Alden berjalan mendekat dengan senyum di wajahnya, pandangannya tertuju pada Nova. Dia membuat isyarat mengundang dengan tangan dan berkata, "Nova, silakan masuk."Nova merasa tidak takut. Dia berbalik dan masuk ke villa di dalam kompleks.Di ruang tamu, Nova menatap Alden dan bertanya dengan suara dingin, "Chandra di mana?"Alden mengeluarkan suara klik dengan jarinya dan berkata, "Sajikan teh." Segera, seorang pelayan menyuguhkan teh. Namun, Nova tidak menyentuhnya cangkir teh itu. Dia tahu orang di depannya adalah pimpinan kedua dari Suku Dukun, yang dulu berasal dari keluarga Kirana dari Suku Dukun, ahli dalam racun dukun. Mungkin saja teh ini sudah diberi racun olehnya."Saya tanya, Chandra di mana?""Raja Naga sedang keluar untuk menyelesaikan suatu urusan," jawab Alden. "Raja Naga membunuh kepala Kelompok Gunung Langit dan sekarang dia sedang diburu oleh mereka. Dia khawatir terhadap keselamatanmu, jadi dia memerintahkan saya untuk menjemputmu dan melindungimu sampai dia ke
Melihat Chandra yang duduk di atas batu dengan pedang tertancap di depannya, Dokter Suci berjalan mendekat. Ia membungkuk dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan berkata dengan suara lantang, "Lembah Raja Obat datang ke Gunung Langit untuk sebuah janji, kenapa kamu menghalangi jalan kami?"Chandra perlahan berdiri dan mengambil pedang panjangnya yang tertancap di salju. Chandra menarik pedangnya dan menunjukkannya ke arah orang-orang Lembah Raja Obat. "Aku ingin nyawa kalian." Kata-katanya membuat murid-murid Lembah Raja Obat terkejut dan mundur.Berita tentang Chandra yang membunuh kepala Kelompok Gunung Langit, Maniso, telah tersebar di seluruh dunia seni bela diri kuno. Kelompok Gunung Langit juga telah mengeluarkan perintah pembunuhan terhadap Chandra, yang sekarang diburu di seluruh dunia."Chandra, jangan bertindak sembrono. Apa kamu pikir kamu tak terkalahkan?" seru seorang tetua dari Lembah Raja Obat. "Kamu sebagai Raja Naga dari Gurun Selatan dan Jenderal Pasukan A
Chandra tidak menghiraukan Dhava. Dia duduk di atas batu, menusukkan Pedang Penghakiman-nya ke tanah bersalju, dan tidak berkata sepatah kata pun. "Chandra, Lembah Raja Obat menyatakan perang denganmu." Suara raungan marah terdengar dari kejauhan. Chandra tidak menggubris murka para murid Lembah Raja Obat.Sesuai wasiat Dokter Suci, murid-murid Lembah Raja Obat mengangkatnya dan berjalan melewati Chandra menuju Kelompok Gunung Langit, menunggu pertemuan besar Gunung Langit untuk meminta aliansi seni bela diri memutuskan keadilan untuk sekte mereka. Mereka pun pergi, dan Satu Garis Langit kembali sepi.Setelah berjalan jauh, mereka bertemu seorang pria berjubah hitam. Melihat hal ini, murid-murid Lembah Raja Obat kembali bersiaga. "Siapa kamu? Kenapa menghalangi jalan kami?" tanya seorang tetua Lembah Raja Obat. Orang itu perlahan berbalik dan melepas topinya, menunjukkan wajahnya. "Hah?!" Para murid terkejut dan mundur takut. "Kamu, bukankah kamu sudah mati? Bagaimana mungkin m
