Dari situ Jejaka Emas mengintai ke arah suara langkah kaki tadi berasal. Tampaklah seorang laki-laki tengah melangkah keluar dari bangunan itu.Wajah maupun potongan tubuhnya tidak jelas, karena jarak yang cukup jauh. Kepala laki-laki itu nampak menoleh ke kanan dan ke kiri, seolah-olah ada sesuatu yang ditakutinya.Baru setelah itu, sosok tubuh itu melangkah ke luar dengan berindap-indap. Melihat tindak-tanduk orang itu, Jejaka menjadi curiga. Keadaan tempat itu sebenarnya sudah membuat orang berpikir kalau di situ tidak ada penghuninya.Kalau sosok tubuh itu tetap tinggal di situ, berarti ada satu dugaan. Dia sengaja bersembunyi di situ. Setelah sosok tubuh itu lenyap ditelan kejauhan, Jejaka melompat turun dari tempat persembunyiannya.Rasa ingin tahu memaksanya untuk menyelidiki ke dalam bangunan itu. Dengan sikap waspada, Jejaka melangkah masuk.Heran juga hatinya ketika melihat keadaan dalam bangunan itu. Begitu kotor, kumuh dan tak terurus. Debu dan sarang laba-laba berserakan
Aneh! Ataukah ada ruang rahasia di dalam bangunan besar ini? Pemuda bermata biru ini tahu bahwa akan memakan waktu yang sangat lama, kalau mencoba mencari ruang rahasia itu.Jalan yang paling mudah adalah menunggu lelaki tadi kembali, kemudian menguntitnya menuju ruang rahasia itu. Kalau memang benar ruang rahasia itu ada.Tanpa membuang-buang waktu lagi, Jejaka segera keluar dari gedung itu. Diintainya keadaan di depan sebelum dilangkahkan kakinya ke luar. Barangkali saja orang yang tadi diintainya telah kembali. Tapi di luar sepi. Bergegas pemuda ini kembali ke tempat persembunyiannya semula.Menunggu.Cukup lama juga pemuda bermata biru ini menunggu, sebelum akhirnya melihat orang itu di kejauhan. Kini nampak jelas, kalau kelakuan orang itu yang aneh. Sebelum melangkahkan kakinya memasuki pintu gerbang yang terdapat papan nama perguruan, orang itu menoleh ke kanan dan ke kiri dengan sikap penuh curiga.Baru setelah yakin tidak ada yang melihatnya, orang itu bergegas masuk ke dalam
"Barangkali saja hanya suara kucing melompat..." Dan seperti hendak membela Sentaka, terdengar suara mengeong lirih.Sebentar kemudian muncullah? seekor kucing, yang langsung berjalan mendekati kedua orang itu. Dengan sorot mata penuh kemenangan, Sentaka menatap wajah gurunya.Gonggola tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ditatapnya binatang itu sejenak, sebelum dilangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu. Jejaka menunggu sampai tubuh Gonggola lenyap di balik ruangan. Kemudian, dipmerah keemasantnya sebuah batu sebesar kacang kedelai dan dijentokkan ke arah Sentaka.Singgg .! Tukkk! Tubuh Sentaka mengejang ketika batu itu mengenai punggungnya. Tanpa sempat mengeluh lagi, si kumis tebal itu pingsan.Sebelum tubuh itu sempat jatuh ke tanah, pemuda bermata biru itu telah lebih dulu melesat untuk menyangga tubuh Sentaka yang hendak rubuh.Pelahan-lahan sekali, direbahkannya tubuh itu di tanah. Setelah itu dengan hati-hati, Jejaka melangkahkan kakinya menuju arah Gonggola tadi lenyap.Pemuda
