Tangan pemuda yang memeluk kedua kaki wanita itu menegang seketika. Didongakkan kepalanya dan ditatapnya wajah neneknya dengan pandangan sedih.
"Ada apa, Jejaka? Katakan, apa yang terjadi terhadap ayah dan ibumu?" Desak wanita berpakaian kuning itu dengan perasaan tidak enak.
Dari sikap yang diperlihatkan cucunya, wanita itu merasa ada sesuatu yang tidak menyenangkan. Hatinya kini dalam perasaan yang tidak menentu.
Pelahan-lahan Jejaka bangkit dari berlututnya. Sambil menundukkan kepala, karena tak ingin melihat kekecewaan dan kesedihan yang akan dialami neneknya, pemuda itu menatap tanah di ujung kaki neneknya.
"Ayah dan ibu sudah pergi, Nek..."
"Apa katamu, Jejaka?"
Walau sudah dapat menduga, tak urung berita yang didengar dari mulut cucunya ini membuatnya kaget bukan kepalang. Tanpa sadar dicengkeram kedua bahu Jejaka dan diguncang-guncangnya.
"Ayah dan ibumu tewas? Siapa yang membunuhnya, Jejaka?"
“Bukan tewas nek&rdq
"Haaat...! Hiyaaa...!"Wut! Brakkk...! Teriakan-teriakan melengking tinggi, diselingi angin menderu-deru keras, terdengar dari dalam sebuah hutan. Itu pun masih ditingkahi suara bergemuruh, Semua itu ternyata berasal dari tindakan seraut wajah cantik.Usianya sekitar sembilan belas tahun, dan berpakaian serba putih. Rambutnya panjang terurai, hampir mencapai pinggang. Siapa lagi kalau bukan Larasati.Gadis ini rupanya sedang marah. Di dalam hutan ini, kekesalan hatinya dilampiaskan pada pepohonan dan semak-semak belukar."Mampus kau, pemuda sombong!" Teriak gadis itu keras. Tangan kanannya dengan jurus 'Naga Emas Membuang Mustika' didorongkan ke depan.Wuuusss...! Angin keras berhembus keluar dari tangan yang mendorong itu.Desiran angin itu terus melesat ke depan dan menghantam sebatang pohon sebesar dua pelukan tangan orang dewasa.Brakkk...! Pohon itu hancur berkeping-keping menimbulkan suara bergemuruh dahsyat!"Hhh...!" La
Dipandangi keadaan sekelilingnya. Pohon-pohon bertumbangan, semak-semak yang centang perenang, dan tanah yang terbongkar di sana sini."Semua ini gara-gara Jejaka Emas!" Sangkal gadis itu membela diri, dalam hati. Dengan punggung tangan, disusuti peluh yang membasahi dahi dan lehernya yang mulus. Kemudian dihampirinya sebatang pohon, lalu direbahkan tubuhnya di situ untuk beristirahat.Setelah cukup lama berbaring seperti itu, Larasati beranjak bangkit. Kemudian sekali menggerakkan kaki, tubuhnya sudah melesat dari situ. Dalam sekejap saja tubuhnya sudah lenyap bagai ditelan bumi.Tubuh Larasati berkelebatan cepat.Kini tinggal satu lagi tujuannya. Menuju tempat Begawan Tapa Pamungkas! Dari berita yang didapat, dia tahu kalau tanpa bantuan Begawan Tapa Pamungkas itu, ayahnya tidak akan bisa dikalahkan lawan-lawannya. Jadi, bila dihitung-hitung, kakek itulah yang menjadi penyebab utama ayahnya tewas.Kalau saja gadis berpakaian serba putih ini menca
Seketika Larasati menahan langkahnya. Gerakan sosok bayangan putih itu cepat bukan main. Sampai-sampai tercekat hati gadis ini melihatnya. Kecurigaannyapun mendadak timbul.Sosok bayangan putih ini ternyata datang dari arah tempat tinggal Begawan Tapa Pamungkas. Bukan tidak mungkin kalau justru sosok bayangan putih itu adalah orang yang dicari-carinya.Berpikiran demikian, Larasati bergegas menghadang jalan sosok bayangan putih itu."Kisanak yang di depan, pelahan dulu!" Seru Larasati keras dan tegas.Berbareng dengan itu kedua tangannya didorongkan ke depan, mengirimkan sebuah serangan jarak jauh. Larasati yang berjuluk Bidadari Penyebar Maut memang berwatak telengas. Langsung saja mengerahkan seluruh tenaga dalam serangannya itu.Wuuuttt...! Angin menderu keras keluar dari sepasang tangan yang mendorong itu. Seketika terdengar seruan kaget dari sosok bayangan putih di depan.Sama sekali tidak diduga, kalau di depannya disambut sebuah pukul
