"Barangkali saja hanya suara kucing melompat..." Dan seperti hendak membela Sentaka, terdengar suara mengeong lirih.Sebentar kemudian muncullah? seekor kucing, yang langsung berjalan mendekati kedua orang itu. Dengan sorot mata penuh kemenangan, Sentaka menatap wajah gurunya.Gonggola tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ditatapnya binatang itu sejenak, sebelum dilangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu. Jejaka menunggu sampai tubuh Gonggola lenyap di balik ruangan. Kemudian, dipmerah keemasantnya sebuah batu sebesar kacang kedelai dan dijentokkan ke arah Sentaka.Singgg .! Tukkk! Tubuh Sentaka mengejang ketika batu itu mengenai punggungnya. Tanpa sempat mengeluh lagi, si kumis tebal itu pingsan.Sebelum tubuh itu sempat jatuh ke tanah, pemuda bermata biru itu telah lebih dulu melesat untuk menyangga tubuh Sentaka yang hendak rubuh.Pelahan-lahan sekali, direbahkannya tubuh itu di tanah. Setelah itu dengan hati-hati, Jejaka melangkahkan kakinya menuju arah Gonggola tadi lenyap.Pemuda
Kedua tangannya dengan jari-jari terbuka berwarna merah, menyambar ganas ke arah ulu hati dan pusar Jejaka Emas. Seketika hawa panas berhembus keras sebelum serangan itu tiba. Jejaka mengelak dengan kecepatan gerak kilat dewatanya. Begitu cepatnya, sampai-sampai tubuh Jejaka seperti menghilang dihadapan Gonggola.Belum lagi hilang rasa terkejut iblis sesat, tubuh Jejaka Emas ini telah berada di belakang iblis itu. Dengan cepat pemuda bermata biru ini pun mengayunkan pukulannya menghantam punggung Gonggola.Gonggola terperanjat.Sungguh di luar dugaan kalau lawannya bisa berbuat seperti itu dalam tempo yang cepat! Tapi, Gonggola adalah seorang iblis yang telah kenyang pengalaman. Telah puluhan bahkan mungkin ratusan kali laki-laki kasar ini berhasil meloloskan diri dari ancaman maut.Maka, pada saat yang kritis itu pun ia masih sanggup menyelamatkan selembar nyawanya. Cepat dibanting tubuhnya ke tanah, dan hinggap dengan bertumpu pada kedua tangan dan ujun
Plakkk! Tubuh Iblis sesat itu terputar dan terpelanting. Sedangkan tubuh Jejaka sendiri terjajar satu langkah ke belakang.Gonggola meraung murka. Selama puluhan bahkan mungkin ratusan kali bertarung, baru kali ini sewaktu adu tenaga dalam, tubuhnya sampai terpelanting. Apalagi oleh seorang lawan yang masih sangat muda. Rasa penasarannya pun semakin memuncak.Sebagai akibatnya, serangan-serangannya seketika bertambah dahsyat! Iblis ini mengamuk membabi buta.Kedua tangannya yang berisi ilmu 'Tapak Bara', dan mengandung tenaga panas itu menyambar-nyambar ganas mencari sasaran. Tetapi yang dihadapi Gonggola kali ini adalah Jejaka Emas, pendekar muda yang akhir-akhir ini selalu bikin gempar dunia persilatan.Bagi pemuda bermata biru itu, hawa panas yang mengiringi setiap serangan Gonggola seperti tiupan angin sejuk. Karena, dia sendiri memiliki tenaga yang mengandung hawa panas. Bahkan jauh lebih dahsyat ketimbang hawa panas yang dimiliki iblis itu.D
Hawa di dalam ruangan ini terasa panas bukan main, dan terasa menyengat kulit. Sementara itu pertarungan antara kedua orang sakti itu berjalan sengit, dan terlihat seimbang. Tapi lewat enam puluh jurus, Gonggola mulai terdesak.Iblis Sesat ini memang kalah segala-galanya dibanding Jejaka Emas. Baik tenaga dalam, ilmu meringankan tubuh, maupun kalah dalam mutu ilmunya.Hanya berkat pengalaman bertarung saja yang membuat Jejaka agak mengalami sedikit kesulitan untuk mendesak laki-laki kasar itu.Keadaan sekitar arena pertempuran. itu sudah kacau-balau. Dinding ruangan itu tak henti-hentinya bergetar setiap kali Jejaka Emas atau Gonggola melepaskan pukulan. Dan setiap kali kedua tangan atau kaki mereka beradu, lantai dan dinding ruangan bergetar lebih kuat lagi.Pada jurus ke delapan puluh satu, Gonggola menggerakkan kaki kanannya menyapu kaki Jejaka.Wut...! "Hup...!"Jejaka Emas melompat ke belakang. Gonggola memang sudah menunggu saat ini. B