Maniso mengangguk dan berkata, "Tapi karena sekarang aku belum muncul, Chandra yang harus menanggung semua tuduhan buruk itu. Untuk menghancurkan Suku Dukun sekali jalan, rencana ini sungguh memberatkan dia." Para murid Lembah Raja Obat pun baru mengerti situasi sebenarnya mendengar penjelasan ini.Kemudian, Maniso bertanya lagi, "Dokter Suci, obatnya sudah diberikan semua?" Dokter Suci menjawab dengan wajah serius, "Waktunya terbatas. Saya hanya sempat bertemu beberapa orang saja. Tapi, kepada mereka yang saya percayai, saya sudah berikan obat itu. Sisanya, mereka yang masih ragu-ragu, yang tidak memiliki pendirian yang jelas, saya tak berani memberikan obat. Di antara mereka, bisa jadi ada mata-mata dari Suku Dukun. Saya tidak ingin bertindak gegabah.""Obat itu ampuh?" tanya Maniso. Dokter Suci mengangguk, "Ya, sangat ampuh. Ini resep rahasia khas Lembah Raja Obat. Setelah diminum, orang tersebut akan seolah-olah tidak bernapas, layaknya orang mati. Tidak akan ada yang bisa mende
Salju turun dengan lebatnya, menutupi darah di tanah dengan cepat. Chandra menunggu dalam kesunyian. Berjam-jam berlalu dan langit telah gelap. Para pesilat gelombang kedua belum juga tiba. Namun, yang datang bukan mereka, melainkan Nova.Beberapa anak buah Alden telah mengantarkan Nova ke lembah Satu Garis Langit. Meski malam telah tiba, cahaya salju yang memutih memudahkan Nova untuk melihat Chandra yang duduk di atas batu, dan juga sepasang kembar wanita cantik di belakangnya. Nova cemburu. "Kenapa ada perempuan di samping Chandra? Siapa mereka? Apa hubungan mereka dengan Chandra?" tanya Nova dalam hati.Chandra juga melihat Nova dan beberapa anak buah Alden yang mendekat. Melihat Nova, alisnya berkerut. Nova segera mendekat. "Chandra ...."Chandra berdiri tanpa suara, menatap Nova yang kini telah berdiri di hadapannya. Nova berpakaian tebal dengan jaket dan topi yang penuh salju, pipinya merah, dan napasnya mengepul di udara dingin. "Kamu seharusnya di Rivera. Kok ada di sini?"
"Baik!" para anak buah Alden yang mengantarkan Nova segera berlari mengejarnya.Dhava memandang Chandra, menepuk bahunya dan berkata sembari tersenyum, "Chandra, kamu benar-benar bijaksana. Kamu tahu jelas situasinya bahwa hanya Suku Dukun yang bisa melindungi kamu dan Nova. Tenang saja, ikuti saja perintah bos. Dia pasti akan melindungi keluarga Kurniawan, tidak ada yang akan bisa menyentuh mereka."Chandra hanya menoleh sekilas, tidak berkomentar lebih lanjut. Dia duduk kembali di batu, mengeluarkan sebatang rokok. Ketika hendak menyalakannya, salah satu kembar yang bernama Becca mendekat dengan pemantik api dan menyalakannya untuk Chandra. Chandra menarik napas dalam-dalam, asap rokok mengepul. "Aku harap, Alden bisa mengantarkan Nova pulang dengan selamat. Jika tidak, maka kerjasama selanjutnya tidak perlu dilanjutkan."Chandra kini tidak takut apa-apa, kecuali Alden memanfaatkan Nova. Hal itu bisa mengganggu rencananya. "Tenang, itu pasti," ucap Dhava dengan yakin. "Bos kita
Wajah orang-orang Akademi Paxton seketika berubah. Kabar tentang Chandra telah menyebar luas, dan sekarang semua orang mengetahui bahwa dia telah membunuh Maniso, pemimpin Kelompok Gunung Langit. Mereka menunjukkan ketakutan dan kehati-hatian saat melihat Chandra.Di tengah ketegangan, Rolando, kepala sekolah dari Akademi Paxton berkata dengan wajah serius, "Chandra, aku, Rolando, tidak memiliki dendam denganmu di masa ini atau pun di masa lalu. Apa maksud semua ini?"Chandra merespon dengan wajah dingin, "Mari kita bertarung."Kemarahan menyala di wajah Rolando. "Kamu merasa tak terkalahkan, hah?" Dia berdiri dengan aura yang kuat memancar dari dirinya. "Baiklah, aku akan menghadapimu."Gerakannya cepat seperti kilat. Dengan langkah yang mantap dan kuat, dia muncul tepat di depan Chandra lalu mengayunkan tinjunya dengan kekuatan yang mengguncang ruang kosong di sekitarnya.Namun, Chandra dengan mudah menangkis serangan itu. Dia mengubah taktiknya. Dengan satu pukulan, Chandra men