Akibatnya seluruh tubuhnya dari mulai dada ke bawah terangkat ke atas. Dan dengan posisi seperti itu, kedua tangannya menyampok bagian belakang kepala Begawan Tapa Pamungkas dari atas ke bawah.Wuuuttt.! Begawan Tapa Pamungkas terkejut bukan main melihat hal ini. Dikenali betul gerakan yang dilakukan gadis berpakaian serba putih ini. Itu adalah jurus 'Naga Emas Mengangkat Ekor', salah satu jurus dari ilmu 'Cakar Naga Emas'! Siapa lagi pemilik ilmu itu kalau bukan kakak seperguruannya, Nyi Naga Geni.Tetapi Bagawan Tapa Pamungkas tidak dapat berpikir lebih lama lagi. Serangan maut yang mengancam belakang kepalanya telah menyambar tiba. Maka cepat-cepat dielakkan serangan itu kalau tidak ingin mati konyol. Karena, untuk menangkis sudah tidak memungkinkan lagi.Cepat-cepat Begawan Tapa Pamungkas melompat ke depan, dari langsung bergulingan di tanah. Dan selamatlah dia dari serangan maut itu. Tetapi Bidadari Penyebar Maut yang hatinya tengah dilanda dendam membara,
Pada saat tangan orang itu mendorong tubuh Begawan Tapa Pamungkas, sosok bayangan merah keemasan itu membarengi dengan egosan tubuhnya, untuk mengelakkan serangan Larasati.Tapi terlambat! Kedua tangan gadis itu lebih dulu tiba.Bukkk...! Kedua tangan Larasati begitu telak menghantam tubuh sosok bayangan merah keemasan itu. Untungnya, karena si bayangan merah keemasan itu sempat mengegoskan tubuh, serangan itu menyimpang dari sasaran semula. Tidak mengenai dada, tapi mengenai bahunya.Meskipun demikian, akibat yang diderita si bayangan merah keemasan itu cukup dahsyat juga. Tubuhnya terlempar beberapa tombak, kemudian jatuh berdebuk di tanah, lalu terguling-guling.Gulingan itu baru berhenti ketika tubuh itu akhirnya membentur sebatang pohon."Jejaka...!" Jerit Begawan Tapa Pamungkas keras.Wajah kakek ini pucat pasi ketika mengenali sosok bayangan merah keemasan yang terguling-guling di tanah itu. Pakaian, rambut, dan terutama sekali serang
Gadis itu terpaku kaku di tempatnya. Bibirnya yang telah menggumamkan nama pemuda itu nampak menggigil keras. Ditatapnya tubuh pemuda itu yang diam tidak bergerak lagi. Kemudian dengan pandangan mata jijik ditatap kedua tangannya yang tadi menghantam tubuh pemuda itu.Beberapa saat lamanya Larasati terpaku. Kemudian sambil mengeluarkan isak tertahan dari kerongkongannya dia berlari meninggalkan tempat itu. Tidak dihiraukan air bening yang menggulir membasahi pipinya.Seorang wanita selengah baya berpakaian serba kuning, yang tiba di situ hampir berbarengan dengan kedatangan Jejaka, sempat melihat air mata yang bercucuran dari sepasang mata gadis itu.Tapi, segera hal itu terlupakan ketika melihat sosok tubuh Jejaka Emas yang terkapar tidak bergerak. Wanita itu adalah Nyi Sani.Jejaka memang sengaja mengajak neneknya ke tempat tinggal Kakek Begawan Tapa Pamungkas. Dia juga meminta agar neneknya bisa tinggal di situ Tapi siapa sangka di tengah perjalanan, p
"Bagaimana, Pamungkas?" Tanya Nyi Sani, menyebutkan nama asli Begawan Tapa Pamungkas."Bersyukurlah kepada Dewata, Nyi!" Hanya itu yang diucapkan Begawan Tapa Pamungkas."Jadi...?" Sebuah senyuman tersungging di wajah wanita tua yang sejak tadi cemas itu."Jejaka masih hidup... cucu kita ini takkan mudah mati" Lanjut kakek berkulit putih itu."Ahhh...!"Nyi Sani mendesah lega.-o0o-SEPEKAN lebih Jejaka alias si Jejaka Emas terkapar di pembaringan. Untungnya di saat-saat terakhir, masih sempat diegoskan tubuhnya, sehingga pukulan Larasati hanya bersarang di bahu. Tapi walaupun demikian, karena dashyatnya tenaga yang terkandung dalam serangan itu, tak urung luka dalamnya cukup parah.Padahal Jejaka telah mengerahkan tenaga dalam untuk melindungi tubuhnya. Pada hari ke delapan, Jejaka baru dijinkan Kakek Begawan Tapa Pamungkas meninggalkan pembaringan.Pemuda bermata biru ini merasa sekujur tubuhnya terasa le
"Gadis yang bernama Larasati itu adalah murid salah seorang yang hendak kau cari atas perintah Nyi Naga Geni!" Jelas Begawan Tapa Pamungkas."Ahhh...!" Jejaka Emas tersentak. Jejaka jadi merasa begitu bodoh."Jadi...?""Ya!" Selak Begawan Tapa Pamungkas."Larasati adalah satu-satunya kunci yang dapat menunjukkan kepadamu di mana dua orang pengkhianat itu!"Jejaka Emas mengangguk-anggukkan kepalanya."Satu yang perlu kau perhatikan, Jejaka," Sambung kakek itu lagi."Kau harus berhati-hati! Aku tidak bisa membayangkan sampai di mana kepandaian pengkhianat -pengkhianat itu. Bayangkan! Muridnya saja sampai selihai itu! Hhh...! Aku khawatir, pengkhianat-pengkhianat itu kini telah memiliki tingkat tenaga dalam yang sukar diukur tingginya!""Akan kuingat baik-baik nasihat Kakek. O ya, Kek. Aku ada suatu masalah yang ingin kutanyakan pada Kakek." Kemudian Jejaka menceritakan tentang Raksasa Kulit Baja yang memiliki kekebalan tubuh yang