Beranda / Romansa / Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik / Bab 258. Menukarnya Dengan Hatimu

Share

Bab 258. Menukarnya Dengan Hatimu

Penulis: Nychinta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah kepulangan Elvan, Diva hanya berdiam di dalam kamarnya, sekarang dia juga tidak tahu apa dia harus senang atau sedih dengan kejadian yang baru saja dilewatinya. Sang ayah juga belum memanggilnya kembali. Sikap ayahnya yang masih ambigu ini terus membuat tanya untuk Diva.

‘Sebenarnya ayah setuju gak sih?' tanya Diva pada dirinya sendiri sambil menatap pantulan wajahnya di depan cermin, baru kali ini dia melihat ayahnya terkesan kurang tegas memperlihatkan sikapnya untuk menerima atau menolak. Walaupun sebenarnya Diva sangat berharap ayahnya bisa menerimanya Elvan sesegera mungkin.

'Ibu juga sepertinya tidak terlihat welcome dengan Elvan, apa yang salah sebenarnya?' gumam Diva lagi.

Saat sedang mempertanyakan hal barusan, Indah masuk ke kamar Diva dan duduk di tepi ranjang, belum bicara sepatah kata pun, dia hanya melihat Diva dengan tatapan yang sulit diartikan dengan jelas.

Tingkah ini jelas mengundang tanda tanya besar dalam kepala Diva. 'Apa jangan-jangan Ibu ingin bicar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
ine nurjanah
knp sih orangtua diva terlalu berbelit2 bikin pusing dan gak penting
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 259. Jangan Libatkan Hutang Budi

    Ucapan Indah barusan membuat Diva makin memperdalam kerutan yang ada di keningnya, dia tidak mengerti apa yang baru saja dikatakan oleh ibunya ini. “Bu, kenapa ibu bicara seperti itu?” Diva berkata dengan suara tercekat, dia kurang suka saat ibunya mengatakan hal yang buruk tentang Elvan, apalagi konotasinya terdengar sangat negatif di telinga Diva. “Diva, keluarga kita tidak perlu dikasihani, Ayah dan Ibu pasti akan melakukan yang terbaik untuk anak-anak kami, jadi jangan membuat dirimu terjebak dengan perasaanmu yang harus membalas budi pada orang lain.” Kalimat yang terlontar dari mulut Indah ini, jelas tidak bisa diterima oleh Diva. "Diva harus membalas budi bagaimana maksud Ibu? Bu, Elvan itu, tidak selicik yang Ibu kira, dia sangat baik memperlakukan Diva. Diva tahu mana yang tulus dan tidak–” “Kamu tahu mana yang tulus dan tidak?” potong Indah cepat membuat Diva harus menahan kembali kata-katanya. “Bukannya kemarin juga kamu pernah merengek hal yang sama dengan ayah s

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 260. Mengikat Elvan Melalui Keluarganya

    Kalimat ibunya barusan seolah membuat gemuruh hebat yang berdentum bersahut-sahutan di langit saat hari sedang cerah-cerahnya. Diva sangat tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. Diva berusaha untuk tenang. ‘Diva, tolong tenangkan dirimu, tenangkan pikiranmu, jangan tersulut emosi yang membuat Ibumu akhirnya makin tidak menyukai Elvan. Tetaplah patuh, tetaplah patuh, tetaplah patuh.’ Diva bergumam dalam hatinya seolah membaca mantra penenang. Dirinya sangat tidak habis pikir dengan jalan pikiran ibunya ini. Setelah dirasa cukup bisa menguasai gejolak emosi dalam dirinya, Diva menarik napas panjang beberapa kali, tangannya saling meremas di atas pahanya. ‘Diva cobalah mengerti, tenang dan percaya. Percaya pada Elvan dan hubungan ini.” Kembali Diva berkata dalam hatinya. “Diva, apa kamu mengerti ucapan ibumu ini?” Indah membuyarkan pikiran-pikiran Diva. Diva hanya mengangguk perlahan. “Tapi, Bu, kenapa harus mengorbankan Ratri?” Diva berkata lirih pada Indah. Me