Chandra tidak percaya kata-kata omong kosong Dhava.Dia memberi jalan, membuat isyarat , "Silakan."Namun, keluarga Aryani tidak langsung bergerak karena Daniel belum pergi.Daniel merasa bingung.Dia tidak tahu apa hubungan Chandra dengan orang tua yang mengalahkannya di Gunung Xira hari itu."Chandra, kutanya, apa hubunganmu dengan orang tua di Gunung Xira yang mengalahkanku hari itu?"Chandra tersenyum samar, tidak menjawab pertanyaan itu, "Bagaimana, tidak mau pergi? Kalau begitu, mari kita adu kekuatan saja."Tiba-tiba, Chandra mengangkat tangannya. Pedang Penghakiman yang tertancap di tanah seketika terbang, ditangkapnya dengan tepat.Swooosh!Pedang Penghakiman keluar dari sarungnya."Anak muda, kamu berani juga, heh?!."Daniel memilih untuk tidak bertarung dengan Chandra.Dia membawa orang-orang keluarga Aryani pergi.Setelah pergi, seorang tetua keluarga Aryani bertanya, "Kepala Keluarga, Chandra membunuh pemimpin Kelompok Gunung Langit, dan Kelompok Gunung Langit mengumumkan
Cahaya putih itu sangat aneh, kadang muncul kadang menghilang. Jika tidak diperhatikan dengan saksama, cahaya putih itu tidak kelihatan sama sekali. Satu, dua, tiga, lima, delapan, sepuluh ....Diiringi berkas cahaya pertama muncul, lebih banyak berkas cahaya lainnya menyusul. Cahaya itu hanya muncul selama beberapa detik sebelum menghilang. Chandra menatap pulau itu di kejauhan sambil berpikir. Menurutnya, cahaya itu sepertinya dipancarkan oleh barang pusaka di pulau itu. Namun, dia tidak tahu barang pusaka apa itu.Kalau ingin tahu, maka Chandra harus mendekat dulu. Namun, pertempuran di pulau itu sangat sengit. Aura pertempuran juga sangat kuat. Bahkan seorang Chandra juga merasa takut. Jika dia mendekat dengan gegabah dan ketahuan, dia mungkin akan kehilangan nyawanya.Chandra menyaksikan pertempuran di langit yang jauh. Itu adalah pertarungan banyak orang. Namun, ada dua orang yang tidak turun tangan. Salah satunya seorang perempuan. Dia mengenakan gaun putih dan memiliki sepasang
Kelebat bayang-bayang pedang dan terpaan gelombang energi sejati. Gelompang energi sejati yang mengerikan itu seperti riak di air, yang terus menyapu dan menimbulkan gelombang besar setinggi ratusan meter.Chandra melangkahkan kakinya dan muncul di udara. Dia melihat pulau di depannya, lalu bergumam sambil mengernyit, “Kenapa ada prajurit yang bertarung di tengah samudra luas ini? Apa mungkin ada barang pusaka di sini?”Menurut Chandra, hanya keberadaan barang pusaka yang dapat menyebabkan pertempuran sengit di antara para prajurit. Orang-orang yang bertarung memiliki energi yang sangat kuat. Chandra merasa mereka setidaknya telah mencapai Alam Kesucian Tingkat Lima.Pesilat di level seperti itu adalah orang yang sangat kuat. Sekalipun di 3000 dunia tersegel, mereka orang yang sangat kuat. Mungkin sedikit lebih lemah daripada orang hebat yang melawan langit. Namun, orang seperti itu memenuhi syarat untuk memperebutkan keberuntungan dari bencana alam.Chandra tidak ingin ikut campur. Ka
