"Kang... Apakah Kakang ... mau menikah denganku ... ?" tanya Ningrum malam itu, saat dirinya tengah bermanja dipangkuan Jejaka. Jejaka sendiri tampak bersandar ranjang batu beralaskan tikar yang terbuat dari daun kelapa.
Mendengar perkataan Ningrum, Jejaka terdiam. Lalu ditatapnya raut wajah jelita yang ada dipangkuannya itu. Sejak tadi, Jejaka memang sibuk membelai-belai wajah cantik jelita Ningrum. Sehingga saat Ningrum menanyakan hal itu, Jejaka menghentikan kegiatannya itu.
Menikah. Tentu kata itu masih jauh dari pikiran Jejaka, tapi melihat tatapan Ningrum kepadanya dengan penuh harap, membuat Jejaka tak enak hati. Tak ingin mengecewakan gadis cantik jelita yang ada dihadapannya itu. Tapi Jejaka juga memikirkan tentang pernikahan di usia muda, menikah bukan urusan gampang. Tapi perlu pemikiran yang matang dan sangat panjang.
“Jika memang kakang tak ingin, aku takkan memaksa” kata Ningrum dengan suara berat. Gadis itu bangkit dan berniat untuk be
“Dewa Abadi yang memberikan petunjuk dalam mimpiku kakang” jelas Ningrum.Jejaka kemudian membuka kotak besi hitam itu, didalamnya berisi 2 kitab bersampul merah muda. Kitab yang satu diatasnya tertulis ‘KITAB JARI SUCI’, sedangkan kitab yang satunya lagi tertulis ‘ASMARA KAMA SUTRA’.Jejaka mengambil kitab yang tertulis ‘Kitab Jari Suci’, lalu membuka lembaran demi lembaran dihadapan mereka berdua. Ternyata isinya adalah pelajaran tentang ilmu kanuragan yang lebih mengutamakan pada gerakan tangan, seperti gerakan sentilan, mencakar, menotok dan menampar.“Ini adalah jurus yang sering dipergunakan oleh Dewa Abadi sewaktu menghadapi musuh-musuhnya” kata Jejaka saat teringat akan pertarungan Dewa Abadi menghadapi lawan-lawannya. “Kau bisa mempelajari jurus ‘Jari Suci’ ini Ningrum, untuk melengkapi ilmu sukma abadi yang kau miliki” kata Jejaka, Ningrum mengangguk mantap.&ldq
Di pagi itu, Ningrum berenang di kolam Bawah Tanah yang jernih, begitu jernihnya hingga ia benar-benar bisa merasakan bagaimana berenang bersebelahan dengan ikan-ikan aneka warna. Ada kalanya gadis itu menyelam dan tinggal di dalam air selama mungkin bersama ikan dan jernihnya air. Aneh juga, ia bisa berlama-lama di dalam air, tidak seperti waktu dulu ia bertanding dengan Jejaka. Tentu saja, Ningrum berenang telanjang bulat di kolam itu. Tanpa sehelai benang pun di tubuhnya yang mulus, gadis itu bagai seekor ikan cantik yang sedang bercanda bersama alam. Air bening tak mampu menyembunyikan kemolekan dari tubuh seorang gadis muda yang penuh gejolak gairah. Gerakan tangan dan kaki yang gemulai bagai seorang bidadari turun dari khayangan, menambah pesona keindahan menjadi lebih nyata, lebih hidup. Bahkan ikan-ikan pun tampak senang berenang dekat-dekat kulit mulus berkilauan tertimpa pantulan sang mentari. Ikan warna-warni berenang mengikuti ke mana pun gadis itu bergerak.Ningrum
Jejaka dan Ningrum saling berpacu siapa yang paling cepat diantara mereka berdua. Tanpa perlu tempo lama, pasangan muda mudi tersebut sudah sampai di depan pintu gerbang sebuah perguruan silat dalam waktu yang bersamaan.Perguruan Bambu Wulung!“Aku kalah, Ningrum!""Tidak, Kakang! Aku yang kalah!"“Aku yang kalah!"“Aku!" Ningrum ngotot.“Iya deh, iya ... " akhirnya Jejaka mengalah juga.Dengan senyum manis, Ningrum langsung merangkul Jejaka, "Kenapa Kakang Jejaka selalu mengalah jika kita adu debat?""Sebab ... kalau aku yang menang, toh pada akhirnya aku yang rugi sendiri ... " sungut si Jejaka sambil memencet hidung Ningrum."Rugi?""Rugi besar malah!""Kok bisa!?""Rugi karena tidak dapat jatah!" ucap Jejaka sambil membuai mesra rambut panjang Ningrum."Dasar buaya darat!" kata Ningrum sambil mencubit mesra pinggang Jejaka. Jejaka hanya tertawa kecil saja.T
Rangga Wulung sendiri sudah merasa putus asa melihat penderitaan batin istrinya, terlebih lagi pada kehamilan istrinya yang pertama sempat mengalami keguguran, membuatnya semakin mengkhawatirkan kondisi kesehatan istrinya yang semakin lama semakin menurun. Segala macam bujukan sudah ia gunakan, tapi membuat niat Nilasari tidak pudar sedikit pun. Namun sebagai suami yang bijak, Rangga Wulung maklum dengan apa yang dialami Nilasari tercinta. Untunglah ia memiliki murid-murid yang pengertian, selalu memberi dorongan dan semangat pantang menyerah pada guru mereka agar lebih sabar dan tabah menerima cobaan kali ini. Hingga pada hari ini, tepat dua tahun sejak Ningrum menghilang, saat ia sudah berada dalam ambang batas keputusasaan, Nilasari justru bertemu kembali dengan adiknya."Ningrum ... "Hanya itu suara yang terdengar, selebihnya adalah deraian air mata dan isak tangis membuncah, menggelegak bagai air mendidih di dalam kuali dan kini ... sebuah penyaluran terhadap ket