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 261. Pertanyaan Kakek

    Benar seperti yang dikatakan oleh Elvan, jangan pernah membantah atau mematahkan dulu perkataan orang lain, duduk diam dan dengarkan, karena akan ada waktunya kita bicara menggunakan semua informasi yang diberikan secara tidak sadar. “Bu, ini juga yang ibu takutkan, bukan?” Diva berkata pada Indah dengan perlahan. “Keluarga mereka mengundang ayah dan ibu ke acara ulang tahun perusahaan mereka bukan untuk menjatuhkan, Bu, tapi untuk saling berkenalan. Ibu harus tahu, Elvan membawa Diva pada keluarganya dengan baik-baik, dikenalkan dengan hormat dan diperlakukan juga dengan hangat. Apa ibu pikir Elvan masih ada niat lain?” Diva mengamati perubahan pada wajah ibunya. “Diva harus jujur sekarang, kemarin Diva memang tidak lembur, tapi Diva menjaga Elvan di rumah sakit.” Terlihat Indah seolah ingin memotong ucapan Diva, tapi Diva meneruskan kalimatnya dan tidak memberikan kesempatan itu pada ibunya. “Ibu tahu kenapa? Dia diserang oleh orang lain sampai harus menjalani operasi, karena

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 262. Selama Itu Elvan, Harusnya Bisa

    Menyadari ekspresinya yang mulai bocor di depan kakeknya, Elvan segera membuat suasana hatinya menjadi lebih netral. Dia berusaha kembali memasang wajah dinginnya itu di hadapan Hartono dan berdehem beberapa kali sembari melonggarkan sedikit kerah bajunya. “Apa benar begitu, El?” Hartono kembali bertanya pada Elvan, dia beranggapan bahwa kecurigaanya ini benar. “Kakek, ini kantor sebaiknya kita bicara tentang urusan pekerjaan saja.” Elvan mengelak dengan memandang datar ke arah pria itu. Dia tidak ingin urusannya ini diusik eh sang Kakek. “Ah, sepertinya benar begitu, ya? Seorang cucu dan pewaris Lux Tech Group tidak diterima oleh keluarga wanita ternyata?” Sang Kakek berkata dengan suara penekanan dan tangan yang melipat di depan dada melihat ke arah cucunya dengan tatapan prihatin. “Kek, urusan pribadi–” “Elvan, dengarkan Kakek. Kakek menyukai kepribadian Diva, dia juga bukan wanita yang lemah dan mudah ditindas, tetapi menikah adalah persetujuan kedua keluarga. Kamu bukan hany

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 263. Usaha Elvan yang Dibuka Prisya

    Mendengar pernyataan dukungan itu membuat Elvan bersemangat. “Baiklah kalau begitu, nanti aku akan hubungi lagi kalau ada perlu.” Elvan berkata pada Prisya. “Tenang aku akan membantumu membawa Ayah dan Ibu ke acara ulang tahun perusahaan. Kak Elvan mengundang ayah dan ibu karena disuruh oleh keluarga, kan?” Pertanyaan Prisya ini membuat Elvan mengangguk. “Benar, tapi tenang saja di sana aku akan memastikan kalau tidak akan terjadi hal apapun.” Secara tidak langsung Elvan membuat janji ada Prisya. Prisya nampak berpikir sesuatu, membuat Elvan mengernyitkan keningnya karena penasaran. "Ada apa?" tanyanya. "Begini Kakak iparku, mari kita mengatur rencana." Prisya berkata dengan senyuman lebar. "Rencana? Rencana seperti apa?" Jelas kalau saat ini Elvan penasaran. Prisya lalu menjelaskan rencananya dengan detail pada Elvan, pria itu sesekali merespon dengan anggukan ringan. "Apa kamu yakin ini akan berhasil?" tanya Elvan dengan sedikit ragu. "Aku tidak bisa menjamin seratus persen

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 264. Bantu Aku Menemani Kakakku

    Prisya melihat ke arah Diva yang masih menampakkan wajah kusutnya, dia tahu kakaknya saat ini pasti sangat sedih karena meraih restu tidak semulus yang ada dalam pikirannya dan dia juga sangat paham kalau sekarang ini Kakaknya pasti sangat penasaran dengan apa yang dia katakan tentang Elvan barusan. Tentu saja Diva tidak tahu tentang Elvan ini. Kalau saja Andi tidak mengatakan padanya secara tidak sengaja, dia juga tidak akan menghubungi Elvan kembali untuk memastikannya. Akhirnya, diantara semua kelebihannya itu Prisya menemukan satu kelemahan pria itu! “Kenapa kalian sangat yakin?” Lukman bersedekap lalu melihat kedua anaknya secara bergantian. Dia sedikit tidak menyangka kalau selama ini Prisya yang dia tahu tidak pernah mau ikut campur urusan orang lain sekarang malah ikut terlalu banyak masalah hubungan Diva dan Elvan, seseorang yang berasal dari kelas atas di negeri ini. Prisya menghela napas berat lalu berkata, “Karena hati Prisya tidak ditutupi oleh rasa ego tinggi sepert

