"Aku menunggumu. Aku sudah menelepon Nova untuk memberitahunya kalau ada rapat hari ini dan kamu akan terlambat pulang. Sekarang masih ada waktu, ayo ke rumahku. Aku tinggal sendirian," ucap Sandra dengan ekspresi yang menggoda. Dia juga sengaja menyilangkan kakinya dan menurunkan pakaiannya sehingga menunjukkan kedua kakinya yang jenjang serta putih."Nggak tertarik," ucap Chandra dan langsung berbalik untuk pergi.Setelah berjalan beberapa langkah, Chandra berbalik dan berkata, "Ingat kunci pintunya saat pulang."Sandra duduk di kursi kantor sambil menatap Chandra yang menjauh. Kemudian, dia tersenyum dan berkata, "Begini juga nggak bisa menggodanya, Naga Hitam memang hebat. Pengendalian dirinya benar-benar luar biasa!""Kak Chandra," sapa Mawar.Chandra meliriknya sekilas, lalu berkata dengan datar, "Siapa yang mengizinkanmu untuk membiarkan Sandra masuk? Dia hanya wakil presiden direktur dan tidak punya hak untuk masuk ke ruangan presiden direktur. Kalau sebuah perusahaan mau berke
Senny tidak menyangka ternyata Chandra begitu hebat dan sudah mengetahui identitasnya sejak lama."Katakanlah," kata Chandra sambil menatap Senny.Meskipun dia sejak awal sudah menebak identitas Senny, dia tidak tahu apa alasan Senny mendekati Paul dan juga dirinya. Awalnya, Chandra ingin mengamatinya secara diam-diam untuk sementara waktu. Akan tetapi, sekarang dia menemukan bahwa Senny sepertinya tidak berniat jahat kepada Paul, bahkan mungkin juga telah jatuh cinta kepada Paul. Itu sebabnya Chandra mengungkapkan maksudnya."Godfrey adalah ayahku." Senny sama sekali tidak menutupinya, lalu dia berkata sambil tersenyum dengan nakal, "Sebenarnya, aku kabur secara diam-diam ke Rivera karena Dataran Utara terlalu membosankan."Mendengar hal itu, Paul tertegun. Ternyata, gadis ini adalah putri dari Lima Jenderal, Godfrey Weli?"Bagus." Chandra tersenyum dengan cerah, lalu menatap Paul dan berkata, "Paul, kamu harus menggenggam kesempatan ini dengan baik. Dia adalah putri dari seorang jend
Nova juga menunjukkan ekspresi ketus dan berkata, "Chandra, kelak kalau ada apa-apa, ingat untuk diskusikan denganku dan jangan asal bertindak lagi, oke?""Iya." Chandra pun menjawab dengan penuh keyakinan, "Sayangku, kelak aku pasti akan mendiskusikan semua hal denganmu. Hari ini aku sudah seharian di luar dan lelah sekali, pinggang dan pundakku pegal. Sayang, bantu aku memijat pundakku, ya."Nova juga tahu bahwa bekerja di luar memang sangat melelahkan, terutama sebagai seorang penjual di sebuah perusahaan besar. Jadi, dia pun mendekat ke arah Chandra dan mulai memijat pundaknya."Ya, nyaman sekali." Chandra tampak sangat menikmati. Malam ini, Chandra tidak pergi ke mana pun lagi dan terus berada di rumah.Keesokan harinya."Nova, ayo kita pergi jalan-jalan ke Jalan Medis. Hari ini adalah hari terakhir kegiatan konsultasi di Jalan Medis.""Nggak mau." Nova berkata sambil mendengus, "Apa kamu tahu bagaimana orang-orang membicarakanku di luar sana? Mereka bilang aku nggak tahu malu, ak
Setelah Chandra dibawa pergi, Kimin baru bertanya, "Pak Deska, ceritakan padaku, sebenarnya apa keseluruhan rencana yang kamu pikirkan?"Kimin bukan orang dari Rivera, dia berasal dari tempat lain bahkan lebih tepatnya dari luar negeri. Seluruh kekuatannya berada di luar negeri dan kedatangannya ke Rivera kali ini hanya sebagai tamu. Dia sama sekali tidak berpartisipasi dalam semua rencana ini dan hanya mendengarkan pengaturan dari Deska. Jadi, dia sedikit pun tidak memahami rencana Deska. Deska mengelus janggutnya yang sudah memutih dan berkata sambil tersenyum, "Setelah menelan obat yang aku racik, Chandra akan segera sadar, tapi keinginannya akan menjadi sangat kuat. Sekalipun dia memiliki kendali diri yang sangat baik, dia juga tidak akan bisa mengendalikan dirinya sendiri."Deksa lalu tersenyum dengan percaya diri dan berkata, "Sementara itu, aku sudah mengatur seorang wanita lebih dulu. Nanti, begitu terjadi hubungan antara mereka dan hal ini terekspos, Chandra akan ditangkap ka
