Plakkk! Tubuh Iblis sesat itu terputar dan terpelanting. Sedangkan tubuh Jejaka sendiri terjajar satu langkah ke belakang.
Gonggola meraung murka. Selama puluhan bahkan mungkin ratusan kali bertarung, baru kali ini sewaktu adu tenaga dalam, tubuhnya sampai terpelanting. Apalagi oleh seorang lawan yang masih sangat muda. Rasa penasarannya pun semakin memuncak.
Sebagai akibatnya, serangan-serangannya seketika bertambah dahsyat! Iblis ini mengamuk membabi buta.
Kedua tangannya yang berisi ilmu 'Tapak Bara', dan mengandung tenaga panas itu menyambar-nyambar ganas mencari sasaran. Tetapi yang dihadapi Gonggola kali ini adalah Jejaka Emas, pendekar muda yang akhir-akhir ini selalu bikin gempar dunia persilatan.
Bagi pemuda bermata biru itu, hawa panas yang mengiringi setiap serangan Gonggola seperti tiupan angin sejuk. Karena, dia sendiri memiliki tenaga yang mengandung hawa panas. Bahkan jauh lebih dahsyat ketimbang hawa panas yang dimiliki iblis itu.
D
Hawa di dalam ruangan ini terasa panas bukan main, dan terasa menyengat kulit. Sementara itu pertarungan antara kedua orang sakti itu berjalan sengit, dan terlihat seimbang. Tapi lewat enam puluh jurus, Gonggola mulai terdesak.Iblis Sesat ini memang kalah segala-galanya dibanding Jejaka Emas. Baik tenaga dalam, ilmu meringankan tubuh, maupun kalah dalam mutu ilmunya.Hanya berkat pengalaman bertarung saja yang membuat Jejaka agak mengalami sedikit kesulitan untuk mendesak laki-laki kasar itu.Keadaan sekitar arena pertempuran. itu sudah kacau-balau. Dinding ruangan itu tak henti-hentinya bergetar setiap kali Jejaka Emas atau Gonggola melepaskan pukulan. Dan setiap kali kedua tangan atau kaki mereka beradu, lantai dan dinding ruangan bergetar lebih kuat lagi.Pada jurus ke delapan puluh satu, Gonggola menggerakkan kaki kanannya menyapu kaki Jejaka.Wut...! "Hup...!"Jejaka Emas melompat ke belakang. Gonggola memang sudah menunggu saat ini. B
Tangan pemuda yang memeluk kedua kaki wanita itu menegang seketika. Didongakkan kepalanya dan ditatapnya wajah neneknya dengan pandangan sedih."Ada apa, Jejaka? Katakan, apa yang terjadi terhadap ayah dan ibumu?" Desak wanita berpakaian kuning itu dengan perasaan tidak enak.Dari sikap yang diperlihatkan cucunya, wanita itu merasa ada sesuatu yang tidak menyenangkan. Hatinya kini dalam perasaan yang tidak menentu.Pelahan-lahan Jejaka bangkit dari berlututnya. Sambil menundukkan kepala, karena tak ingin melihat kekecewaan dan kesedihan yang akan dialami neneknya, pemuda itu menatap tanah di ujung kaki neneknya."Ayah dan ibu sudah pergi, Nek...""Apa katamu, Jejaka?"Walau sudah dapat menduga, tak urung berita yang didengar dari mulut cucunya ini membuatnya kaget bukan kepalang. Tanpa sadar dicengkeram kedua bahu Jejaka dan diguncang-guncangnya."Ayah dan ibumu tewas? Siapa yang membunuhnya, Jejaka?"“Bukan tewas nek&rdq
"Haaat...! Hiyaaa...!"Wut! Brakkk...! Teriakan-teriakan melengking tinggi, diselingi angin menderu-deru keras, terdengar dari dalam sebuah hutan. Itu pun masih ditingkahi suara bergemuruh, Semua itu ternyata berasal dari tindakan seraut wajah cantik.Usianya sekitar sembilan belas tahun, dan berpakaian serba putih. Rambutnya panjang terurai, hampir mencapai pinggang. Siapa lagi kalau bukan Larasati.Gadis ini rupanya sedang marah. Di dalam hutan ini, kekesalan hatinya dilampiaskan pada pepohonan dan semak-semak belukar."Mampus kau, pemuda sombong!" Teriak gadis itu keras. Tangan kanannya dengan jurus 'Naga Emas Membuang Mustika' didorongkan ke depan.Wuuusss...! Angin keras berhembus keluar dari tangan yang mendorong itu.Desiran angin itu terus melesat ke depan dan menghantam sebatang pohon sebesar dua pelukan tangan orang dewasa.Brakkk...! Pohon itu hancur berkeping-keping menimbulkan suara bergemuruh dahsyat!"Hhh...!" La
Dipandangi keadaan sekelilingnya. Pohon-pohon bertumbangan, semak-semak yang centang perenang, dan tanah yang terbongkar di sana sini."Semua ini gara-gara Jejaka Emas!" Sangkal gadis itu membela diri, dalam hati. Dengan punggung tangan, disusuti peluh yang membasahi dahi dan lehernya yang mulus. Kemudian dihampirinya sebatang pohon, lalu direbahkan tubuhnya di situ untuk beristirahat.Setelah cukup lama berbaring seperti itu, Larasati beranjak bangkit. Kemudian sekali menggerakkan kaki, tubuhnya sudah melesat dari situ. Dalam sekejap saja tubuhnya sudah lenyap bagai ditelan bumi.Tubuh Larasati berkelebatan cepat.Kini tinggal satu lagi tujuannya. Menuju tempat Begawan Tapa Pamungkas! Dari berita yang didapat, dia tahu kalau tanpa bantuan Begawan Tapa Pamungkas itu, ayahnya tidak akan bisa dikalahkan lawan-lawannya. Jadi, bila dihitung-hitung, kakek itulah yang menjadi penyebab utama ayahnya tewas.Kalau saja gadis berpakaian serba putih ini menca
Seketika Larasati menahan langkahnya. Gerakan sosok bayangan putih itu cepat bukan main. Sampai-sampai tercekat hati gadis ini melihatnya. Kecurigaannyapun mendadak timbul.Sosok bayangan putih ini ternyata datang dari arah tempat tinggal Begawan Tapa Pamungkas. Bukan tidak mungkin kalau justru sosok bayangan putih itu adalah orang yang dicari-carinya.Berpikiran demikian, Larasati bergegas menghadang jalan sosok bayangan putih itu."Kisanak yang di depan, pelahan dulu!" Seru Larasati keras dan tegas.Berbareng dengan itu kedua tangannya didorongkan ke depan, mengirimkan sebuah serangan jarak jauh. Larasati yang berjuluk Bidadari Penyebar Maut memang berwatak telengas. Langsung saja mengerahkan seluruh tenaga dalam serangannya itu.Wuuuttt...! Angin menderu keras keluar dari sepasang tangan yang mendorong itu. Seketika terdengar seruan kaget dari sosok bayangan putih di depan.Sama sekali tidak diduga, kalau di depannya disambut sebuah pukul
Akibatnya seluruh tubuhnya dari mulai dada ke bawah terangkat ke atas. Dan dengan posisi seperti itu, kedua tangannya menyampok bagian belakang kepala Begawan Tapa Pamungkas dari atas ke bawah.Wuuuttt.! Begawan Tapa Pamungkas terkejut bukan main melihat hal ini. Dikenali betul gerakan yang dilakukan gadis berpakaian serba putih ini. Itu adalah jurus 'Naga Emas Mengangkat Ekor', salah satu jurus dari ilmu 'Cakar Naga Emas'! Siapa lagi pemilik ilmu itu kalau bukan kakak seperguruannya, Nyi Naga Geni.Tetapi Bagawan Tapa Pamungkas tidak dapat berpikir lebih lama lagi. Serangan maut yang mengancam belakang kepalanya telah menyambar tiba. Maka cepat-cepat dielakkan serangan itu kalau tidak ingin mati konyol. Karena, untuk menangkis sudah tidak memungkinkan lagi.Cepat-cepat Begawan Tapa Pamungkas melompat ke depan, dari langsung bergulingan di tanah. Dan selamatlah dia dari serangan maut itu. Tetapi Bidadari Penyebar Maut yang hatinya tengah dilanda dendam membara,
Pada saat tangan orang itu mendorong tubuh Begawan Tapa Pamungkas, sosok bayangan merah keemasan itu membarengi dengan egosan tubuhnya, untuk mengelakkan serangan Larasati.Tapi terlambat! Kedua tangan gadis itu lebih dulu tiba.Bukkk...! Kedua tangan Larasati begitu telak menghantam tubuh sosok bayangan merah keemasan itu. Untungnya, karena si bayangan merah keemasan itu sempat mengegoskan tubuh, serangan itu menyimpang dari sasaran semula. Tidak mengenai dada, tapi mengenai bahunya.Meskipun demikian, akibat yang diderita si bayangan merah keemasan itu cukup dahsyat juga. Tubuhnya terlempar beberapa tombak, kemudian jatuh berdebuk di tanah, lalu terguling-guling.Gulingan itu baru berhenti ketika tubuh itu akhirnya membentur sebatang pohon."Jejaka...!" Jerit Begawan Tapa Pamungkas keras.Wajah kakek ini pucat pasi ketika mengenali sosok bayangan merah keemasan yang terguling-guling di tanah itu. Pakaian, rambut, dan terutama sekali serang
Gadis itu terpaku kaku di tempatnya. Bibirnya yang telah menggumamkan nama pemuda itu nampak menggigil keras. Ditatapnya tubuh pemuda itu yang diam tidak bergerak lagi. Kemudian dengan pandangan mata jijik ditatap kedua tangannya yang tadi menghantam tubuh pemuda itu.Beberapa saat lamanya Larasati terpaku. Kemudian sambil mengeluarkan isak tertahan dari kerongkongannya dia berlari meninggalkan tempat itu. Tidak dihiraukan air bening yang menggulir membasahi pipinya.Seorang wanita selengah baya berpakaian serba kuning, yang tiba di situ hampir berbarengan dengan kedatangan Jejaka, sempat melihat air mata yang bercucuran dari sepasang mata gadis itu.Tapi, segera hal itu terlupakan ketika melihat sosok tubuh Jejaka Emas yang terkapar tidak bergerak. Wanita itu adalah Nyi Sani.Jejaka memang sengaja mengajak neneknya ke tempat tinggal Kakek Begawan Tapa Pamungkas. Dia juga meminta agar neneknya bisa tinggal di situ Tapi siapa sangka di tengah perjalanan, p
Klanggg...!"Hugh...!?"Tubuh Jejaka Emas terjengkang ke belakang beberapa tombak jauhnya. Selintas tadi terlihat Algojo Hijau menempelkan kedua tapak tangannya di punggung Ratu Bulan, begitu Jejaka memapak serangan tusukan tombak berujung bulan sabit. Melihat hal ini Jejaka Emas terperanjat. Dia tahu kalau kakek berkepala gundul itu tengah menyalurkan tenaga dalam. Tenaganya disatukan dengan tenaga nenek itu, lalu bersama-sama menghadapi tenaga Jejaka.Tak pelak lagi, perpaduan dua tenaga dalam dahsyat itu tidak dapat ditahan Jejaka Emas. Untung saja beradunya tenaga dalam tadi terjadi secara tidak langsung melainkan melalui perantara. Sehingga akibatnya tidak terlalu berarti bagi Jejaka Emas. Pemuda berpakaian merah keemasan ini hanya merasa sedikit sesak pada dadanya.Dengan bantuan gelang dewanya, gerakan sesulit apa pun akan sama seperti gerakan biasa. Sehingga walaupun Jejaka berada dalam keadaan kritis, dan serangan Ratu Bulan kembali menyambar cep
Sekali mengelak, Jejaka Emas telah berada di belakang Ratu Bulan. Tapi sebelum pemuda itu sempat melepaskan serangan, Algojo Hijau telah terlebih dulu menyerangnya. Terpaksa Jejaka mengurungkan niat untuk menyerang Ratu Bulan. Dan dengan cepat pula dielakkannya serangan kakek itu. Dan belum juga sempat membalas, kembali serangan Ratu Bulan telah mengancam. Tentu saja hal ini membuat Jejaka Emas kewalahan menghadapi hujan serangan dahsyat yang saling susul.Tak tanggung-tanggung, Jejakapun langsung menggunakan jurus-jurus gelang dewanya untuk menyerang lawannya. Tapi rupanya kedua lawannya sangat tangguh, sehingga dalam beberapa gebrak kemudian, ketiga orang ini pun sudah terlibat sebuah pertarungan berat sebelah. Jejaka Emas terus-menerus didesak lawannya, tanpa mampu balas menyerang.Untunglah pemuda bermata biru ini memiliki jurus 'Naga Pamungkas' yang sangat aneh sehingga dapat mengelakkan serangan yang bagaimanapun sulitnya. Dan berkat jurus inilah Jejaka Emas mamp
Algojo Hijau manggut-manggut."Bisa kuterima alasanmu, Jejaka Emas""Terima kasih, Kek!""Jangan'terburu-buru berterima kasih, Jejaka Emas!" sergah Ratu Bulan cepat. "Urusan kami denganmu kini tidak hanya satu macam!" Jejaka mengerutkan keningnya."Apa maksudmu, Nek?""Tidak usah berpura-pura, Jejaka Emas!Bukankah kau yang telah membunuh majikan kami!”"Membunuh majikan kalian"! Aneh"! Kalau boleh kutahu, siapa majikan kalian?" tanya Jejaka. Kerut pada dahinya pun semakin dalam."Seorang pemuda bersenjata sepasang kapak warna perak mengkilat!""Dia majikan kalian?" tanya Jejaka Emas Nada suaranya mengandung keheranan yang besar. "Ya! Karena begitulah bunyi perjanjian antara kami dengannya!" selak Algojo Hijau. "Kami bertemu dan bertempur. Dengan licik dia memancing kami ke dalam suatu perjanjian. Yaitu, apabila dalam tiga puluh jurus kami tidak berhasil merobohkannya, dia akan menjadi majikan kami! Jadi, terpaksa
Tapi untuk yang kesekian kalinya, dengan mempergunakan jurus 'Naga Pamungkas' Jejaka berusaha menghindarinya. Dan tahu-tahu tubuh Jejaka telah berada di belakang Darba. Sebelum pemuda berbaju coklat itu sadar, Jejaka sudah melancarkan serangan baliknya.Wuuut..! Hantaman tangan Jejaka melayang ke arah kepala Darba. Murid Ki Jatayu ini terperanjat kaget Maka sedapat dapatnya dirundukkan kepalanya untuk menghindari sambaran tangan lawan.Wusss...! Usaha untung-untungannya berhasil juga. Tangan itu lewat di atas kepalanya. Tapi, Jejaka tidak tinggal diam. Segera dilancarkan serangan susulan.Bukkk...!"Huakkk...!"Telak sekali pukulan tangan kiri Jejaka Emas mendarat di punggung Darba. Keras bukan main, sehingga tubuh pemuda itu terjerembab ke depan.Cairan merah kental terlontar keluar dari mulutnya. Jelas pemuda berbaju coklat itu terluka dalam!Namun kekuatan tubuh murid Ki Jatayu ini memang patut dipuji. Sekalipun sudah terluka parah
Jejaka terpaku sesaat. Tapi tak lama kemudian amarahnya melonjak."Hiyaaa...!"Sambil berteriak melengking nyaring memekakkan telinga, Jejaka Emas menerjang Darba.Wut...! Ketika serangan gelang dewa Jejaka Emas terayun deras ke arah kepala Darba, pemuda berbaju coklat itu menarik kepalanya ke belakang tanpa menarik kakinya.Wusss...! Gelang dewa itu meluncur deras beberapa rambut di depan wajah Darba. Begitu kerasnya tenaga yang terkandung dalam serangan itu, sehingga rambut berikut seluruh pakaian Darba berkibar keras. Dan cepat-cepat pemuda berbaju coklat itu memberi serangan balasan yang tidak kalah berbahayanya.Wuuut...! Cepat bagai kilat kakinya melesat ke arah dada Jejaka Emas. Sadar akan bahaya besar mengancam, Jejaka segera menangkis serangan itu dengan tangan kirinya disertai tetakan ke bawah.Takkk...! Tubuh Darba melintir. Memang bila dibanding Jejaka Emas, posisi pemuda berbaju coklat itu lebih tidak menguntungkan.Namun
Sementara itu pertarungan antara Cakar Garuda menghadapi pengeroyokan anak buah Darba, berlangsung tidak seimbang. Kepandaian Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas itu, memang terlalu tangguh untuk para pengeroyoknya. Setiap kali besi berbentuk cakar di tangannya bergerak, setiap kali pula ada satu nyawa melayang. Jerit kematian terdengar saling susul."Aaa...!"Pekik nyaring melengking panjang, mengiringi rubuhnya orang terakhir para pengeroyok itu. Cakar Garuda memandangi tubuh-tubuh yang terkapar itu sejenak, baru kemudian beralih pada pertarungan antara Jejaka Emas menghadapi Darba. Terdengar suara bergemeletuk dari gigi-gigi Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas ini. Amarahnya langsung bangkit ketika melihat orang yang dicari-carinya, karena telah membasmi perguruannya."Hiyaaa...!"Diiringi pekik kemarahan laksana binatang terluka, Cakar Garuda melompat menerjang Darba, ketika pemuda itu tengah melentingkan tubuhnya ke belakang untuk menghindari serangan Je
Bergegas Jejaka berlari menghampiri. Sesaat kemudian Jejaka Emas telah berada dalam jarak tiga tombak dari arena pertempuran. Dari sini dapat terlihat jelas, siapa orang yang tengah dikeroyok itu. Dan ini membuat pemuda berbaju merah keemasan ini menjadi agak terkejut.Orang yang tengah dikeroyok itu berusia sekitar empat puluh tahun. Tubuhnya tegap dan kekar. Pada baju hitam bagian dada sebelah kiri terdapat sulaman cakar burung garuda dari benang emas. Di tangannya tergenggam sebuah baja hitam berbentuk cakar baja hitam dikibas-kibaskan dengan ganas. Ke mana saja cakar baja hitam bergerak, di situ pasti ada sesosok tubuh yang rubuh."Cakar Garuda...," desah Jejaka.Tapi pemuda ini tidak bisa berlama-lama mengamati pertarungan. Ternyata Darba yang memang ada di situ dan tengah dicarinya, bergerak menghampiri."Heh"! Kau lagi, Jejaka Emas" Rupanya kau tidak kapok juga. Atau, kali ini bersama-sama temanmu akan mengeroyokku?" ejek Darba memanas-manasi. Sepa
Seketika berubah wajah Jejaka."Maksud, Kakek?" tanya Jejaka Emas.Wajah Algojo Hijau berubah serius."Sejak puluhan tahun yang lalu, kami adalah sepasang tokoh yang tidak terkalahkan. Kami pun gemar bertanding, sehingga tak terhitung lawan yang rubuh di tangan kami. Sampai akhirnya, kami bertemu dengan Begawan Tapa Pamungkas. Melalui suatu pertarungan yang sengit, kami berhasil dikalahkannya. Tentu saja hal ini membuat penasaran, di samping malu yang besar. Maka kami katakan padanya, bahwa sepuluh tahun lagi kami akan datang menantang untuk menentukan siapa yang lebih unggul. Tapi rupanya kami sedang sial, karena lagi-lagi berhasil dikalahkan gurumu. Semenjak itu kami pun kembali giat berlatih, memperdalam ilmu-ilmu kesaktian. Tapi siapa sangka, di waktu kami telah merasa yakin akan dapat mengalahkannya, Begawan Tapa Pamungkas telah lebih dulu pergi ke alam baka. Siapa yang tidak kesal. Untunglah ada dirimu yang menjadi muridnya. Tapi tentu saja kau akan kami b
Nenek berpakaian putih itu menganggukkan kepalanya. "Aku juga tahu. Kalau tidak salah, pemuda itu berjuluk Jejaka Emas!"“Tepat” Ratu Bulan termenung."Dan ciri-ciri Jejaka Emas mirip pemuda ini!" sambung Algojo Hijau lagi."Ahhh...! Kau benar!" nenek tinggi kurus ini mulai teringat. Sementara itu, Jejaka juga terkejut melihat nenek berpakaian serba putih itu. Kelihaian nenek ini sudah dirasakannya. Sekarang dia datang berdua dengan kawannya yang sekali lihat saja diketahui kalau kepandaiannya tidak rendah.Larasati memegang pundak Jejaka dengan lembut agar Jejaka bisa meredam amarahnya. Jejaka sekarang tengah dilanda kemarahan yang meluap-luap. Tapi, tentu saja sebagai seorang pendekar menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, pemuda ini tidak meluapkan amarahnya secara sembarangan. Maka Jejaka yang memang tidak ingin mencari permusuhan, mencoba bersikap tenang. Ditunggu bagaimana tindakan Ratu Bulan terhadapnya. Jelas terlihat kalau nenek it