Dengan adanya orang yang mengikuti, Chandra tidak punya pilihan lain selain mengambil tindakan sembari melihat sikon nanti. Tanpa banyak bicara, Chandra mengambil Pedang Penghakiman dan berjalan keluar. Alden melirik Dhava dan memerintahkannya, "Ikuti dia dengan baik." "Baik," jawab Dhava sambil mengangguk dan mengikuti Chandra. "Chandra, mobil sudah siap. Ada persediaan makanan untuk beberapa hari di dalam. Ayo masuk," kata Dhava, menunjuk sebuah mobil off-road di luar halaman. Chandra berjalan menuju mobil itu, membuka pintu belakang dan duduk di kursi belakang.Dhava mengemudikan mobil itu. Becca dan Bella juga duduk di belakang, masing-masing memeluk lengan Chandra dan bersandar padanya, tampak sangat mesra. Chandra tidak berkata apa-apa.Mobil bergerak meninggalkan tempat itu menuju arah Kelompok Gunung Langit. Setelah beberapa jam, mobil tidak bisa lagi bergerak. Dhava berhenti, berbalik ke arah Chandra, dan menunjuk ke sebuah gunung di depan. Dia berkata, "Gunung di dep
Nova juga terkejut.Apa yang sedang terjadi?"Ka- kalian siapa?" tanya Nova pada orang-orang yang berlutut.Pria di depan berkata dengan wajah penuh hormat, "Ibu Jenderal Naga, kami diutus oleh Raja Naga untuk membawa Anda ke villa untuk beristirahat.""Chandra?" Nova terkejut, bertanya, "Dia di mana?""Bu Jenderal silakan ikut kami, nanti Anda akan tahu."Sonia mendekati Nova, menatapnya dan bertanya, "Kamu tidak percaya omong kosong mereka, ‘kan?"Nova tentu tidak percaya, dia tidak sebodoh itu.Namun, saat ini Chandra sedang sangat dibatasi. Sangat sulit untuk bertemu dengannya. Hanya dengan bertemu Chandra, barulah Nova bisa berdiskusi dengannya.Nova berkata, "Saya akan ikut kalian.""Kamu gila?" Sonia segera menarik Nova dan berkata, "Chandra baru saja menyelamatkan Sandra dan yang lainnya. Kalau kamu malah pergi sekarang, kamu malah akan terjebak. Kalau mereka menggunakanmu untuk mengancam Chandra, bukannya itu malah akan menyusahkan Chandra?""Tapi …,""Tidak ada tapi." Sonia
Alden berjalan mendekat dengan senyum di wajahnya, pandangannya tertuju pada Nova. Dia membuat isyarat mengundang dengan tangan dan berkata, "Nova, silakan masuk."Nova merasa tidak takut. Dia berbalik dan masuk ke villa di dalam kompleks.Di ruang tamu, Nova menatap Alden dan bertanya dengan suara dingin, "Chandra di mana?"Alden mengeluarkan suara klik dengan jarinya dan berkata, "Sajikan teh." Segera, seorang pelayan menyuguhkan teh. Namun, Nova tidak menyentuhnya cangkir teh itu. Dia tahu orang di depannya adalah pimpinan kedua dari Suku Dukun, yang dulu berasal dari keluarga Kirana dari Suku Dukun, ahli dalam racun dukun. Mungkin saja teh ini sudah diberi racun olehnya."Saya tanya, Chandra di mana?""Raja Naga sedang keluar untuk menyelesaikan suatu urusan," jawab Alden. "Raja Naga membunuh kepala Kelompok Gunung Langit dan sekarang dia sedang diburu oleh mereka. Dia khawatir terhadap keselamatanmu, jadi dia memerintahkan saya untuk menjemputmu dan melindungimu sampai dia ke
Melihat Chandra yang duduk di atas batu dengan pedang tertancap di depannya, Dokter Suci berjalan mendekat. Ia membungkuk dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan berkata dengan suara lantang, "Lembah Raja Obat datang ke Gunung Langit untuk sebuah janji, kenapa kamu menghalangi jalan kami?"Chandra perlahan berdiri dan mengambil pedang panjangnya yang tertancap di salju. Chandra menarik pedangnya dan menunjukkannya ke arah orang-orang Lembah Raja Obat. "Aku ingin nyawa kalian." Kata-katanya membuat murid-murid Lembah Raja Obat terkejut dan mundur.Berita tentang Chandra yang membunuh kepala Kelompok Gunung Langit, Maniso, telah tersebar di seluruh dunia seni bela diri kuno. Kelompok Gunung Langit juga telah mengeluarkan perintah pembunuhan terhadap Chandra, yang sekarang diburu di seluruh dunia."Chandra, jangan bertindak sembrono. Apa kamu pikir kamu tak terkalahkan?" seru seorang tetua dari Lembah Raja Obat. "Kamu sebagai Raja Naga dari Gurun Selatan dan Jenderal Pasukan A