"Amanda, Amanda …." Seorang pria paruh baya bergegas masuk. Begitu melihat putrinya, dia seketika menjadi murka, lalu langsung bergerak ke arah Chandra yang sedang memegang kepala dan memaki, "Dasar bajingan! Binatang!"Pria paruh baya itu mengepalkan tangannya dan langsung melayangkan pukulan serta tendangannya. Chandra sama sekali tidak melawan, sebaliknya dia sedang merenung. Dia berpikir, ‘Siapa yang telah menjebaknya dan apa tujuannya? Padahal orang itu bisa menggunakan kesempatan ini untuk membunuhnya, tetapi orang itu justru tidak melakukannya dan malah bersusah payah mengatur semua hal ini.’Seiring dengan pihak kepolisian yang menerobos masuk, ada banyak wartawan yang juga berdatangan dan mulai mengambil gambar kejadian di dalam kamar tersebut."Jangan foto! Jangan foto!" Beberapa polisi segera menghentikan. Setelah memukuli Chandra, pria paruh baya itu segera memerintahkan, "Cepat! Cepat hentikan wartawannya! Jangan biarkan mereka sembarangan melaporkan. Kalau tidak, hidup pu
Kediaman Keluarga Kurniawan.Nova yang sudah sadar terus-menerus menggelengkan kepalanya."Ini nggak mungkin benar, aku nggak percaya. Aku nggak percaya ini benar, gimana mungkin Chandra melakukan hal seperti ini?" ucap Nova yang tampak percaya kepada Chandra. Sejak menikah, Chandra tidak pernah memaksa apa pun kepadanya. Sekalipun mereka tidur bersama, Chandra juga tidak akan menyentuhnya jika dia tidak bersedia. Seseorang yang bahkan tidak akan sembarangan menyentuh istrinya, bagaimana mungkin akan berbuat sembarangan di luar?"Nova, kamu jangan naif lagi. Beritanya bahkan sudah disiarkan, lihatlah seberapa jelas videonya itu. Kalau dia bukan Chandra, lalu siapa lagi? Selain itu, kamu lihat gadis di atas kasur itu, apa mungkin itu palsu? Aku sejak awal sudah melihat kalau Chandra bukan orang yang baik dan menyuruhmu segera bercerai dengannya, tapi kamu malah nggak mau mendengarkanku."Begitu terjadi masalah kepada Chandra, Yani sama sekali tidak merasa bahwa itu adalah hal yang memal
Nova terperanjat dan bertanya, "Kalau begitu, gimana sekarang?"Olive sedikit menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak ada cara lain lagi, aku nggak punya keyakinan untuk memenangkan kasus ini. Sekarang, satu-satunya cara adalah pihak yang terlibat harus menarik tuntutannya kepada Chandra. Dengan begitu, Chandra baru bisa terlepas dari hukuman penjara."Sandra mengernyitkan alisnya, lalu menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Aku mengerti, kamu pulang saja dulu.""Baik, Bu Sandra," jawab Olive.Olive langsung berbalik dan pergi."Sandra, gimana ini sekarang? Aku percaya dengan Chandra, dia pasti nggak bersalah dan pasti dijebak," kata Nova.Sandra berkata dengan tidak berdaya, "Aku juga percaya dengan Chandra, tapi hakim hanya melihat bukti. Sekarang, segala bukti sangat merugikan Chandra.""Kalau begitu, gimana?" tanya Nova."Kita pulang dulu saja, nggak akan terjadi apa-apa," ucap Sandra sambil menarik Nova untuk pergi.Chandra bukan orang biasa, dia merupakan bos dari Perusahaan
Arya tidak tahu apa yang ingin Chandra lakukan, tetapi dia tetap memilih untuk membantu."Baiklah, aku akan membawamu keluar dulu," kata Arya.Chandra melambaikan tangannya dengan pelan dan berkata, "Sudah kubilang, diam-diam mencari pengganti untukku. Aku tidak bisa keluar dengan terang-terangan seperti ini. Kamu pergi carikan orang yang tinggi dan postur tubuhnya mirip denganku. Aku akan membuat topeng kulit manusia setelah keluar secara diam-diam, lalu kamu akan diam-diam membawaku ke sel tahanan lagi nanti."Arya mengernyitkan alisnya dan bertanya, "Apa yang mau kamu lakukan sebenarnya?""Jangan banyak tanya," jawab Chandra."Oke," sahut Arya sambil mengangguk.Arya pun bergegas mengatur semuanya. Dia mencari seseorang yang tinggi dan postur tubuhnya yang mirip dengan Chandra dari militer, lalu diam-diam membawa Chandra keluar. Begitu keluar, Chandra mulai membuat topeng kulit manusia, lalu membiarkan orang tersebut menggantikannya berada di sel tahanan kepolisian. Setelah itu, Ch