Kedua tangannya dengan jari-jari terbuka berwarna merah, menyambar ganas ke arah ulu hati dan pusar Jejaka Emas. Seketika hawa panas berhembus keras sebelum serangan itu tiba. Jejaka mengelak dengan kecepatan gerak kilat dewatanya. Begitu cepatnya, sampai-sampai tubuh Jejaka seperti menghilang dihadapan Gonggola.Belum lagi hilang rasa terkejut iblis sesat, tubuh Jejaka Emas ini telah berada di belakang iblis itu. Dengan cepat pemuda bermata biru ini pun mengayunkan pukulannya menghantam punggung Gonggola.Gonggola terperanjat.Sungguh di luar dugaan kalau lawannya bisa berbuat seperti itu dalam tempo yang cepat! Tapi, Gonggola adalah seorang iblis yang telah kenyang pengalaman. Telah puluhan bahkan mungkin ratusan kali laki-laki kasar ini berhasil meloloskan diri dari ancaman maut.Maka, pada saat yang kritis itu pun ia masih sanggup menyelamatkan selembar nyawanya. Cepat dibanting tubuhnya ke tanah, dan hinggap dengan bertumpu pada kedua tangan dan ujun
Plakkk! Tubuh Iblis sesat itu terputar dan terpelanting. Sedangkan tubuh Jejaka sendiri terjajar satu langkah ke belakang.Gonggola meraung murka. Selama puluhan bahkan mungkin ratusan kali bertarung, baru kali ini sewaktu adu tenaga dalam, tubuhnya sampai terpelanting. Apalagi oleh seorang lawan yang masih sangat muda. Rasa penasarannya pun semakin memuncak.Sebagai akibatnya, serangan-serangannya seketika bertambah dahsyat! Iblis ini mengamuk membabi buta.Kedua tangannya yang berisi ilmu 'Tapak Bara', dan mengandung tenaga panas itu menyambar-nyambar ganas mencari sasaran. Tetapi yang dihadapi Gonggola kali ini adalah Jejaka Emas, pendekar muda yang akhir-akhir ini selalu bikin gempar dunia persilatan.Bagi pemuda bermata biru itu, hawa panas yang mengiringi setiap serangan Gonggola seperti tiupan angin sejuk. Karena, dia sendiri memiliki tenaga yang mengandung hawa panas. Bahkan jauh lebih dahsyat ketimbang hawa panas yang dimiliki iblis itu.D
Hawa di dalam ruangan ini terasa panas bukan main, dan terasa menyengat kulit. Sementara itu pertarungan antara kedua orang sakti itu berjalan sengit, dan terlihat seimbang. Tapi lewat enam puluh jurus, Gonggola mulai terdesak.Iblis Sesat ini memang kalah segala-galanya dibanding Jejaka Emas. Baik tenaga dalam, ilmu meringankan tubuh, maupun kalah dalam mutu ilmunya.Hanya berkat pengalaman bertarung saja yang membuat Jejaka agak mengalami sedikit kesulitan untuk mendesak laki-laki kasar itu.Keadaan sekitar arena pertempuran. itu sudah kacau-balau. Dinding ruangan itu tak henti-hentinya bergetar setiap kali Jejaka Emas atau Gonggola melepaskan pukulan. Dan setiap kali kedua tangan atau kaki mereka beradu, lantai dan dinding ruangan bergetar lebih kuat lagi.Pada jurus ke delapan puluh satu, Gonggola menggerakkan kaki kanannya menyapu kaki Jejaka.Wut...! "Hup...!"Jejaka Emas melompat ke belakang. Gonggola memang sudah menunggu saat ini. B
Tangan pemuda yang memeluk kedua kaki wanita itu menegang seketika. Didongakkan kepalanya dan ditatapnya wajah neneknya dengan pandangan sedih."Ada apa, Jejaka? Katakan, apa yang terjadi terhadap ayah dan ibumu?" Desak wanita berpakaian kuning itu dengan perasaan tidak enak.Dari sikap yang diperlihatkan cucunya, wanita itu merasa ada sesuatu yang tidak menyenangkan. Hatinya kini dalam perasaan yang tidak menentu.Pelahan-lahan Jejaka bangkit dari berlututnya. Sambil menundukkan kepala, karena tak ingin melihat kekecewaan dan kesedihan yang akan dialami neneknya, pemuda itu menatap tanah di ujung kaki neneknya."Ayah dan ibu sudah pergi, Nek...""Apa katamu, Jejaka?"Walau sudah dapat menduga, tak urung berita yang didengar dari mulut cucunya ini membuatnya kaget bukan kepalang. Tanpa sadar dicengkeram kedua bahu Jejaka dan diguncang-guncangnya."Ayah dan ibumu tewas? Siapa yang membunuhnya, Jejaka?"“Bukan tewas nek&rdq