Chandra tidak menghiraukan Dhava. Dia duduk di atas batu, menusukkan Pedang Penghakiman-nya ke tanah bersalju, dan tidak berkata sepatah kata pun. "Chandra, Lembah Raja Obat menyatakan perang denganmu." Suara raungan marah terdengar dari kejauhan. Chandra tidak menggubris murka para murid Lembah Raja Obat.Sesuai wasiat Dokter Suci, murid-murid Lembah Raja Obat mengangkatnya dan berjalan melewati Chandra menuju Kelompok Gunung Langit, menunggu pertemuan besar Gunung Langit untuk meminta aliansi seni bela diri memutuskan keadilan untuk sekte mereka. Mereka pun pergi, dan Satu Garis Langit kembali sepi.Setelah berjalan jauh, mereka bertemu seorang pria berjubah hitam. Melihat hal ini, murid-murid Lembah Raja Obat kembali bersiaga. "Siapa kamu? Kenapa menghalangi jalan kami?" tanya seorang tetua Lembah Raja Obat. Orang itu perlahan berbalik dan melepas topinya, menunjukkan wajahnya. "Hah?!" Para murid terkejut dan mundur takut. "Kamu, bukankah kamu sudah mati? Bagaimana mungkin m
Maniso mengangguk dan berkata, "Tapi karena sekarang aku belum muncul, Chandra yang harus menanggung semua tuduhan buruk itu. Untuk menghancurkan Suku Dukun sekali jalan, rencana ini sungguh memberatkan dia." Para murid Lembah Raja Obat pun baru mengerti situasi sebenarnya mendengar penjelasan ini.Kemudian, Maniso bertanya lagi, "Dokter Suci, obatnya sudah diberikan semua?" Dokter Suci menjawab dengan wajah serius, "Waktunya terbatas. Saya hanya sempat bertemu beberapa orang saja. Tapi, kepada mereka yang saya percayai, saya sudah berikan obat itu. Sisanya, mereka yang masih ragu-ragu, yang tidak memiliki pendirian yang jelas, saya tak berani memberikan obat. Di antara mereka, bisa jadi ada mata-mata dari Suku Dukun. Saya tidak ingin bertindak gegabah.""Obat itu ampuh?" tanya Maniso. Dokter Suci mengangguk, "Ya, sangat ampuh. Ini resep rahasia khas Lembah Raja Obat. Setelah diminum, orang tersebut akan seolah-olah tidak bernapas, layaknya orang mati. Tidak akan ada yang bisa mende
Salju turun dengan lebatnya, menutupi darah di tanah dengan cepat. Chandra menunggu dalam kesunyian. Berjam-jam berlalu dan langit telah gelap. Para pesilat gelombang kedua belum juga tiba. Namun, yang datang bukan mereka, melainkan Nova.Beberapa anak buah Alden telah mengantarkan Nova ke lembah Satu Garis Langit. Meski malam telah tiba, cahaya salju yang memutih memudahkan Nova untuk melihat Chandra yang duduk di atas batu, dan juga sepasang kembar wanita cantik di belakangnya. Nova cemburu. "Kenapa ada perempuan di samping Chandra? Siapa mereka? Apa hubungan mereka dengan Chandra?" tanya Nova dalam hati.Chandra juga melihat Nova dan beberapa anak buah Alden yang mendekat. Melihat Nova, alisnya berkerut. Nova segera mendekat. "Chandra ...."Chandra berdiri tanpa suara, menatap Nova yang kini telah berdiri di hadapannya. Nova berpakaian tebal dengan jaket dan topi yang penuh salju, pipinya merah, dan napasnya mengepul di udara dingin. "Kamu seharusnya di Rivera. Kok ada di sini?"