Seperti apa kekuatan yang layak disebut sebagai Penguasa Kekuatan? Para pesilat bumi bahkan tak bisa membayangkannya. Mereka hanya tahu bahwa masa depan manusia bumi akan sangat sulit. Santara berhenti bicara, dan Chandra pun tak banyak bertanya lagi. Ia duduk bersila di tanah, fokus memulihkan diri. Yang lain juga melakukan hal yang sama. Suasana pun berubah sunyi, terdiam di tengah proses pemulihan. Sambil memulihkan diri, pandangan mereka semua tertuju pada pohon besar dengan bunga ungu, berharap pada hasil akhirnya. Pohon itu memang luar biasa—buahnya tumbuh dengan cepat. Dalam sehari, bunga-bunganya mulai layu dan muncul kuncup buah. Kecepatannya membuat semua orang terkejut. Umumnya, bunga perlu bermekaran selama sebulan lebih sebelum muncul buah, tetapi kini, hanya dalam sehari, sudah ada kuncup buah yang terlihat. Pohon ini benar-benar ajaib. Semua orang menunggu dengan sabar. Satu minggu kemudian, pohon itu telah dipenuhi buah berwarna ungu, seukuran kepalan tangan, ber
“Bunganya saja sudah sewangi ini, bayangkan kalau sudah jadi buahnya nanti,” gumam salah satu pesilat. “Ini pasti benda suci,” tambah yang lain. Banyak orang berbicara dengan kagum, termasuk Chandra yang terpana dengan keharuman dan energi spiritual tempat itu. Energi di sini begitu kuat, beberapa kali lipat lebih kuat dibandingkan di luar. Tanpa banyak bicara, Chandra duduk bersila dan mulai memulihkan diri, begitu pula pesilat lain yang terluka, semuanya memanfaatkan waktu ini untuk mengobati luka mereka. Suasana di tempat itu terasa damai saat semua orang menunggu dengan tenang.Di sela-sela itu, Santara beberapa kali melirik ke arah Nova, kadang terlihat berpikir, kadang mengerutkan kening, seolah memendam sesuatu. Tatapan Santara yang berulang kali ke arahnya membuat Nova merasa tidak nyaman. Sambil duduk di samping Chandra, Nova berbisik pelan, “Sayang, Santara itu terus memandangiku.” Chandra menepuk tangannya dengan tenang dan berkata, “Jangan dipikirkan.” Nova meman
Jamal memanfaatkan Tara sebagai sandera untuk mengancam Santara. Santara menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya suram. Sambil bertarung dengan Raja Januar, dia memperhatikan jalannya pertempuran Tara dan melihat bahwa orang yang mengalahkan Tara ternyata adalah seorang wanita. Dia melirik Nova dengan penuh perhatian. Saat ini, mata Nova sudah kembali normal, dan darah yang mendidih di tubuhnya perlahan mereda, mengurangi aura kuat yang menyelimutinya. “Darah Iblis, ya?” gumamnya pelan. Akhirnya, Santara memilih untuk menghentikan pertarungan. Kekuatan para pesilat kalangan manusia bumi ternyata jauh melebihi dugaannya. Setelah dia menyarungkan pedangnya, Raja Januar pun menghela napas lega. Raja Januar turun ke tanah terlebih dahulu, berhenti di depan Jamal. Nova juga telah keluar dari kondisi transformasinya, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas seolah semua energi telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Dengan langkah pelan, dia berjalan menghampiri Chandra. Chan