"Haaat...! Hiyaaa...!"Wut! Brakkk...! Teriakan-teriakan melengking tinggi, diselingi angin menderu-deru keras, terdengar dari dalam sebuah hutan. Itu pun masih ditingkahi suara bergemuruh, Semua itu ternyata berasal dari tindakan seraut wajah cantik.Usianya sekitar sembilan belas tahun, dan berpakaian serba putih. Rambutnya panjang terurai, hampir mencapai pinggang. Siapa lagi kalau bukan Larasati.Gadis ini rupanya sedang marah. Di dalam hutan ini, kekesalan hatinya dilampiaskan pada pepohonan dan semak-semak belukar."Mampus kau, pemuda sombong!" Teriak gadis itu keras. Tangan kanannya dengan jurus 'Naga Emas Membuang Mustika' didorongkan ke depan.Wuuusss...! Angin keras berhembus keluar dari tangan yang mendorong itu.Desiran angin itu terus melesat ke depan dan menghantam sebatang pohon sebesar dua pelukan tangan orang dewasa.Brakkk...! Pohon itu hancur berkeping-keping menimbulkan suara bergemuruh dahsyat!"Hhh...!" La
Klanggg...!"Hugh...!?"Tubuh Jejaka Emas terjengkang ke belakang beberapa tombak jauhnya. Selintas tadi terlihat Algojo Hijau menempelkan kedua tapak tangannya di punggung Ratu Bulan, begitu Jejaka memapak serangan tusukan tombak berujung bulan sabit. Melihat hal ini Jejaka Emas terperanjat. Dia tahu kalau kakek berkepala gundul itu tengah menyalurkan tenaga dalam. Tenaganya disatukan dengan tenaga nenek itu, lalu bersama-sama menghadapi tenaga Jejaka.Tak pelak lagi, perpaduan dua tenaga dalam dahsyat itu tidak dapat ditahan Jejaka Emas. Untung saja beradunya tenaga dalam tadi terjadi secara tidak langsung melainkan melalui perantara. Sehingga akibatnya tidak terlalu berarti bagi Jejaka Emas. Pemuda berpakaian merah keemasan ini hanya merasa sedikit sesak pada dadanya.Dengan bantuan gelang dewanya, gerakan sesulit apa pun akan sama seperti gerakan biasa. Sehingga walaupun Jejaka berada dalam keadaan kritis, dan serangan Ratu Bulan kembali menyambar cep
Sekali mengelak, Jejaka Emas telah berada di belakang Ratu Bulan. Tapi sebelum pemuda itu sempat melepaskan serangan, Algojo Hijau telah terlebih dulu menyerangnya. Terpaksa Jejaka mengurungkan niat untuk menyerang Ratu Bulan. Dan dengan cepat pula dielakkannya serangan kakek itu. Dan belum juga sempat membalas, kembali serangan Ratu Bulan telah mengancam. Tentu saja hal ini membuat Jejaka Emas kewalahan menghadapi hujan serangan dahsyat yang saling susul.Tak tanggung-tanggung, Jejakapun langsung menggunakan jurus-jurus gelang dewanya untuk menyerang lawannya. Tapi rupanya kedua lawannya sangat tangguh, sehingga dalam beberapa gebrak kemudian, ketiga orang ini pun sudah terlibat sebuah pertarungan berat sebelah. Jejaka Emas terus-menerus didesak lawannya, tanpa mampu balas menyerang.Untunglah pemuda bermata biru ini memiliki jurus 'Naga Pamungkas' yang sangat aneh sehingga dapat mengelakkan serangan yang bagaimanapun sulitnya. Dan berkat jurus inilah Jejaka Emas mamp