Tangan pemuda yang memeluk kedua kaki wanita itu menegang seketika. Didongakkan kepalanya dan ditatapnya wajah neneknya dengan pandangan sedih."Ada apa, Jejaka? Katakan, apa yang terjadi terhadap ayah dan ibumu?" Desak wanita berpakaian kuning itu dengan perasaan tidak enak.Dari sikap yang diperlihatkan cucunya, wanita itu merasa ada sesuatu yang tidak menyenangkan. Hatinya kini dalam perasaan yang tidak menentu.Pelahan-lahan Jejaka bangkit dari berlututnya. Sambil menundukkan kepala, karena tak ingin melihat kekecewaan dan kesedihan yang akan dialami neneknya, pemuda itu menatap tanah di ujung kaki neneknya."Ayah dan ibu sudah pergi, Nek...""Apa katamu, Jejaka?"Walau sudah dapat menduga, tak urung berita yang didengar dari mulut cucunya ini membuatnya kaget bukan kepalang. Tanpa sadar dicengkeram kedua bahu Jejaka dan diguncang-guncangnya."Ayah dan ibumu tewas? Siapa yang membunuhnya, Jejaka?"“Bukan tewas nek&rdq
"Haaat...! Hiyaaa...!"Wut! Brakkk...! Teriakan-teriakan melengking tinggi, diselingi angin menderu-deru keras, terdengar dari dalam sebuah hutan. Itu pun masih ditingkahi suara bergemuruh, Semua itu ternyata berasal dari tindakan seraut wajah cantik.Usianya sekitar sembilan belas tahun, dan berpakaian serba putih. Rambutnya panjang terurai, hampir mencapai pinggang. Siapa lagi kalau bukan Larasati.Gadis ini rupanya sedang marah. Di dalam hutan ini, kekesalan hatinya dilampiaskan pada pepohonan dan semak-semak belukar."Mampus kau, pemuda sombong!" Teriak gadis itu keras. Tangan kanannya dengan jurus 'Naga Emas Membuang Mustika' didorongkan ke depan.Wuuusss...! Angin keras berhembus keluar dari tangan yang mendorong itu.Desiran angin itu terus melesat ke depan dan menghantam sebatang pohon sebesar dua pelukan tangan orang dewasa.Brakkk...! Pohon itu hancur berkeping-keping menimbulkan suara bergemuruh dahsyat!"Hhh...!" La
Dipandangi keadaan sekelilingnya. Pohon-pohon bertumbangan, semak-semak yang centang perenang, dan tanah yang terbongkar di sana sini."Semua ini gara-gara Jejaka Emas!" Sangkal gadis itu membela diri, dalam hati. Dengan punggung tangan, disusuti peluh yang membasahi dahi dan lehernya yang mulus. Kemudian dihampirinya sebatang pohon, lalu direbahkan tubuhnya di situ untuk beristirahat.Setelah cukup lama berbaring seperti itu, Larasati beranjak bangkit. Kemudian sekali menggerakkan kaki, tubuhnya sudah melesat dari situ. Dalam sekejap saja tubuhnya sudah lenyap bagai ditelan bumi.Tubuh Larasati berkelebatan cepat.Kini tinggal satu lagi tujuannya. Menuju tempat Begawan Tapa Pamungkas! Dari berita yang didapat, dia tahu kalau tanpa bantuan Begawan Tapa Pamungkas itu, ayahnya tidak akan bisa dikalahkan lawan-lawannya. Jadi, bila dihitung-hitung, kakek itulah yang menjadi penyebab utama ayahnya tewas.Kalau saja gadis berpakaian serba putih ini menca
Seketika Larasati menahan langkahnya. Gerakan sosok bayangan putih itu cepat bukan main. Sampai-sampai tercekat hati gadis ini melihatnya. Kecurigaannyapun mendadak timbul.Sosok bayangan putih ini ternyata datang dari arah tempat tinggal Begawan Tapa Pamungkas. Bukan tidak mungkin kalau justru sosok bayangan putih itu adalah orang yang dicari-carinya.Berpikiran demikian, Larasati bergegas menghadang jalan sosok bayangan putih itu."Kisanak yang di depan, pelahan dulu!" Seru Larasati keras dan tegas.Berbareng dengan itu kedua tangannya didorongkan ke depan, mengirimkan sebuah serangan jarak jauh. Larasati yang berjuluk Bidadari Penyebar Maut memang berwatak telengas. Langsung saja mengerahkan seluruh tenaga dalam serangannya itu.Wuuuttt...! Angin menderu keras keluar dari sepasang tangan yang mendorong itu. Seketika terdengar seruan kaget dari sosok bayangan putih di depan.Sama sekali tidak diduga, kalau di depannya disambut sebuah pukul