Saat Tara ragu, Nova sudah menyerang dengan cepat. Dentuman keras terdengar saat pedang mereka bertemu, memicu ledakan energi sejati yang mengguncang ruang di sekitarnya. Nova terlempar ke belakang, tetapi Tara juga terdorong beberapa langkah mundur. Dalam hatinya, Tara terkejut, “Kekuatan yang mengerikan.” Darah dalam tubuh Nova mendidih, seperti gunung berapi yang akan meletus, melepaskan kekuatan besar yang memperkuat tubuhnya. Meski baru mencapai Alam Kesembilan, kekuatan ini membuatnya mampu mengimbangi, bahkan mendorong mundur Tara. “Mati!” Mata Nova yang merah menyala menatap Tara dengan penuh amarah. Ia mengerahkan energi sejati Bintang Iblis, mengalirkannya ke dalam Pedang Keji Sejati, lalu menggunakan jurus Pedang Iblis. Jurus ini kuat dan agresif, penuh dengan energi yang dahsyat, menambah kehebatan serangannya. Dalam wujud yang sudah berubah ini, kekuatan Nova meningkat berkali-kali lipat. Bahkan Tara, yang berada di Alam Mahasakti, mulai kesulitan menahan seranga
Chandra memusatkan seluruh energi sejati semesta, kekuatan darah, dan ototnya, membuat auranya seketika meningkat pesat. Tara mendekat dengan pedang terhunus. TRANG! Kedua pedang saling beradu. Dalam sekejap, Chandra cepat-cepat mengubah jurusnya, langsung mengincar titik lemah di tubuh Tara. Tara terkejut. Ia tidak menyangka bahwa teknik pedang Chandra begitu tidak terduga. Dia dengan cepat mengubah posisinya, berusaha menangkis serangan Chandra. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, Chandra sementara ini mampu menahan serangan Tara. Ia juga menggunakan Jurus Pedang Pertama dan jurus Pedang Kilat Semesta, sehingga bisa sejenak bertahan melawan Tara. Hal ini memberi Jamal kesempatan untuk mundur. Jamal segera menarik diri ke kejauhan, mengeluarkan sebotol pil dan menelannya. Melihat Chandra yang bertarung sengit dengan Tara, Jamal tak bisa menahan kekagumannya, “Kuat sekali! Bahkan meski baru melepas dua belenggu, energi sejatinya sudah setara denganku. Kalau berhasil melep
Kedua sosok itu beradu telapak tangan, sehingga Raja Januar terpental jauh ke belakang, sementara Santara hanya mundur beberapa langkah. Dari bentrokan pertama ini, semua orang bisa melihat bahwa kekuatan Raja Januar masih di bawah Santara. Namun, Raja Januar tak gentar. Setelah menstabilkan tubuhnya, dia menghunus pedangnya dan kembali menyerbu ke arah Santara. Pertarungan sengit pun pecah di udara.Jamal, dengan wajah serius, berkata, “Kita harus cepat mengalahkan Tara, agar bisa membantu Ayah nanti.” Chandra mengangguk dan dengan cepat mencabut Pedang Naga Pertama. Bersama Jamal dan Sesepuh Klan Darah, Victor, mereka bertiga menyerbu ke arah Tara. Melihat mereka mendekat, Tara mendengus dingin, “Kalian benar-benar tak tahu diri!” Dia mencabut pedangnya, dan seberkas energi pedang menyebar seperti riak di permukaan air.Ketiganya segera menghindar dan bergerak mengelilingi Tara. Chandra, dengan Pedang Naga Pertama di tangan, melancarkan serangan pedang yang mengerikan. Setelah ber
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita
"Jadi sekarang di Gunung Bushu, selain Santara, ada juga Suku Mistik Dewi?" "Iya," jawab Chandra sambil mengangguk, "Memang begitu." Raja Januar termenung sejenak. Kalau hanya satu orang kuat di sana, mungkin Raja Januar berani naik dan melihat-lihat. Tapi sekarang, Gunung Bushu dijaga dua sosok kuat dari Alam Mahasakti. Jika dia naik sendiri, jelas sulit baginya menghadapi dua orang sekaligus. “Apa Basita sudah datang?” Raja Januar melirik sekeliling, tapi tak melihat tanda-tanda Basita. Chandra menggeleng, "Aku sudah sampai sejak kemarin siang dan menunggu di kaki gunung. Tapi Basita belum juga muncul." “Kalau begitu kita tunggu saja,” ujar Raja Januar. “Gunung Bushu ini terkait dengan segel kuno. Aku yakin, Basita pasti akan datang.” Semakin banyak pesilat berdatangan dan bergabung untuk menunggu di sana. Tak lama, terdengar suara tawa dari kejauhan. Tampak Kadir berjalan mendekat sambil tertawa lebar, “Chandra! Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Kudengar kamu be
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara