis tersebut. *** Keesokan harinya. Dengan rasa kantuk dan lelah yang luar biasa, perlahan Vania mulai terbangun. Di antara setengah sadar dia merasa seperti habis mimpi bercinta dengan seorang pria yang sangat tampan, menawan dan gagah perkasa di atas ranjang. Sehingga membuat tubuhnya merasa sangat kelelahan. "Akan tetapi, kenapa seperti nyata? Dan kenapa pula badanku ini terasa sakit semua?" ujarnya membatin. Pelan-pelan kedua mata lentik gadis itu terbuka dan mulai mengedarkan pandangan ke sekitar. Betapa terkejutnya ia, ketika menyadari bahwa dirinya tidak berada di kamar yang biasa ia tempati. "Huh, di-

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Melihat Orang Tak Terduga

    "Di-dinda!" pekik Vania syok. Kedua matanya langsung melebar ketika melihat sosok wanita yang sangat ia benci ada di sana. Dinda Kumala Sari, putri paman satu-satunya, yang tak lain adalah adik sepupu dia sendiri. "Kenapa dia bisa berada di ruang bayi? Da-dan sedang apa dia di sini?" berbagai pertanyaan mulai memenuhi otaknya. Dua alis Vania mengerut tajam, wajahnya juga menegang menyiratkan keheranan dan rasa dendam membara di hatinya kini. Dia tak pernah menduga, kalau dia akan melihat wanita itu di sana. Sungguh ia masih sangat mengingat bagaimana akan sikap kasar dan perbuatan jahat wanita itu padanya dulu, tak akan pernah bisa termaafkan untuk selama-lamanya. Karena apa? Karena gara-gara sepupunya itulah, dia harus kehilangan kehormatannya. *** Flashback. Malam itu, sekitar sembilan bulan yang lalu. Langit tampak teduh. Di luar pun terlihat sepi. Namun, tidak di sebuah ruangan mewah hotel bintang lima. Hiruk pikuk perkumpulan anak muda yang sedang bersenang-sena

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Menentukan Pilihan

    "Em ... baiklah, saya bersedia untuk menjadi ibu susu anak Anda." Seraya menghela napas berat, tidak ada pilihan lain, akhirnya Vania setuju. Tentu saja Rafka langsung tersenyum miring, merasa sangat senang mendengarnya. "Tapi, dengan syarat." Bergantian, kali ini Vania lah yang mengajukan syarat. Senyuman di bibir lelaki berparas tampan itu langsung memudar berubah menjadi masam. Lalu dengan menaikan sebelah alis, matanya pun menyipit mulai menatap Vania curiga. Dalam hati, ia sedang menduga-duga, pasti wanita itu akan menggunakan kesempatan ini untuk mengajukan syarat yang macam-macam padanya. Lelaki itu kini tersenyum sinis seolah sedang meremehkannya, dan berkata, "Syarat! Syarat apa?" "Saya ingin memastikan kalau paman saya benar-benar telah melakukan operasi. Setelah itu, baru saya akan mulai bekerja pada Anda." Deg! Dalam hati, Rafka merasa sedikit malu karena sudah berprasangka buruk terhadapnya. Namun, ternyata dugaannya salah besar. Gadis itu hanya ingin mema

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Bimbang

    "Em ... ya mungkin, sekitar 200 sampai 300 jutaan. Biar lebih jelasnya, Anda bisa tanyakan di bagian administrasi saja, Nona," kata si Dokter. "Apa?! Du-dua ratus juta!" Dengan wajah memucat, Vania langsung tampak syok mendengar nominal yang diucapkan oleh sang Dokter. Walaupun dia sudah mengira kalau biaya untuk operasi jantung pastilah sangat mahal. Akan tetapi, ia tidak menyangka akan sebesar itu. "Ya Allah ... dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?" Dalam hati wanita cantik bergaun putih tulang itu mulai kebingungan. "Oh, rupanya kau ada di sini sekarang!" Tiba-tiba saja suara bariton seorang pria langsung mengagetkannya. Sontak membuat dua orang yang tengah berdiri di depan pintu kamar rawat pamannya Vania pun menoleh ke arah sumber suara. "Ka-kamu!" pekik Vania melotot kaget. Dirinya tak menyangka kalau lelaki garang berwajah dingin itu tiba-tiba saja sudah muncul di hadapannya. "Duh, nyebelin banget sih, nih cowok! Mau ngapain lagi dia ke sini?" batin Van

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Harus Operasi

    "Siapa kamu?" tanya Dinda merasa sedikit keheranan. Wanita itu melihat ada satu orang wanita muda yang kini berada tepat di samping ranjang bayinya. Wanita muda itu sempat terlonjak dan langsung menoleh ke arahnya. Lalu seraya mengulas senyum ramah, wanita yang ternyata adalah seorang perawatan bayi di ruang itu pun menjawab, "Saya perawat, Nona." Tak berselang lama baik itu Rafka dan Raisa menyusul masuk ke dalam, dan mereka tampak terkejut saat melihat bukan wanita tadi yang sedang berada di ruang bayi ini. "Loh, Mbak Tari. Ke mana wanita tadi?" tanya Raisa kebingungan. "Oh, si Mbaknya tadi sudah pergi, Dok." Si suster bernama Utari pun menjawab. "Apa?! Wanita itu malah pergi?" Dengan wajah mengeras, tiba-tiba saja Rafka terlihat sangat kesal. "Dasar brengsek! Wanita tak tahu diuntung!" Seraya mengepalkan tangan, ia mengumpat geram. Sehingga membuat Dinda jadi keheranan saja melihatnnya, dan bertanya siapa wanita yang kini tengah dibicarakan oleh ketiga orang tersebut.

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Sepuluh juta

    "Sepuluh juta. Aku akan membayar mu 10 juta per bulan, jika kau bersedia menjadi ibu susu bayiku!" celetuk Rafka tiba-tiba. "Huh!" Sontak saja, baik itu Vania, juga Raisa langsung terbengong mendengarnya. Lalu, dengan tanpa pikir panjang lagi, Rafka langsung menarik tangan wanita itu untuk segera menuju ke ruangan bayi tempat anaknya berada. "E-eh, lepasin! Ini namanya pemaksaan!" Tentu saja, dengan wajah kesal, Vania ingin memberontak. Namun, tak bisa. Karena cengkraman tangan lelaki itu terlalu kuat. Sehingga membuatnya mau tak mau hanya bisa pasrah mengikuti ke arah mana laki-laki itu membawanya kini. Begitu telah sampai di dekat ranjang kecil sang bayi, baru lelaki itu mau melepaskan tangan Vania. "Cepat susui dia sekarang!" titahnya dingin. Sehingga membuat Vania langsung membuang muka dan mendengkus kesal padanya. "Udah buruan! Atau ...." "Atau apa?" tantang Vania geram. Dengan wajah yang seolah tanpa rasa takut, wanita itu menatapnya garang. Namun hanya sebe

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Memberikan Penawaran

    Beberapa menit yang lalu. Di saat Raisa yang tiba-tiba saja malah membawa Rafka untuk masuk ke sebuah kamar. "Kau ini apa-apaan sih, Raisa? Main tarik-tarik aja!" Lelaki berambut klimis itu tampak mendengkus kesal. "Ikh, coba kau dengerin aku dulu, Rafka!" Seraya mengeratkan gigi, ingin rasanya wanita yang mempunyai darah campuran Belanda dan Indonesia itu menjitak kepala Rafka. "Dengerin apaan?" Seraya melipat tangan, dengan sangat malas Rafka menjatuhkan bokongnya di atas sofa panjang yang ada di tengah ruang. Begitu juga dengan Raisa yang ikut duduk di sampingnya kini. "Coba kau pikirkan bagaimana keadaan anakmu sekarang, Rafka! Bukankah selama ini kau cukup kesusahan mencari ibu susu yang cocok buat bayimu itu?" "Hem." Pria itu tampak menganggukkan kepalanya pelan. "Terus, apa kaitannya dengan wanita itu, Raisa?" lanjutnya dengan ogah-ogahan. "Ya, kurasa dialah wanita yang cocok untuk dijadikan sebagai ibu susu anakmu nanti." "Kau tadi lihat sendiri 'kan? Kalau ba

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status