"Baik!" para anak buah Alden yang mengantarkan Nova segera berlari mengejarnya.Dhava memandang Chandra, menepuk bahunya dan berkata sembari tersenyum, "Chandra, kamu benar-benar bijaksana. Kamu tahu jelas situasinya bahwa hanya Suku Dukun yang bisa melindungi kamu dan Nova. Tenang saja, ikuti saja perintah bos. Dia pasti akan melindungi keluarga Kurniawan, tidak ada yang akan bisa menyentuh mereka."Chandra hanya menoleh sekilas, tidak berkomentar lebih lanjut. Dia duduk kembali di batu, mengeluarkan sebatang rokok. Ketika hendak menyalakannya, salah satu kembar yang bernama Becca mendekat dengan pemantik api dan menyalakannya untuk Chandra. Chandra menarik napas dalam-dalam, asap rokok mengepul. "Aku harap, Alden bisa mengantarkan Nova pulang dengan selamat. Jika tidak, maka kerjasama selanjutnya tidak perlu dilanjutkan."Chandra kini tidak takut apa-apa, kecuali Alden memanfaatkan Nova. Hal itu bisa mengganggu rencananya. "Tenang, itu pasti," ucap Dhava dengan yakin. "Bos kita
Sekarang di 3000 dunia tersegel telah muncul retakan. Jika orang itu tidak cukup kuat, maka orang itu bisa melewati segel dengan mudah dan muncul di bumi. Akan tetapi, kekuatan segel itu masih sangat kuat. Pesilat yang sangat kuat sekalipun tidak dapat melewati segel dan muncul di bumi. Sekalipun mereka dapat melewatinya, mereka harus bayar harga mahal.Kekuatan Lilian tidak termasuk kuat, dia bisa melewati segel dan pergi ke bumi. Namun, bumi sedang kacau sekarang. Sekalipun ke sana dia juga tidak bisa memperjuangkan keberuntungannya. Lebih baik baginya untuk tetap tinggal di Sky Draga. Keduanya kembali melalui rute yang sama. Beberapa hari kemudian, mereka kembali ke Kota Sky Draga. Begitu kembali, orang-orang di keluarga Sky bertanya pada Chandra. Jawaban Chandra tetap sama, yaitu tidak mendapatkan apa-apa.Keluarga Sky tidak terkejut kalau Chandra tidak mendapatkan apa pun. Selama bertahun-tahun, sudah entah berapa banyak orang dari keluarga Sky telah pergi ke tanah leluhur, tapi
Lilian bergegas menghampiri Chandra seraya berkata, “Kak Chandra, bagaimana? Apa kamu berhasil mendapatkan keberuntungannya?”Chandra menggeleng ringan lalu berkata, “Tidak, aku sudah berkeliling cukup lama di dalam gua, tapi aku justru merasa seperti tersesat. Akhirnya, aku memutuskan untuk kembali dan tidak lagi berani masuk terlalu dalam.”“Tidak apa-apa.”Lilian tersenyum dan berusaha menghiburnya dengan berkata, “Lagi pula, sudah banyak anggota klan keluarga Sky yang datang ke gua untuk mencari keberuntungan, tapi tidak ada satu pun yang berhasil mendapatkannya. Sekarang, lebih baik kita kembali karena kita juga tidak bisa menemukan apa pun di sini.”“Ya,” balas Chandra sambil mengangguk. Dia tidak mengatakan kalau dia sudah berhasil mendapatkan Monster Pemakan Langit. Karena kemungkinan besar, kenyataan itu akan menimbulkan masalah dengan keluarga Sky. Chandra dan Lilian meninggalkan area gua dan kembali ke desa dengan arahan Yani. Sesampainya di sana, mereka melihat Shura yang
