“Dewa Abadi yang memberikan petunjuk dalam mimpiku kakang” jelas Ningrum.
Jejaka kemudian membuka kotak besi hitam itu, didalamnya berisi 2 kitab bersampul merah muda. Kitab yang satu diatasnya tertulis ‘KITAB JARI SUCI’, sedangkan kitab yang satunya lagi tertulis ‘ASMARA KAMA SUTRA’.
Jejaka mengambil kitab yang tertulis ‘Kitab Jari Suci’, lalu membuka lembaran demi lembaran dihadapan mereka berdua. Ternyata isinya adalah pelajaran tentang ilmu kanuragan yang lebih mengutamakan pada gerakan tangan, seperti gerakan sentilan, mencakar, menotok dan menampar.
“Ini adalah jurus yang sering dipergunakan oleh Dewa Abadi sewaktu menghadapi musuh-musuhnya” kata Jejaka saat teringat akan pertarungan Dewa Abadi menghadapi lawan-lawannya. “Kau bisa mempelajari jurus ‘Jari Suci’ ini Ningrum, untuk melengkapi ilmu sukma abadi yang kau miliki” kata Jejaka, Ningrum mengangguk mantap.
&ldq
Di pagi itu, Ningrum berenang di kolam Bawah Tanah yang jernih, begitu jernihnya hingga ia benar-benar bisa merasakan bagaimana berenang bersebelahan dengan ikan-ikan aneka warna. Ada kalanya gadis itu menyelam dan tinggal di dalam air selama mungkin bersama ikan dan jernihnya air. Aneh juga, ia bisa berlama-lama di dalam air, tidak seperti waktu dulu ia bertanding dengan Jejaka. Tentu saja, Ningrum berenang telanjang bulat di kolam itu. Tanpa sehelai benang pun di tubuhnya yang mulus, gadis itu bagai seekor ikan cantik yang sedang bercanda bersama alam. Air bening tak mampu menyembunyikan kemolekan dari tubuh seorang gadis muda yang penuh gejolak gairah. Gerakan tangan dan kaki yang gemulai bagai seorang bidadari turun dari khayangan, menambah pesona keindahan menjadi lebih nyata, lebih hidup. Bahkan ikan-ikan pun tampak senang berenang dekat-dekat kulit mulus berkilauan tertimpa pantulan sang mentari. Ikan warna-warni berenang mengikuti ke mana pun gadis itu bergerak.Ningrum
Jejaka dan Ningrum saling berpacu siapa yang paling cepat diantara mereka berdua. Tanpa perlu tempo lama, pasangan muda mudi tersebut sudah sampai di depan pintu gerbang sebuah perguruan silat dalam waktu yang bersamaan.Perguruan Bambu Wulung!“Aku kalah, Ningrum!""Tidak, Kakang! Aku yang kalah!"“Aku yang kalah!"“Aku!" Ningrum ngotot.“Iya deh, iya ... " akhirnya Jejaka mengalah juga.Dengan senyum manis, Ningrum langsung merangkul Jejaka, "Kenapa Kakang Jejaka selalu mengalah jika kita adu debat?""Sebab ... kalau aku yang menang, toh pada akhirnya aku yang rugi sendiri ... " sungut si Jejaka sambil memencet hidung Ningrum."Rugi?""Rugi besar malah!""Kok bisa!?""Rugi karena tidak dapat jatah!" ucap Jejaka sambil membuai mesra rambut panjang Ningrum."Dasar buaya darat!" kata Ningrum sambil mencubit mesra pinggang Jejaka. Jejaka hanya tertawa kecil saja.T
Rangga Wulung sendiri sudah merasa putus asa melihat penderitaan batin istrinya, terlebih lagi pada kehamilan istrinya yang pertama sempat mengalami keguguran, membuatnya semakin mengkhawatirkan kondisi kesehatan istrinya yang semakin lama semakin menurun. Segala macam bujukan sudah ia gunakan, tapi membuat niat Nilasari tidak pudar sedikit pun. Namun sebagai suami yang bijak, Rangga Wulung maklum dengan apa yang dialami Nilasari tercinta. Untunglah ia memiliki murid-murid yang pengertian, selalu memberi dorongan dan semangat pantang menyerah pada guru mereka agar lebih sabar dan tabah menerima cobaan kali ini. Hingga pada hari ini, tepat dua tahun sejak Ningrum menghilang, saat ia sudah berada dalam ambang batas keputusasaan, Nilasari justru bertemu kembali dengan adiknya."Ningrum ... "Hanya itu suara yang terdengar, selebihnya adalah deraian air mata dan isak tangis membuncah, menggelegak bagai air mendidih di dalam kuali dan kini ... sebuah penyaluran terhadap ket