Sasa selalu seperti ini, dia hanya mengatakan setengah dari apa yang ingin dia katakan. Dia pun meninggalkan rumah Penguasa Kota dan pergi ke daerah di belakang kota. Chandra juga tak berdaya.Selanjutnya, Chandra mengajak Lilian jalan-jalan keliling kota dan memperkenalkan secara singkat asal-usul Istana Abadi Ceptra. Lilian pun memasang wajah penuh takjub.Di luar, pasukan mengangkut makanan dengan sangat cepat. Mereka segera memindahkan semua makanan ke dalam istana. Lilian juga memberi perintah kepada mereka untuk memberi Chandra sedikit benih, agar Chandra bisa membawanya kembali ke bumi.Di luar Istana Abadi Ceptra.Setelah semua makanan dipindahkan ke dalam istana, Chandra menyimpan kembali istana tersebut.Barak militer.Banyak orang berkumpul di sana. Jarga, Lilian dan beberapa anggota keluarga Sky. Lilian melambaikan tangannya kepada Chandra dengan raut wajah enggan.“Sampai jumpa, Kak Chandra. Aku akan latihan dengan giat. Setelah Sky Draga dan bumi bersatu, aku akan pergi c
Chandra tidak terburu-buru. Dia menunggu dengan sabar. Sementara para prajurit memindahkan makanan, dia dan Lilian berjalan masuk ke dalam Istana Abadi Ceptra.Di dalam istana, rumah Penguasa Kota. Begitu Chandra mendekati rumah Penguasa Kota, seekor burung berwarna ungu terbang mendekat. Burung itu semakin mengecil hingga akhirnya menjadi seukuran burung pipit dan hinggap di bahu Chandra.“Ih?” Lilian spontan berseru ketika melihat Pemakan Langit seukuran burung pipit itu.Chandra berbalik dan menatap Lilian, lalu bertanya, “Ada apa?”“Burung ini ... tampak familiar.”Lilian terus menatap Pemakan Langit itu, menatapnya dengan saksama. Beberapa detik kemudian, dia tersenyum dan berkata, “Dia sangat mirip dengan burung merah di pintu masuk desa tanah leluhurku.”Seluruh tubuh Chandra gemetar ketika mendengar kata-kata Lilian. Burung di pintu masuk desa tanah leluhur keluarga Sky? Dia tidak memperhatikan, juga tidak tahu apakah ada burung seperti itu di tanah leluhur keluarga Sky. Namun,
Sekarang di 3000 dunia tersegel telah muncul retakan. Jika orang itu tidak cukup kuat, maka orang itu bisa melewati segel dengan mudah dan muncul di bumi. Akan tetapi, kekuatan segel itu masih sangat kuat. Pesilat yang sangat kuat sekalipun tidak dapat melewati segel dan muncul di bumi. Sekalipun mereka dapat melewatinya, mereka harus bayar harga mahal.Kekuatan Lilian tidak termasuk kuat, dia bisa melewati segel dan pergi ke bumi. Namun, bumi sedang kacau sekarang. Sekalipun ke sana dia juga tidak bisa memperjuangkan keberuntungannya. Lebih baik baginya untuk tetap tinggal di Sky Draga. Keduanya kembali melalui rute yang sama. Beberapa hari kemudian, mereka kembali ke Kota Sky Draga. Begitu kembali, orang-orang di keluarga Sky bertanya pada Chandra. Jawaban Chandra tetap sama, yaitu tidak mendapatkan apa-apa.Keluarga Sky tidak terkejut kalau Chandra tidak mendapatkan apa pun. Selama bertahun-tahun, sudah entah berapa banyak orang dari keluarga Sky telah pergi ke tanah leluhur, tapi
Lilian bergegas menghampiri Chandra seraya berkata, “Kak Chandra, bagaimana? Apa kamu berhasil mendapatkan keberuntungannya?”Chandra menggeleng ringan lalu berkata, “Tidak, aku sudah berkeliling cukup lama di dalam gua, tapi aku justru merasa seperti tersesat. Akhirnya, aku memutuskan untuk kembali dan tidak lagi berani masuk terlalu dalam.”“Tidak apa-apa.”Lilian tersenyum dan berusaha menghiburnya dengan berkata, “Lagi pula, sudah banyak anggota klan keluarga Sky yang datang ke gua untuk mencari keberuntungan, tapi tidak ada satu pun yang berhasil mendapatkannya. Sekarang, lebih baik kita kembali karena kita juga tidak bisa menemukan apa pun di sini.”“Ya,” balas Chandra sambil mengangguk. Dia tidak mengatakan kalau dia sudah berhasil mendapatkan Monster Pemakan Langit. Karena kemungkinan besar, kenyataan itu akan menimbulkan masalah dengan keluarga Sky. Chandra dan Lilian meninggalkan area gua dan kembali ke desa dengan arahan Yani. Sesampainya di sana, mereka melihat Shura yang