Darah Chandra meresap ke dalam cangkang telur dan hilang tak bersisa dalam sekejap mata. Tidak lama kemudian, kekuatan yang menghisap keluar dari cangkang telur itu dan menghisap darah Chandra yang membuatnya kehilangan banyak darah. Dalam sekejap mata, wajah Chandra tampak memucat. Dia benar-benar terkejut dan hendak menarik tangannya. Namun, kekuatan yang berasal dari dalam cangkang telur itu sangatlah besar, sampai Chandra tak kuasa untuk menarik tangannya kembali. Chandra perlahan mulai merasa pusing. Namun, daya hisap kuat itu tiba-tiba saja menghilang ketika Chandra hampir kehilangan kesadarannya. Chandra langsung terjatuh lemas di atas tanah tak berdaya. Dia bergegas mengerahkan energi sejatinya yang mulai mengalir di seluruh tubuhnya untuk merangsang darahnya beregenerasi. Di saat yang bersamaan, Chandra mengerahkan seluruh tenaganya untuk bangkit lalu duduk bersila di atas tanah sambi menatap ke arah telur yang mulai memancarkan cahaya ungu dan tampak sangat menarik. “Krak
Chandra mengikuti di belakangnya. Rumah batu ini sangatlah besar dan terang di bagian dalamnya. Selain itu, terdapat formasi magis yang tidak bisa Chandra pahami. Dia hanya melihat, terdapat kumpulan kata-kata misterius yang berkumpul dan membentuk pola yang sangat aneh. Di tengah kumpulan kata-kata itu terdapat sebuah telur. Telur itu sangat besar dengan diameter 1 meter dan cangkang yang berwarna ungu. Selain itu, terdapat juga kata-kata yang tertulis dan mengalir di atasnya. Chandra langsung merasakan tekanan kekuatan yang sangat besar setelah dia berhasil mendekati rumah batu. Bahkan Chandra merasa seperti sedang menghadapi seekor binatang yang sangat besar dan dia hanyalah makhluk yang sangat kecil ketika berhadapan dengan telur itu. “Apa itu?” tanya Chandra penasaran. Sasa menatap telur itu cukup lama dengan raut wajah yang semakin serius lalu dia menarik napas dalam, “Hufh!”“Ada apa?” tanya Chandra lagi. Sasa kembali menarik napas dalam lalu berkata, “Aku benar-benar tidak
Sasa mengatakan, kalau dirinya tidak bisa membantu Chandra secara langsung untuk membunuh musuh. Karena ketika seseorang dengan tingkat kekuatan sepertinya akan terikat dengan karma dalam setiap hal yang dilakukannya. Namun, dia juga bisa menyelesaikan beberapa karma yang menimpanya. Chandra langsung merasa sangat tertarik dengan apa yang dikatakan Sasa. Namun, Sasa tidak ingin menceritakan lebih banyak lagi kepada Chandra dan hanya mengatakan kalau kekuatan Chandra belum cukup untuk memahami semua itu. Akhirnya, Chandra tidak memiliki pilihan lain selain berhenti bertanya. Kemudian Chandra menatap Sasa lalu bertanya, “Kak Sasa, sebenarnya tingkat kekuatanmu sudah berada di tingkat berapa? Seberapa kuatnya kamu?”Namun, Sasa hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Chandra. “Apa maksudmu itu?” tanya Chandra sambil mengerutkan keningnya. “Aku kan sudah bilang padamu sebelumnya. Kekuatanmu saat ini, masih belum bisa memahami semua itu. Kamu pasti akan mengetahuinya nanti kalau kekua
Chandra mungkin bisa memperoleh keberuntungan itu jika mereka berdua mencarinya. “Bagaimana kalau kita mencari keberuntungan itu secara terpisah?” tanya Chandra. Chandra tidak ingin mencarinya bersama Lilian karena dia tidak ingin memicu kemarahan keluarga Sky kalau sampai dia berhasil menemukan keberuntungan itu. Walaupun Chandra sama sekali tidak takut pada mereka, lebih baik dia menghindari masalah sekecil apa pun. “Oke,” jawab Lilian sambil mengangguk. Kemudian Chandra berjalan menuju salah satu lorong, sedangkan Lilian berjalan ke arah sebaliknya. Chandra berjalan semakin dalam dan dia menemukan banyak sekali lorong di sekelilingnya yang membuat dia tidak tahu harus pergi ke arah mana. “Roh Penunggu, Roh Penunggu ….”Chandra berusaha memanggil Roh Penunggu setelah berpisah dari Lilian. Tidak lama kemudian, sebuah suara berkata di dalam pikiran Chandra, “Tuanku, aku di sini.”“Aku sudah berada di tanah leluhur keluarga Sky. Tempat ini benar-benar ajaib. Konon, tempat ini adal