Bagai tersadar dari mimpi buruk, Nila melepas pelukan pada adiknya. Dengan tangan gemetar, Nilasari meraba wajah sang adik dengan kelembutan."Kau ... kau benar-benar Ningrum?" tanya Nilasari penuh harap."Benar, Kangmbok! Ini aku ... Ningrum!" kata Ningrum dengan haru."Kau benar-benar adikku?" Gadis berbaju kuning gading hanya mengangguk pasti."Kau semakin cantik saja, Ningrum, "Terlihat pancaran kebahagiaan di dalam mata indah Nilasari. Rangga Wulung hanya tersenyum haru, "Benar istriku! Adikmu yang bengal telah kembali!"Drama pertemuan di depan pintu gerbang sedikit terpecah oleh suara Jejaka."Nimas Nila, apa kita perlu berdiri seharian di tempat ini?" Bagai tersadar untuk kedua kalinya, Nilasari memandang ke arah pemuda tampan yang ada dibelakang Ningrum.Ningrum seakan baru tersadar dengan keberadaan Jejaka yang ada bersamanya.“Oh ya kangmbok, perkenalkan ini kang Jejaka, suamiku”Wajah Jejaka
Lagi-lagi Bajing Ireng berteriak lantang. Kali ini suaranya diwarnai tekanan-tekanan marah memuncak Dan tak lama kemudian….“Ada apa, Tua Bangka Bajing Ireng?” tiba-tiba terdengar sahutan berwibawa yang amat dekat dengan mereka. Namun, sesungguhnya asal suara itu sendiri amat jauh dari atas pegunungan. Sungguh suatu pengiriman suara dengan tingkat tenaga dalam mempesona. Bahkan hanya bisa dilakukan oleh segelintir tokoh persilatan bertenaga dalam sangat tinggi. Dan salah satunya adala Ki Ageng Buana atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pendekar Kilat Buana!“Jangan coba menyebutku tua bangka lagi! Dan jangan main sembunyi-sembunyi seperti ini, Peot!” dengus Bajing Ireng.“Ha ha ha..! Apa dipikir kau masih muda, Bajing Ireng? Jangan lupa, kau adalah salah satu orang tua yang tak tahu diri di dunia ini. Lantas, kenapa tidak mau menerima kenyataan? Takut tidak bisa ‘menggarap’ perawan lagi, sehingga merasa perlu me
HIAAAT!Keheningan kontan pecah oleh teriakan menusuk angkasa. Bajing Ireng segera memulai pertempuran dengan satu serangan mengerikan. Tangannya yang telah terisi tenaga dalam, menebas bagian leher Ki Ageng Buana. Suatu serangan menggeledek, sehingga menimbulkan bunyi yang mendirikan bulu roma.Singngng…!Ki Ageng Buana yang telah waspada sejak tadi, sedikit menggeser tubuhnya ke kiri, menghindari tebasan tangan Bajing Ireng. Sehingga serangan tangan yang terbuka milik Bajing Ireng hanya lewat sejengkal dari lehernya Namun tak urung, Ki Ageng Buana bisa merasakan pedih akibat angin pukulan tadi.Serangan berikutnya menderu lebih ganas. Sebelah kaki Bajing Ireng bagai memiliki mata, mengejar ke mana saja Ki Ageng Buana bergerak. Bahkan serangan-serangannya selalu mengarah pada bagian-bagian yang mematikan!Ki Ageng Buana sama sekali belum balas menyerang Dengan agak kewalahan, dia berusaha mengelak dan menangkis. Sungguh, Ki Ageng Buana tidak menyangka kalau kepandaian Bajing Ireng ma