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 265. Bertemu Musuh

    Siapa lagi yang bisa dihubungi Prisya di saat seperti ini. Tentu saja seseorang yang bisa membuat Diva tunduk dan menurut hanya dengan mendengar satu atau dua patah kata darinya, Elvan! Suara Prisya kini terdengar sangat putus asa. Terakhir kali Diva melakukan hal ini saat putus dengan Nico, waktunya belum lama dan dia yang menemani Diva sampai toko-toko yang ada di mall itu tutup. Tidak puas sampai di sana, Diva mengajaknya duduk di cafe yang buka 24 jam! Kalau saja ayah tidak menyusul mereka ke sana, pasti Diva masih betah berlama-lama dengan kegilaannya. "Maksudmu gila belanja?" Suara Elvan terdengar bingung. "Ah, Maaf maksudku bukan gila belanja, tapi dia ... dia tidak belanja hanya melihat-lihat saja dan mencobanya lalu keluar tanpa membeli. Itu sedikit memalukan." Prisya berkata dengan nada berat. "Ya kamu suruh beli saja, biar tidak malu." Elvan menjawab enteng. "Bukan begitu, tapi ...." Prisya kehabisan kata-katanya. "Baiklah saya mengerti. Kamu sedang bersama Diva

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 266. Pelampiasan Diva

    Aura dingin menergap Prisya yang sekarang berdiri di antara keduanya. Tatapan Marissa yang merendahkan kakaknya terlihat nyata. Kemudian, Prisya mengalihkan pandangannya ke arah Diva dan dia tahu Diva bukan wanita lemah, tapi demikan, dia juga tidak ingin adanya pertengkaran di tempat ini.“Milikmu, ya?” Diva berkata dengan datar, seolah tidak terjadi apapun.“Diva, kamu benar-benar orang yang tidak tahu diri ternyata.” Marissa mencoba untuk memprovokasi Diva yang masih diam membalas tatapan wanita itu dengan dingin.“Ternyata kamu cukup berani juga datang ke tempat ini, tidak sadar diri, ya.” Marissa melancarkan aksinya.Diva masih diam dan memasang wajah datarnya.“Merasa senang ya, karena keluargamu diundang juga ke acara perusahaan nanti? Apa kamu pikir kalian pantas mendapatkan tempat di sana nanti?” Diva menghela napas sejenak lalu berkata, “Ini memang punyamu, Marissa. Ambil saja dan jangan memancing keributan. Aku juga bisa pilih yang lain.” Diva berkat santai lalu membalikkan

Bab terbaru

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Ready For "Jodoh Salah Tarik #2"?

    “Uhh ...” lenguh Kayla selagi memegang kepalanya yang terasa pening. “Kepalaku sakit sekali ….” Sembari menggerutu dengan mata terpejam, wanita bersurai cokelat panjang bergelombang itu berusaha untuk mengingat apa yang terjadi di malam yang lalu. “Minum Kay!” “Habiskan!” “Ah! Kamu kalah lagi!” “Sudah, jangan dipaksa, kamu tidak cukup kuat untuk meneguknya!” “Kamu sudah mabuk, Kay!” Kalimat-kalimat itu masih terngiang di kepala Kayla Semalam, Kayla diajak reuni oleh teman-temannya di salah satu hotel bintang lima. Awalnya, wanita itu berpikir kalau tujuan pertemuan tersebut hanyalah sebatas temu kangen berupa makan malam di restoran atau ruang khusus hotel. Sayangnya, Kayla terlalu bodoh untuk berpikir panjang, sampai-sampai dia lupa bahwa kelompok temannya yang satu ini adalah tipe yang lebih suka menghabiskan waktu dengan minum di bar. Alhasil, di sinilah Kayla sekarang, merutuki kebodohannya yang mau saja lanjut ikut di acara itu, apalagi saat teman-temanny

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (10)

    Pagi itu terasa istimewa. Rumah Elvan dan Diva dipenuhi dengan dekorasi lembut berwarna pastel—biru muda dan merah muda menyelimuti ruang tamu, balon-balon cantik tergantung di setiap sudut. Sebuah spanduk besar terbentang di tengah ruangan dengan tulisan “Selamat Datang, Claudia Cantika Wongso”.Ini adalah hari dimana pesta penyambutan bayi perempuan mereka yang baru lahir, Claudia Cantika Wongso. Sebuah momen yang sudah lama mereka nantikan dan kini mereka sudah bersiap untuk merayakan kedatangan anggota baru dalam keluarga mereka bersama orang-orang terdekat.Diva berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya dengan senyum lembut menghiasi wajahnya. Dia mengenakan gaun sederhana namun elegan, warna pastel lembut yang menonjolkan kesan anggun. Di sebelahnya, Elvan sedang menggendong Claudia yang terlelap dalam balutan selimut bayi berwarna merah muda. Auranya makin terpancar saat pria itu menggendong anaknya dengan penuh kasih sayang, menatap putri mereka dengan tatapan lembut.“Van,