Saat ini, sosok leluhur tertinggi di dalam keluarga Sky adalah Shura Sky. Satu-satunya orang yang mungkin tahu tentang kaitan liontin giok dengan segel langit dan bumi adalah Shura Sky. Namun, Shura justru menggelengkan kepalanya seraya berkata, “Aku tidak tahu tentang hal itu. Lagi pula, sudah banyak warisan sejarah yang salah. Tapi, satu-satunya hal yang pasti adalah harta karun keluarga Sky bukanlah harta karun sembarangan dan pasti ada rahasia yang tersembunyi di dalamnya.”“Oh.”Lilian tampak kecewa setelah mendengar jawaban Shura lalu dia mengganti topik pembicaraan mereka dengan berkata, “Kakek Shura, tolong bawa Kak Chandra ke gua dulu.”“Yani, bawa mereka ke sana,” ujar Shura memberikan perintah kepada gadis muda di sebelahnya. Usia gadis itu mungkin sekitar 17 sampai 18 tahun. Dia mengenakan gaun berwarna hijau yang sangat sederhana. Dia tampak seperti seorang gadis desa dengan wajah yang cukup cantik. “Baik, Kakek.”Yani menatap Lilian dan Chandra lalu berkata, “Kalian bi
“Keluarga Sky tinggal di desa ini ribuan tahun yang lalu,” jelas Lilian. Chandra mengangguk pelan lalu berkata, “Tapi, pulau ini terlihat biasa saja. Tidak ada yang spesial ketika aku masuk ke sini. Padahal pulau ini adalah peninggalan prajurit yang sangat kuat. Apa mungkin ada harta karun yang terpendam di pulau ini?”Lilian menggeleng lalu berkata, “Aku juga kurang tahu tentang hal itu. Klan keluargaku yang mewariskan tradisi bagi setiap anggota keluarga yang tumbuh dewasa harus datang ke pulau ini untuk mencoba peruntungan mereka untuk mendapatkan keberuntungan. Tapi, sampai sekarang tidak ada satu pun anggota klan keluarga kami yang berhasil mendapatkan keberuntungan itu.”“Sungguh?” Chandra dengan cepat bertanya, “Kalian benar-benar tidak tahu keberuntungan seperti apa yang ada di pulau peninggalan leluhur kalian ini? Bukankah seharusnya kalian sudah cukup mengenal tempat ini dan bisa menemukan keberuntungan di dalamnya?”Namun, Lilian justru menggeleng lalu berkata, “Tanah peni
Chandra adalah orang luar pertama yang datang ke tanah leluhur keluarga Sky. Keluarga Sky keluar dari tanah leluhur mereka sejak ribuan tahun yang lalu. Sebelumnya, mereka menjalani hidup dengan damai di sana. Kereta binatang yang mereka tumpangi berhasil keluar dari badai. Namun, Chandra masih bisa merasakan kekuatan dahsyat dari badai itu, sekalipun sekarang mereka sudah berada cukup jauh dari badai. Lilian berjalan keluar dari kereta binatang dan berdiri di atasnya. Dia melihat badai tornado yang ada di depan mereka lalu menggigit jarinya sampai mengeluarkan darah. Kemudian dia mengendalikan darahnya untuk terbang ke arah tornado. Tidak lama kemudian, hal aneh terjadi. Badai tornado itu tiba-tiba berhenti dan sebuah jalan yang aman muncul dari balik badai. “Jalan!” seru Lilian sambil mengendalikan kemudi kereta binatang. Mereka dengan cepat mulai memasuki area lautan setelah berhasil melewati badai tornado. Kabut putih terbentang luas di depan mereka yang membuat mereka hanya b