"Aku tidak peduli orang macam apa ayahku! Yang kutahu, beliau telah dibunuh. Dan telah menjadi kewajibanku untuk membalaskan kematiannya. Pikirlah, Jejaka Emas! " Suara gadis itu kian pelan.
Dan Jejaka menangkap ada isak tertahan di dalamnya, sehingga membuat hatinya tersentuh. Bisa dimaklumi perasaan yang terkandung dalam hati gadis itu.
Hal ini membuatnya terdiam.
"Bersiaplah, Jejaka Emas," Tegas Larasati lagi. Kini suaranya sudah kembali terdengar seperti biasa. Dingin.
"Eh! Apa maksudmu, Nini?" Tanya Jejaka kaget.
"Tidak usah banyak cakap, Jejaka Emas! Aku harus membuat perhitungan padamu atas kematian ayahku! Bersiaplah, agar tidak mati percuma!"
"Tahan dulu, Nini!" Teriak pemuda ini mencegah.
Tetapi gadis itu tidak menghiraukannya. Pedang di tangan kanannya berkelebat menebas leher Jejaka. Suara berdesing nyaring mengawali tibanya serangan itu.
Buru-buru Jejaka melempar tubuhnya ke belakang.
Wut...! Tappp! Pedang L
Dalam pertarungannya melawan gadis ini, pemuda bermata biru ini hanya menggunakan jurus-jurus tingkat dasarnya saja. Rasanya, tidak tega jika menggunakan ilmu andalannya. Dalam waktu sebentar saja, mereka sudah bertarung lebih dari lima jurus.Larasati penasaran bukan main ketika menyadari tenaga dalam pemuda itu ternyata sepertinya semakin lama semakin kuat. Semula dengan tiga perempat dari tenaganya saja, pemuda itu sudah terhuyung. Tapi kini sampai mengeluarkan hampir seluruh tenaganya, pemuda itu mampu menangkisnya tanpa terhuyung.Kini gadis ini sadar kalau Jejaka Emas tadi tidak bersungguh-sungguh dalam menangkis serangannya. Hal ini membuat Bidadari Penyebar Maut yang memang mempunyai watak ganjil jadi tersinggung. Gadis ini merasa diremehkan. Dan sebagai akibatnya, kini dikerahkan seluruh kemampuan dalam serangan selanjutnya.Ilmu 'Cakar Naga Emas'-nya menyambar-nyambar buas ke arah Jejaka."Tahan...!" Jejaka Emas berseru keras sambil melentingkan
SEMENTARA Jejaka mengesampingkan masalah gadis cantik yang telah mencuri perhatiannya. Jejaka ingin mencari tahu dimana keberadaan neneknya. Dan kini pandangan mata Pemuda bermata biru itu terpaku pada sebuah bangunan yang dikelilingi tembok tinggi. Setelah cukup lama bersikap seperti itu, baru kemudian dihampirinya gerbang yang sudah tidak memiliki pintu lagi.Di ambang pintu itu, langkah kaki Jejaka terhenti. Pemuda ini lalu berjongkok, mengamat-amati kepingan-kepingan papan tebal yang berserakan di bawah kakinya.Pada tiap kepingan papan tebal itu tertera tulisan. Jejaka Emas lalu menyusun tiap kepingan papan bertulisan itu, dan benarlah dugaannya. Kepingan papan tebal itu memang mulanya adalah papan nama perguruan, yang kini sudah hancur berantakan."Perguruan Gorila Hitam," Gumam pemuda itu pelan. Perguruan itu memang didirikan Gonggola, yang sekarang tengah dicarinya. Pemuda itu datang ke sini dengan harapan ada berita mengenai tempat Iblis sesat itu mengasingkan diri.Dengan la
Dari situ Jejaka Emas mengintai ke arah suara langkah kaki tadi berasal. Tampaklah seorang laki-laki tengah melangkah keluar dari bangunan itu.Wajah maupun potongan tubuhnya tidak jelas, karena jarak yang cukup jauh. Kepala laki-laki itu nampak menoleh ke kanan dan ke kiri, seolah-olah ada sesuatu yang ditakutinya.Baru setelah itu, sosok tubuh itu melangkah ke luar dengan berindap-indap. Melihat tindak-tanduk orang itu, Jejaka menjadi curiga. Keadaan tempat itu sebenarnya sudah membuat orang berpikir kalau di situ tidak ada penghuninya.Kalau sosok tubuh itu tetap tinggal di situ, berarti ada satu dugaan. Dia sengaja bersembunyi di situ. Setelah sosok tubuh itu lenyap ditelan kejauhan, Jejaka melompat turun dari tempat persembunyiannya.Rasa ingin tahu memaksanya untuk menyelidiki ke dalam bangunan itu. Dengan sikap waspada, Jejaka melangkah masuk.Heran juga hatinya ketika melihat keadaan dalam bangunan itu. Begitu kotor, kumuh dan tak terurus. Debu dan sarang laba-laba berserakan
Aneh! Ataukah ada ruang rahasia di dalam bangunan besar ini? Pemuda bermata biru ini tahu bahwa akan memakan waktu yang sangat lama, kalau mencoba mencari ruang rahasia itu.Jalan yang paling mudah adalah menunggu lelaki tadi kembali, kemudian menguntitnya menuju ruang rahasia itu. Kalau memang benar ruang rahasia itu ada.Tanpa membuang-buang waktu lagi, Jejaka segera keluar dari gedung itu. Diintainya keadaan di depan sebelum dilangkahkan kakinya ke luar. Barangkali saja orang yang tadi diintainya telah kembali. Tapi di luar sepi. Bergegas pemuda ini kembali ke tempat persembunyiannya semula.Menunggu.Cukup lama juga pemuda bermata biru ini menunggu, sebelum akhirnya melihat orang itu di kejauhan. Kini nampak jelas, kalau kelakuan orang itu yang aneh. Sebelum melangkahkan kakinya memasuki pintu gerbang yang terdapat papan nama perguruan, orang itu menoleh ke kanan dan ke kiri dengan sikap penuh curiga.Baru setelah yakin tidak ada yang melihatnya, orang itu bergegas masuk ke dalam