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (9)

    Malam ini sungguh terasa berbeda. Diva terbangun di tengah malam dengan perasaan aneh yang tak bisa ia abaikan. Sudah sembilan bulan sejak mereka pertama kali mendengar kabar bahwa ia hamil, dan kini momen yang telah mereka tunggu-tunggu hampir tiba. Diva merasakan kontraksi yang semakin intens, dan kali ini berbeda dari yang sebelumnya—lebih kuat dan cukup teratur. Diva berpikir mungkin ini sudah saatnya. Saat dimana dia akan melahirkan hampir tiba.Elvan terbangun ketika Diva menggeliat di sampingnya, wajahnya langsung dipenuhi kekhawatiran. “Diva, kamu baik-baik saja, hehm?” tanyanya dengan suara serak, matanya masih setengah tertutup karena kantuk.Diva menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri meskipun rasa sakit semakin jelas terasa. “Elvan… aku pikir ini saatnya. Kontraksinya … semakin kuat.” Diva berkata dengan suara bergetar, wajahnya terlihat berkeringat.Elvan langsung terjaga sepenuhnya dan segera bangkit dari tidurnya. “Kamu yakin?” Matanya terbuka lebar, panik dan

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (8)

    Kehamilan Diva sudah memasuki trimester kedua, meskipun mereka dipenuhi kebahagiaan karena kabar tersebut, tidak semuanya berjalan mulus. Beberapa minggu terakhir, Diva masih tetap merasakan berbagai tantangan fisik yang sebelumnya. Seperti mual setiap pagi dan rasa ingin muntah saat mengunyah makanan, tetapi kelelahan yang tidak bisa dijelaskan tetap ada, serta perubahan suasana hati yang terkadang membuatnya merasa tidak terkendali, tetap menjadi rutinitasnya.Di sisi lain, Elvan terus belajar dan berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang dan mendukung, meskipun tantangan itu juga mulai memengaruhi dinamika hubungan mereka.Pagi itu, Diva duduk di meja makan, berusaha menghabiskan sedikit sarapannya. Namun, seperti hari-hari sebelumnya, mual datang begitu saja tanpa peringatan. Dia buru-buru berlari ke kamar mandi, meninggalkan Elvan yang masih menikmati sarapannya.“Diva!” Elvan langsung berlari mengikuti istrinya, wajahnya penuh kecemasan.Diva duduk di lantai kamar mandi, menarik

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (7)

    Beberapa minggu setelah kabar bahagia itu, kehidupan Diva dan Elvan berubah secara drastis. Mereka mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut bayi mereka, meskipun kehamilan Diva masih dalam tahap awal. Setiap malam, mereka berdua duduk bersama di ruang tamu, berbicara tentang masa depan dengan penuh semangat. Namun, di balik kebahagiaan itu, tetap akan datang pula tantangan baru yang harus mereka hadapi.Pagi ini, Diva duduk di meja makan dengan secangkir air putih hangat di depannya. Sejak tahu dirinya hamil, ia mulai lebih berhati-hati, bahkan mengganti minuman coklat kesukaannya dengan air putih hangat. Meski bahagia, perasaan cemas tidak sepenuhnya hilang dari hatinya.Elvan datang dari ruang kerja dengan laptop di tangan, meletakkannya di atas meja sambil memandangi istrinya dengan senyum. “Kamu terlihat sedikit lebih tenang hari ini. Bagaimana perasaanmu? Apa masih merasakan mual dan tidak nafsu untuk makan?”Diva tersenyum lembut, meskipun ada sedikit kekhawatiran di m

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (6)

    Setelah pulang dari liburan mereka melakukan aktivitas seperti biasa, masalah kehadiran buah hati tidak lagi menjadi sebuah penghalang besar untuk keduanya. Mereka juga sudah menjalankan program kehamilan dari dokter, walau sudah tiga bulan masih belum menunjukkan hasilnya, keduanya tetap saling memberikan dukungan satu sama lain.Hingga suatu pagi. Diva bangun dengan perasaan sedikit mual yang sudah ia rasakan selama beberapa hari terakhir. Dia berusaha mengabaikannya, berpikir itu mungkin hanya karena perubahan pola makan sejak kembali dari liburan. Namun, di dalam hatinya, ada perasaan yang mengusik—sesuatu yang berbeda dari biasanya. Sesuatu yang membuatnya bertanya-tanya.Elvan sudah berangkat lebih awal ke kantor. Diva berencana untuk menghabiskan hari dengan bekerja dari rumah. Tetapi, mual yang semakin kuat membuatnya sulit berkonsentrasi. Setelah sarapan, ia kembali merasa perutnya bergejolak, dan kali ini lebih parah daripada sebelumnya. Diva menunduk di depan wastafel, napa

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (5)

    Pagi hari di resort terasa lebih segar dan tenang. Diva memandang ombak yang bergulung pelan dari teras vila mereka. Ia mendekap secangkir teh hangat, mencoba menenangkan pikirannya yang mulai dipenuhi berbagai pertanyaan. Liburan ini memang seharusnya menjadi waktu bagi mereka untuk beristirahat, tapi di dalam hati Diva, rasa cemas belum juga hilang.Elvan keluar dari kamar, rambutnya masih sedikit acak-acakan, tapi wajahnya jauh lebih segar daripada beberapa hari sebelumnya. “Kamu sudah bangun sejak kapan?” tanyanya sambil berjalan mendekat.Diva menoleh dan tersenyum tipis. “Baru saja.”Elvan duduk di kursi di sampingnya, menarik napas panjang sambil menatap laut. “Liburan ini benar-benar membuatku sadar betapa kita jarang meluangkan waktu seperti ini. Rasanya... aneh, tapi juga menyenangkan.”Diva memandang suaminya dan berkata, "Ya, aku juga merasa seperti itu. Ini... mungkin apa yang kita butuhkan.”Elvan tersenyum lembut, matanya menatap Diva dalam-dalam lalu berbisik lembut di

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (4)

    Pagi harinya Diva sudah melihat Prisya sibuk di dapur dengan pelayan yang ada di rumah mereka, dia terlihat mengatur makanan untuk sarapan mereka.“Wah, Kak Diva sudah bangun?” Prisya berkata dengan penuh semangat.“Kamu sibuk banget,” ucap Diva.“Iya dong, eh, Kakak ipar sudah bangun?” tanya Prisya lagi.“Pastinya dia sebentar lagi turun kok harusnya.” Diva menjawab santai.Tidak lama berselang Elvan ada di antara mereka.“Sudah sibuk sekali pagi ini.” Elvan berkata santai, dia terlihat dengan pakaian formalnya dan siap untuk ke kantor.“Kakak Ipar mau ke kantor?” tanya Prisya.“Ya, tentu saja, masih ada yang harus aku urus dengan Miko, tetapi tidak lama, tenang saja.” Elvan berkata pada mereka.“Ya, harusnya serahkan saja pada Miko, tenang saja, aku akan membantumu untuk memantaunya.” Prisya tertawa setelah mengatakan hal itu.Pagi ini setelah Elvan pergi ke kantor Prisya membantu kakaknya menyiapkan barang-barang yang harus mereka bawa untuk pergi berlibur. Keduanya sangat antusias

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (3)

    “Hasil untuk Nyonya Elvan tidak ada yang diragukan, semuanya baik dan juga untuk Tuan Elvan, tidak ada masalah.” Dokter itu berkata dengan tersenyum pada keduanya. Ucapan ini bagaikan sebuah oase di tengah gurun pasir.Artinya tidak ada yang salah dari keduanya, lantas kenapa sampai saat ini masih belum ada juga? Hal ini membuat Elvan langsung bertanya, “Lalu, kenapa masih belum juga sampai sekarang, Dok?” tanya Elvan, dia juga tahu, saat ini Diva juga ingin bertanya hal demikian.“Ini banyak faktor, Tuan Elvan. Salah satunya karena kelelahan dan pikiran.” Dokter berkata dengan suara lembut.Elvan lalu melihat ke arah Diva.“Saya akan memberikan obat pada Nyonya untuk meminumnya, nanti akan ada obat penyubur, jika masih datang bulan untuk bulan depan, hari pertama haid Nyonya dan Tuan datang kembali untuk kita melakukan serangkaian pemeriksaan lagi.” Dokter berkata pada keduanya.“Baik, Dok, kami mengerti.” Setelah melewati sesi konsultasi mereka kembali ke rumah. Walaupun mereka cuk

DMCA.com Protection Status