Sampai suatu saat, Ki Ageng Buana melancarkan serangan pukulan ke dada kiri Bajing Ireng. Dengan agak terkesiap, tokoh hitam ini mengebutkan tangan kirinya dengan gerakan menyilang. Namun sungguh di luar dugaan, Ki Ageng Buana memutar tangan kanannya, dan langsung bergerak menggedor dada Bajing Ireng. Begitu cepat gerakannya, sehingga….Desss!”Aaakh!”Tubuh Bajing Ireng kontan melayang lurus, begitu dadanya terkena hantaman yang disertai tenaga dalam dari tangan kanan Ki Ageng Buana. Di iringi keluhan tertahan, tubuhnya terus melayang dan kontan menghantam sebuah pohon besar di belakangnya hingga langsung hancur. Sepuluh tombak di depan Ki Ageng Buana, kini Bajing Ireng tergeletak memegangi bagian dadanya sambil meringis, dia bangkit.Lagi-lagi Ki Ageng Buana terkesiap. Betapa tidak? Pukulan yang biasa dapat menyerpihkan batu karang besar sekalipun. Tapi, nampaknya tidak ada pengaruh besar yang terjadi pada diri Bajing Ireng. Ilmu apa yang kini dikuasainya?‘Cahaya Kilat Biru’ milikmu
Cletarrr!Cemeti yang terbuat dari satu akar tumbuhan beracun itu melesat menuju wajah Ki Ageng Buana. Dengan sigap Ki Ageng Buana melenting ke udara. Memang menghadapi senjata seperti itu, dia tidak boleh bertempur dalam jarak jauh. Karena itu sambil berkelit, tubuhnya berjumpalitan memperkecil jarak dengan Bajing Ireng. Tapi Bajing Ireng rupanya juga tidak bodoh. Dengan membarengi gerakan salto Ki Ageng Buana, tubuhnya pun melenting menjaga jarak. Bagai dua buah bola mereka berputaran di udara, di antara batang-batang pohon cemara. Dan saat itulah Bajing Ireng menjalankan rencana licik yang sebelumnya telah direncanakan matang dengan dua orang botak yang selama pertarungan terjadi hanya diam mematung.Dengan tubuh masih melayang di udara, Bajing Ireng melecutkan cemetinya, sebagai isyarat kalau rencana segera dilaksanakan! Maka seketika tubuh Sepasang Kembar dari Tiongkok yang tadinya mematung, dalam waktu singkat telah membentuk sebuah gerakan bersama. Sekejap satu tangan mereka me
Klanggg...!"Hugh...!?"Tubuh Jejaka Emas terjengkang ke belakang beberapa tombak jauhnya. Selintas tadi terlihat Algojo Hijau menempelkan kedua tapak tangannya di punggung Ratu Bulan, begitu Jejaka memapak serangan tusukan tombak berujung bulan sabit. Melihat hal ini Jejaka Emas terperanjat. Dia tahu kalau kakek berkepala gundul itu tengah menyalurkan tenaga dalam. Tenaganya disatukan dengan tenaga nenek itu, lalu bersama-sama menghadapi tenaga Jejaka.Tak pelak lagi, perpaduan dua tenaga dalam dahsyat itu tidak dapat ditahan Jejaka Emas. Untung saja beradunya tenaga dalam tadi terjadi secara tidak langsung melainkan melalui perantara. Sehingga akibatnya tidak terlalu berarti bagi Jejaka Emas. Pemuda berpakaian merah keemasan ini hanya merasa sedikit sesak pada dadanya.Dengan bantuan gelang dewanya, gerakan sesulit apa pun akan sama seperti gerakan biasa. Sehingga walaupun Jejaka berada dalam keadaan kritis, dan serangan Ratu Bulan kembali menyambar cep
Sekali mengelak, Jejaka Emas telah berada di belakang Ratu Bulan. Tapi sebelum pemuda itu sempat melepaskan serangan, Algojo Hijau telah terlebih dulu menyerangnya. Terpaksa Jejaka mengurungkan niat untuk menyerang Ratu Bulan. Dan dengan cepat pula dielakkannya serangan kakek itu. Dan belum juga sempat membalas, kembali serangan Ratu Bulan telah mengancam. Tentu saja hal ini membuat Jejaka Emas kewalahan menghadapi hujan serangan dahsyat yang saling susul.Tak tanggung-tanggung, Jejakapun langsung menggunakan jurus-jurus gelang dewanya untuk menyerang lawannya. Tapi rupanya kedua lawannya sangat tangguh, sehingga dalam beberapa gebrak kemudian, ketiga orang ini pun sudah terlibat sebuah pertarungan berat sebelah. Jejaka Emas terus-menerus didesak lawannya, tanpa mampu balas menyerang.Untunglah pemuda bermata biru ini memiliki jurus 'Naga Pamungkas' yang sangat aneh sehingga dapat mengelakkan serangan yang bagaimanapun sulitnya. Dan berkat jurus inilah Jejaka Emas mamp