"Barangkali saja hanya suara kucing melompat..." Dan seperti hendak membela Sentaka, terdengar suara mengeong lirih.Sebentar kemudian muncullah? seekor kucing, yang langsung berjalan mendekati kedua orang itu. Dengan sorot mata penuh kemenangan, Sentaka menatap wajah gurunya.Gonggola tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ditatapnya binatang itu sejenak, sebelum dilangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu. Jejaka menunggu sampai tubuh Gonggola lenyap di balik ruangan. Kemudian, dipmerah keemasantnya sebuah batu sebesar kacang kedelai dan dijentokkan ke arah Sentaka.Singgg .! Tukkk! Tubuh Sentaka mengejang ketika batu itu mengenai punggungnya. Tanpa sempat mengeluh lagi, si kumis tebal itu pingsan.Sebelum tubuh itu sempat jatuh ke tanah, pemuda bermata biru itu telah lebih dulu melesat untuk menyangga tubuh Sentaka yang hendak rubuh.Pelahan-lahan sekali, direbahkannya tubuh itu di tanah. Setelah itu dengan hati-hati, Jejaka melangkahkan kakinya menuju arah Gonggola tadi lenyap.Pemuda
Kedua tangannya dengan jari-jari terbuka berwarna merah, menyambar ganas ke arah ulu hati dan pusar Jejaka Emas. Seketika hawa panas berhembus keras sebelum serangan itu tiba. Jejaka mengelak dengan kecepatan gerak kilat dewatanya. Begitu cepatnya, sampai-sampai tubuh Jejaka seperti menghilang dihadapan Gonggola.Belum lagi hilang rasa terkejut iblis sesat, tubuh Jejaka Emas ini telah berada di belakang iblis itu. Dengan cepat pemuda bermata biru ini pun mengayunkan pukulannya menghantam punggung Gonggola.Gonggola terperanjat.Sungguh di luar dugaan kalau lawannya bisa berbuat seperti itu dalam tempo yang cepat! Tapi, Gonggola adalah seorang iblis yang telah kenyang pengalaman. Telah puluhan bahkan mungkin ratusan kali laki-laki kasar ini berhasil meloloskan diri dari ancaman maut.Maka, pada saat yang kritis itu pun ia masih sanggup menyelamatkan selembar nyawanya. Cepat dibanting tubuhnya ke tanah, dan hinggap dengan bertumpu pada kedua tangan dan ujun
Plakkk! Tubuh Iblis sesat itu terputar dan terpelanting. Sedangkan tubuh Jejaka sendiri terjajar satu langkah ke belakang.Gonggola meraung murka. Selama puluhan bahkan mungkin ratusan kali bertarung, baru kali ini sewaktu adu tenaga dalam, tubuhnya sampai terpelanting. Apalagi oleh seorang lawan yang masih sangat muda. Rasa penasarannya pun semakin memuncak.Sebagai akibatnya, serangan-serangannya seketika bertambah dahsyat! Iblis ini mengamuk membabi buta.Kedua tangannya yang berisi ilmu 'Tapak Bara', dan mengandung tenaga panas itu menyambar-nyambar ganas mencari sasaran. Tetapi yang dihadapi Gonggola kali ini adalah Jejaka Emas, pendekar muda yang akhir-akhir ini selalu bikin gempar dunia persilatan.Bagi pemuda bermata biru itu, hawa panas yang mengiringi setiap serangan Gonggola seperti tiupan angin sejuk. Karena, dia sendiri memiliki tenaga yang mengandung hawa panas. Bahkan jauh lebih dahsyat ketimbang hawa panas yang dimiliki iblis itu.D
Hawa di dalam ruangan ini terasa panas bukan main, dan terasa menyengat kulit. Sementara itu pertarungan antara kedua orang sakti itu berjalan sengit, dan terlihat seimbang. Tapi lewat enam puluh jurus, Gonggola mulai terdesak.Iblis Sesat ini memang kalah segala-galanya dibanding Jejaka Emas. Baik tenaga dalam, ilmu meringankan tubuh, maupun kalah dalam mutu ilmunya.Hanya berkat pengalaman bertarung saja yang membuat Jejaka agak mengalami sedikit kesulitan untuk mendesak laki-laki kasar itu.Keadaan sekitar arena pertempuran. itu sudah kacau-balau. Dinding ruangan itu tak henti-hentinya bergetar setiap kali Jejaka Emas atau Gonggola melepaskan pukulan. Dan setiap kali kedua tangan atau kaki mereka beradu, lantai dan dinding ruangan bergetar lebih kuat lagi.Pada jurus ke delapan puluh satu, Gonggola menggerakkan kaki kanannya menyapu kaki Jejaka.Wut...! "Hup...!"Jejaka Emas melompat ke belakang. Gonggola memang sudah menunggu saat ini. B