Algojo Hijau manggut-manggut."Bisa kuterima alasanmu, Jejaka Emas""Terima kasih, Kek!""Jangan'terburu-buru berterima kasih, Jejaka Emas!" sergah Ratu Bulan cepat. "Urusan kami denganmu kini tidak hanya satu macam!" Jejaka mengerutkan keningnya."Apa maksudmu, Nek?""Tidak usah berpura-pura, Jejaka Emas!Bukankah kau yang telah membunuh majikan kami!”"Membunuh majikan kalian"! Aneh"! Kalau boleh kutahu, siapa majikan kalian?" tanya Jejaka. Kerut pada dahinya pun semakin dalam."Seorang pemuda bersenjata sepasang kapak warna perak mengkilat!""Dia majikan kalian?" tanya Jejaka Emas Nada suaranya mengandung keheranan yang besar. "Ya! Karena begitulah bunyi perjanjian antara kami dengannya!" selak Algojo Hijau. "Kami bertemu dan bertempur. Dengan licik dia memancing kami ke dalam suatu perjanjian. Yaitu, apabila dalam tiga puluh jurus kami tidak berhasil merobohkannya, dia akan menjadi majikan kami! Jadi, terpaksa
Tapi untuk yang kesekian kalinya, dengan mempergunakan jurus 'Naga Pamungkas' Jejaka berusaha menghindarinya. Dan tahu-tahu tubuh Jejaka telah berada di belakang Darba. Sebelum pemuda berbaju coklat itu sadar, Jejaka sudah melancarkan serangan baliknya.Wuuut..! Hantaman tangan Jejaka melayang ke arah kepala Darba. Murid Ki Jatayu ini terperanjat kaget Maka sedapat dapatnya dirundukkan kepalanya untuk menghindari sambaran tangan lawan.Wusss...! Usaha untung-untungannya berhasil juga. Tangan itu lewat di atas kepalanya. Tapi, Jejaka tidak tinggal diam. Segera dilancarkan serangan susulan.Bukkk...!"Huakkk...!"Telak sekali pukulan tangan kiri Jejaka Emas mendarat di punggung Darba. Keras bukan main, sehingga tubuh pemuda itu terjerembab ke depan.Cairan merah kental terlontar keluar dari mulutnya. Jelas pemuda berbaju coklat itu terluka dalam!Namun kekuatan tubuh murid Ki Jatayu ini memang patut dipuji. Sekalipun sudah terluka parah
Jejaka terpaku sesaat. Tapi tak lama kemudian amarahnya melonjak."Hiyaaa...!"Sambil berteriak melengking nyaring memekakkan telinga, Jejaka Emas menerjang Darba.Wut...! Ketika serangan gelang dewa Jejaka Emas terayun deras ke arah kepala Darba, pemuda berbaju coklat itu menarik kepalanya ke belakang tanpa menarik kakinya.Wusss...! Gelang dewa itu meluncur deras beberapa rambut di depan wajah Darba. Begitu kerasnya tenaga yang terkandung dalam serangan itu, sehingga rambut berikut seluruh pakaian Darba berkibar keras. Dan cepat-cepat pemuda berbaju coklat itu memberi serangan balasan yang tidak kalah berbahayanya.Wuuut...! Cepat bagai kilat kakinya melesat ke arah dada Jejaka Emas. Sadar akan bahaya besar mengancam, Jejaka segera menangkis serangan itu dengan tangan kirinya disertai tetakan ke bawah.Takkk...! Tubuh Darba melintir. Memang bila dibanding Jejaka Emas, posisi pemuda berbaju coklat itu lebih tidak menguntungkan.Namun
Sementara itu pertarungan antara Cakar Garuda menghadapi pengeroyokan anak buah Darba, berlangsung tidak seimbang. Kepandaian Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas itu, memang terlalu tangguh untuk para pengeroyoknya. Setiap kali besi berbentuk cakar di tangannya bergerak, setiap kali pula ada satu nyawa melayang. Jerit kematian terdengar saling susul."Aaa...!"Pekik nyaring melengking panjang, mengiringi rubuhnya orang terakhir para pengeroyok itu. Cakar Garuda memandangi tubuh-tubuh yang terkapar itu sejenak, baru kemudian beralih pada pertarungan antara Jejaka Emas menghadapi Darba. Terdengar suara bergemeletuk dari gigi-gigi Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas ini. Amarahnya langsung bangkit ketika melihat orang yang dicari-carinya, karena telah membasmi perguruannya."Hiyaaa...!"Diiringi pekik kemarahan laksana binatang terluka, Cakar Garuda melompat menerjang Darba, ketika pemuda itu tengah melentingkan tubuhnya ke belakang untuk menghindari serangan Je