Algojo Hijau manggut-manggut."Bisa kuterima alasanmu, Jejaka Emas""Terima kasih, Kek!""Jangan'terburu-buru berterima kasih, Jejaka Emas!" sergah Ratu Bulan cepat. "Urusan kami denganmu kini tidak hanya satu macam!" Jejaka mengerutkan keningnya."Apa maksudmu, Nek?""Tidak usah berpura-pura, Jejaka Emas!Bukankah kau yang telah membunuh majikan kami!”"Membunuh majikan kalian"! Aneh"! Kalau boleh kutahu, siapa majikan kalian?" tanya Jejaka. Kerut pada dahinya pun semakin dalam."Seorang pemuda bersenjata sepasang kapak warna perak mengkilat!""Dia majikan kalian?" tanya Jejaka Emas Nada suaranya mengandung keheranan yang besar. "Ya! Karena begitulah bunyi perjanjian antara kami dengannya!" selak Algojo Hijau. "Kami bertemu dan bertempur. Dengan licik dia memancing kami ke dalam suatu perjanjian. Yaitu, apabila dalam tiga puluh jurus kami tidak berhasil merobohkannya, dia akan menjadi majikan kami! Jadi, terpaksa
Tapi untuk yang kesekian kalinya, dengan mempergunakan jurus 'Naga Pamungkas' Jejaka berusaha menghindarinya. Dan tahu-tahu tubuh Jejaka telah berada di belakang Darba. Sebelum pemuda berbaju coklat itu sadar, Jejaka sudah melancarkan serangan baliknya.Wuuut..! Hantaman tangan Jejaka melayang ke arah kepala Darba. Murid Ki Jatayu ini terperanjat kaget Maka sedapat dapatnya dirundukkan kepalanya untuk menghindari sambaran tangan lawan.Wusss...! Usaha untung-untungannya berhasil juga. Tangan itu lewat di atas kepalanya. Tapi, Jejaka tidak tinggal diam. Segera dilancarkan serangan susulan.Bukkk...!"Huakkk...!"Telak sekali pukulan tangan kiri Jejaka Emas mendarat di punggung Darba. Keras bukan main, sehingga tubuh pemuda itu terjerembab ke depan.Cairan merah kental terlontar keluar dari mulutnya. Jelas pemuda berbaju coklat itu terluka dalam!Namun kekuatan tubuh murid Ki Jatayu ini memang patut dipuji. Sekalipun sudah terluka parah
Jejaka terpaku sesaat. Tapi tak lama kemudian amarahnya melonjak."Hiyaaa...!"Sambil berteriak melengking nyaring memekakkan telinga, Jejaka Emas menerjang Darba.Wut...! Ketika serangan gelang dewa Jejaka Emas terayun deras ke arah kepala Darba, pemuda berbaju coklat itu menarik kepalanya ke belakang tanpa menarik kakinya.Wusss...! Gelang dewa itu meluncur deras beberapa rambut di depan wajah Darba. Begitu kerasnya tenaga yang terkandung dalam serangan itu, sehingga rambut berikut seluruh pakaian Darba berkibar keras. Dan cepat-cepat pemuda berbaju coklat itu memberi serangan balasan yang tidak kalah berbahayanya.Wuuut...! Cepat bagai kilat kakinya melesat ke arah dada Jejaka Emas. Sadar akan bahaya besar mengancam, Jejaka segera menangkis serangan itu dengan tangan kirinya disertai tetakan ke bawah.Takkk...! Tubuh Darba melintir. Memang bila dibanding Jejaka Emas, posisi pemuda berbaju coklat itu lebih tidak menguntungkan.Namun