Darah Chandra meresap ke dalam cangkang telur dan hilang tak bersisa dalam sekejap mata. Tidak lama kemudian, kekuatan yang menghisap keluar dari cangkang telur itu dan menghisap darah Chandra yang membuatnya kehilangan banyak darah. Dalam sekejap mata, wajah Chandra tampak memucat. Dia benar-benar terkejut dan hendak menarik tangannya. Namun, kekuatan yang berasal dari dalam cangkang telur itu sangatlah besar, sampai Chandra tak kuasa untuk menarik tangannya kembali. Chandra perlahan mulai merasa pusing. Namun, daya hisap kuat itu tiba-tiba saja menghilang ketika Chandra hampir kehilangan kesadarannya. Chandra langsung terjatuh lemas di atas tanah tak berdaya. Dia bergegas mengerahkan energi sejatinya yang mulai mengalir di seluruh tubuhnya untuk merangsang darahnya beregenerasi. Di saat yang bersamaan, Chandra mengerahkan seluruh tenaganya untuk bangkit lalu duduk bersila di atas tanah sambi menatap ke arah telur yang mulai memancarkan cahaya ungu dan tampak sangat menarik. “Krak
Chandra mengikuti di belakangnya. Rumah batu ini sangatlah besar dan terang di bagian dalamnya. Selain itu, terdapat formasi magis yang tidak bisa Chandra pahami. Dia hanya melihat, terdapat kumpulan kata-kata misterius yang berkumpul dan membentuk pola yang sangat aneh. Di tengah kumpulan kata-kata itu terdapat sebuah telur. Telur itu sangat besar dengan diameter 1 meter dan cangkang yang berwarna ungu. Selain itu, terdapat juga kata-kata yang tertulis dan mengalir di atasnya. Chandra langsung merasakan tekanan kekuatan yang sangat besar setelah dia berhasil mendekati rumah batu. Bahkan Chandra merasa seperti sedang menghadapi seekor binatang yang sangat besar dan dia hanyalah makhluk yang sangat kecil ketika berhadapan dengan telur itu. “Apa itu?” tanya Chandra penasaran. Sasa menatap telur itu cukup lama dengan raut wajah yang semakin serius lalu dia menarik napas dalam, “Hufh!”“Ada apa?” tanya Chandra lagi. Sasa kembali menarik napas dalam lalu berkata, “Aku benar-benar tidak
Sasa mengatakan, kalau dirinya tidak bisa membantu Chandra secara langsung untuk membunuh musuh. Karena ketika seseorang dengan tingkat kekuatan sepertinya akan terikat dengan karma dalam setiap hal yang dilakukannya. Namun, dia juga bisa menyelesaikan beberapa karma yang menimpanya. Chandra langsung merasa sangat tertarik dengan apa yang dikatakan Sasa. Namun, Sasa tidak ingin menceritakan lebih banyak lagi kepada Chandra dan hanya mengatakan kalau kekuatan Chandra belum cukup untuk memahami semua itu. Akhirnya, Chandra tidak memiliki pilihan lain selain berhenti bertanya. Kemudian Chandra menatap Sasa lalu bertanya, “Kak Sasa, sebenarnya tingkat kekuatanmu sudah berada di tingkat berapa? Seberapa kuatnya kamu?”Namun, Sasa hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Chandra. “Apa maksudmu itu?” tanya Chandra sambil mengerutkan keningnya. “Aku kan sudah bilang padamu sebelumnya. Kekuatanmu saat ini, masih belum bisa memahami semua itu. Kamu pasti akan mengetahuinya nanti kalau kekua