Bagai tersadar dari mimpi buruk, Nila melepas pelukan pada adiknya. Dengan tangan gemetar, Nilasari meraba wajah sang adik dengan kelembutan."Kau ... kau benar-benar Ningrum?" tanya Nilasari penuh harap."Benar, Kangmbok! Ini aku ... Ningrum!" kata Ningrum dengan haru."Kau benar-benar adikku?" Gadis berbaju kuning gading hanya mengangguk pasti."Kau semakin cantik saja, Ningrum, "Terlihat pancaran kebahagiaan di dalam mata indah Nilasari. Rangga Wulung hanya tersenyum haru, "Benar istriku! Adikmu yang bengal telah kembali!"Drama pertemuan di depan pintu gerbang sedikit terpecah oleh suara Jejaka."Nimas Nila, apa kita perlu berdiri seharian di tempat ini?" Bagai tersadar untuk kedua kalinya, Nilasari memandang ke arah pemuda tampan yang ada dibelakang Ningrum.Ningrum seakan baru tersadar dengan keberadaan Jejaka yang ada bersamanya.“Oh ya kangmbok, perkenalkan ini kang Jejaka, suamiku”Wajah Jejaka
Lagi-lagi Bajing Ireng berteriak lantang. Kali ini suaranya diwarnai tekanan-tekanan marah memuncak Dan tak lama kemudian….“Ada apa, Tua Bangka Bajing Ireng?” tiba-tiba terdengar sahutan berwibawa yang amat dekat dengan mereka. Namun, sesungguhnya asal suara itu sendiri amat jauh dari atas pegunungan. Sungguh suatu pengiriman suara dengan tingkat tenaga dalam mempesona. Bahkan hanya bisa dilakukan oleh segelintir tokoh persilatan bertenaga dalam sangat tinggi. Dan salah satunya adala Ki Ageng Buana atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pendekar Kilat Buana!“Jangan coba menyebutku tua bangka lagi! Dan jangan main sembunyi-sembunyi seperti ini, Peot!” dengus Bajing Ireng.“Ha ha ha..! Apa dipikir kau masih muda, Bajing Ireng? Jangan lupa, kau adalah salah satu orang tua yang tak tahu diri di dunia ini. Lantas, kenapa tidak mau menerima kenyataan? Takut tidak bisa ‘menggarap’ perawan lagi, sehingga merasa perlu me
HIAAAT!Keheningan kontan pecah oleh teriakan menusuk angkasa. Bajing Ireng segera memulai pertempuran dengan satu serangan mengerikan. Tangannya yang telah terisi tenaga dalam, menebas bagian leher Ki Ageng Buana. Suatu serangan menggeledek, sehingga menimbulkan bunyi yang mendirikan bulu roma.Singngng…!Ki Ageng Buana yang telah waspada sejak tadi, sedikit menggeser tubuhnya ke kiri, menghindari tebasan tangan Bajing Ireng. Sehingga serangan tangan yang terbuka milik Bajing Ireng hanya lewat sejengkal dari lehernya Namun tak urung, Ki Ageng Buana bisa merasakan pedih akibat angin pukulan tadi.Serangan berikutnya menderu lebih ganas. Sebelah kaki Bajing Ireng bagai memiliki mata, mengejar ke mana saja Ki Ageng Buana bergerak. Bahkan serangan-serangannya selalu mengarah pada bagian-bagian yang mematikan!Ki Ageng Buana sama sekali belum balas menyerang Dengan agak kewalahan, dia berusaha mengelak dan menangkis. Sungguh, Ki Ageng Buana tidak menyangka kalau kepandaian Bajing Ireng ma
Sampai suatu saat, Ki Ageng Buana melancarkan serangan pukulan ke dada kiri Bajing Ireng. Dengan agak terkesiap, tokoh hitam ini mengebutkan tangan kirinya dengan gerakan menyilang. Namun sungguh di luar dugaan, Ki Ageng Buana memutar tangan kanannya, dan langsung bergerak menggedor dada Bajing Ireng. Begitu cepat gerakannya, sehingga….Desss!”Aaakh!”Tubuh Bajing Ireng kontan melayang lurus, begitu dadanya terkena hantaman yang disertai tenaga dalam dari tangan kanan Ki Ageng Buana. Di iringi keluhan tertahan, tubuhnya terus melayang dan kontan menghantam sebuah pohon besar di belakangnya hingga langsung hancur. Sepuluh tombak di depan Ki Ageng Buana, kini Bajing Ireng tergeletak memegangi bagian dadanya sambil meringis, dia bangkit.Lagi-lagi Ki Ageng Buana terkesiap. Betapa tidak? Pukulan yang biasa dapat menyerpihkan batu karang besar sekalipun. Tapi, nampaknya tidak ada pengaruh besar yang terjadi pada diri Bajing Ireng. Ilmu apa yang kini dikuasainya?‘Cahaya Kilat Biru’ milikmu