Sementara itu pertarungan antara Cakar Garuda menghadapi pengeroyokan anak buah Darba, berlangsung tidak seimbang. Kepandaian Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas itu, memang terlalu tangguh untuk para pengeroyoknya. Setiap kali besi berbentuk cakar di tangannya bergerak, setiap kali pula ada satu nyawa melayang. Jerit kematian terdengar saling susul."Aaa...!"Pekik nyaring melengking panjang, mengiringi rubuhnya orang terakhir para pengeroyok itu. Cakar Garuda memandangi tubuh-tubuh yang terkapar itu sejenak, baru kemudian beralih pada pertarungan antara Jejaka Emas menghadapi Darba. Terdengar suara bergemeletuk dari gigi-gigi Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas ini. Amarahnya langsung bangkit ketika melihat orang yang dicari-carinya, karena telah membasmi perguruannya."Hiyaaa...!"Diiringi pekik kemarahan laksana binatang terluka, Cakar Garuda melompat menerjang Darba, ketika pemuda itu tengah melentingkan tubuhnya ke belakang untuk menghindari serangan Je
Bergegas Jejaka berlari menghampiri. Sesaat kemudian Jejaka Emas telah berada dalam jarak tiga tombak dari arena pertempuran. Dari sini dapat terlihat jelas, siapa orang yang tengah dikeroyok itu. Dan ini membuat pemuda berbaju merah keemasan ini menjadi agak terkejut.Orang yang tengah dikeroyok itu berusia sekitar empat puluh tahun. Tubuhnya tegap dan kekar. Pada baju hitam bagian dada sebelah kiri terdapat sulaman cakar burung garuda dari benang emas. Di tangannya tergenggam sebuah baja hitam berbentuk cakar baja hitam dikibas-kibaskan dengan ganas. Ke mana saja cakar baja hitam bergerak, di situ pasti ada sesosok tubuh yang rubuh."Cakar Garuda...," desah Jejaka.Tapi pemuda ini tidak bisa berlama-lama mengamati pertarungan. Ternyata Darba yang memang ada di situ dan tengah dicarinya, bergerak menghampiri."Heh"! Kau lagi, Jejaka Emas" Rupanya kau tidak kapok juga. Atau, kali ini bersama-sama temanmu akan mengeroyokku?" ejek Darba memanas-manasi. Sepa
Seketika berubah wajah Jejaka."Maksud, Kakek?" tanya Jejaka Emas.Wajah Algojo Hijau berubah serius."Sejak puluhan tahun yang lalu, kami adalah sepasang tokoh yang tidak terkalahkan. Kami pun gemar bertanding, sehingga tak terhitung lawan yang rubuh di tangan kami. Sampai akhirnya, kami bertemu dengan Begawan Tapa Pamungkas. Melalui suatu pertarungan yang sengit, kami berhasil dikalahkannya. Tentu saja hal ini membuat penasaran, di samping malu yang besar. Maka kami katakan padanya, bahwa sepuluh tahun lagi kami akan datang menantang untuk menentukan siapa yang lebih unggul. Tapi rupanya kami sedang sial, karena lagi-lagi berhasil dikalahkan gurumu. Semenjak itu kami pun kembali giat berlatih, memperdalam ilmu-ilmu kesaktian. Tapi siapa sangka, di waktu kami telah merasa yakin akan dapat mengalahkannya, Begawan Tapa Pamungkas telah lebih dulu pergi ke alam baka. Siapa yang tidak kesal. Untunglah ada dirimu yang menjadi muridnya. Tapi tentu saja kau akan kami b
Nenek berpakaian putih itu menganggukkan kepalanya. "Aku juga tahu. Kalau tidak salah, pemuda itu berjuluk Jejaka Emas!"“Tepat” Ratu Bulan termenung."Dan ciri-ciri Jejaka Emas mirip pemuda ini!" sambung Algojo Hijau lagi."Ahhh...! Kau benar!" nenek tinggi kurus ini mulai teringat. Sementara itu, Jejaka juga terkejut melihat nenek berpakaian serba putih itu. Kelihaian nenek ini sudah dirasakannya. Sekarang dia datang berdua dengan kawannya yang sekali lihat saja diketahui kalau kepandaiannya tidak rendah.Larasati memegang pundak Jejaka dengan lembut agar Jejaka bisa meredam amarahnya. Jejaka sekarang tengah dilanda kemarahan yang meluap-luap. Tapi, tentu saja sebagai seorang pendekar menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, pemuda ini tidak meluapkan amarahnya secara sembarangan. Maka Jejaka yang memang tidak ingin mencari permusuhan, mencoba bersikap tenang. Ditunggu bagaimana tindakan Ratu Bulan terhadapnya. Jelas terlihat kalau nenek it