Bergegas Jejaka berlari menghampiri. Sesaat kemudian Jejaka Emas telah berada dalam jarak tiga tombak dari arena pertempuran. Dari sini dapat terlihat jelas, siapa orang yang tengah dikeroyok itu. Dan ini membuat pemuda berbaju merah keemasan ini menjadi agak terkejut.Orang yang tengah dikeroyok itu berusia sekitar empat puluh tahun. Tubuhnya tegap dan kekar. Pada baju hitam bagian dada sebelah kiri terdapat sulaman cakar burung garuda dari benang emas. Di tangannya tergenggam sebuah baja hitam berbentuk cakar baja hitam dikibas-kibaskan dengan ganas. Ke mana saja cakar baja hitam bergerak, di situ pasti ada sesosok tubuh yang rubuh."Cakar Garuda...," desah Jejaka.Tapi pemuda ini tidak bisa berlama-lama mengamati pertarungan. Ternyata Darba yang memang ada di situ dan tengah dicarinya, bergerak menghampiri."Heh"! Kau lagi, Jejaka Emas" Rupanya kau tidak kapok juga. Atau, kali ini bersama-sama temanmu akan mengeroyokku?" ejek Darba memanas-manasi. Sepa
Seketika berubah wajah Jejaka."Maksud, Kakek?" tanya Jejaka Emas.Wajah Algojo Hijau berubah serius."Sejak puluhan tahun yang lalu, kami adalah sepasang tokoh yang tidak terkalahkan. Kami pun gemar bertanding, sehingga tak terhitung lawan yang rubuh di tangan kami. Sampai akhirnya, kami bertemu dengan Begawan Tapa Pamungkas. Melalui suatu pertarungan yang sengit, kami berhasil dikalahkannya. Tentu saja hal ini membuat penasaran, di samping malu yang besar. Maka kami katakan padanya, bahwa sepuluh tahun lagi kami akan datang menantang untuk menentukan siapa yang lebih unggul. Tapi rupanya kami sedang sial, karena lagi-lagi berhasil dikalahkan gurumu. Semenjak itu kami pun kembali giat berlatih, memperdalam ilmu-ilmu kesaktian. Tapi siapa sangka, di waktu kami telah merasa yakin akan dapat mengalahkannya, Begawan Tapa Pamungkas telah lebih dulu pergi ke alam baka. Siapa yang tidak kesal. Untunglah ada dirimu yang menjadi muridnya. Tapi tentu saja kau akan kami b
Nenek berpakaian putih itu menganggukkan kepalanya. "Aku juga tahu. Kalau tidak salah, pemuda itu berjuluk Jejaka Emas!"“Tepat” Ratu Bulan termenung."Dan ciri-ciri Jejaka Emas mirip pemuda ini!" sambung Algojo Hijau lagi."Ahhh...! Kau benar!" nenek tinggi kurus ini mulai teringat. Sementara itu, Jejaka juga terkejut melihat nenek berpakaian serba putih itu. Kelihaian nenek ini sudah dirasakannya. Sekarang dia datang berdua dengan kawannya yang sekali lihat saja diketahui kalau kepandaiannya tidak rendah.Larasati memegang pundak Jejaka dengan lembut agar Jejaka bisa meredam amarahnya. Jejaka sekarang tengah dilanda kemarahan yang meluap-luap. Tapi, tentu saja sebagai seorang pendekar menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, pemuda ini tidak meluapkan amarahnya secara sembarangan. Maka Jejaka yang memang tidak ingin mencari permusuhan, mencoba bersikap tenang. Ditunggu bagaimana tindakan Ratu Bulan terhadapnya. Jelas terlihat kalau nenek it