Cletarrr!Cemeti yang terbuat dari satu akar tumbuhan beracun itu melesat menuju wajah Ki Ageng Buana. Dengan sigap Ki Ageng Buana melenting ke udara. Memang menghadapi senjata seperti itu, dia tidak boleh bertempur dalam jarak jauh. Karena itu sambil berkelit, tubuhnya berjumpalitan memperkecil jarak dengan Bajing Ireng. Tapi Bajing Ireng rupanya juga tidak bodoh. Dengan membarengi gerakan salto Ki Ageng Buana, tubuhnya pun melenting menjaga jarak. Bagai dua buah bola mereka berputaran di udara, di antara batang-batang pohon cemara. Dan saat itulah Bajing Ireng menjalankan rencana licik yang sebelumnya telah direncanakan matang dengan dua orang botak yang selama pertarungan terjadi hanya diam mematung.Dengan tubuh masih melayang di udara, Bajing Ireng melecutkan cemetinya, sebagai isyarat kalau rencana segera dilaksanakan! Maka seketika tubuh Sepasang Kembar dari Tiongkok yang tadinya mematung, dalam waktu singkat telah membentuk sebuah gerakan bersama. Sekejap satu tangan mereka me
Hingga menjelang fajar, pertarungan alot ini terus berlangsung. Sementara tubuh Ki Ageng Buana sudah terkoyak disana-sini, terkena sabetan cemeti Bajing Ireng yang setajam mata pedang iblis. Darah makin banyak mengucur dari tubuhnya. Dan ini membuat Ki Ageng Buana semakin lemah dan tersuruk-suruk di antara serangan bertubi-tubi tiga tokoh golongan hitam itu.Hingga matahari mulai mengintip di ujung timur cakrawala, sebuah sabetan cemeti Bajing Ireng melecut ke bagian mata Ki Ageng Buana. Ctarrr!”Aaakh!”Belum juga Ki Ageng Buana menguasai diri, dua pukulan berisi tenaga pamungkas dari Sepasang Kembar dari Tiongkok seketika menghantam dada kiri dan kanan Ki Ageng Buana.“Ugh!”Ki Ageng Buana memang sudah tak kuasa menghindar dari dua serangan itu. Tubuhnya kontan terpental amat jauh diiringi pekikan tertahan. Dan tubuhnya lurus meluncur seperti batu yang dilontarkan. Kemudian, dia jatuh di muka bumi dan langsung terguling-guling mengenaskan.Tubuh Ki Ageng Buana hanya sempat bergeming
SIANG memanggang bulat-bulat kota raja, membuat debu jalan menjadi amat ringan. Hingga tatkala angin bertiup, debu-debu itu beterbangan menjengkelkan Matahari memang bersinar terik. Tapi biarpun begitu kota raja tetap ramai. Terlebih lagi, siang itu ada acara yang banyak mengundang minat orang di sekitarnya.Rangga Wulung yang kebetulan pergi ke kota raja bersama Jejaka untuk menjual kelebihan jagung dan belanja beberapa keperluan, tidak luput dari rasa ingin tahu. Mereka bergegas mempercepat lari kuda yang menarik pedati. ”Ada apa ya, Kang?” tanya Jejaka ketika pedati yang dikendarai kini sudah kosong, melewati sebuah kerumunan yang ditengah-tengahnya terdapat sebuah panggung. ”Nampaknya ada pertandingan adu kanuragan,” jawab Rangga Wulung menduga-duga.Setahu Rangga Wulung, jika ada panggung besar di kota raja seperti itu, biasanya akan ada pertunjukan kesenian takyat, atau pertandingan adu kanuragan.“Kita nonton dulu ya, Kang…,” ajak Jejaka, sambil menatap kakak seperguruannya.“B
“Bayuganda…,” kata laki-laki kurus itu segera memperkenalkan diri, seraya membungkuk hormat pada laki-Iaki yang membawa kapak. ”Orang-orang menjuluk aku si Jari Setan…. ”Mendadak saja terdengar riuh kecil di sana-sini Memang, julukan Jari Setan untuk kalangan persilatan tidak asing lagi. Dia pendekar aneh, karena sikap amat santun kepada orang lain. Namun dalam urusan bunuh-membunuh, tak pernah ada satu lawan pun yang disisakan. Dia bekerja untuk siapa saja yang bisa membayarnya mahal.“Ha ha ha…! Jadi, ini orangnya yang berjuluk Jari Setan itu,” seloroh orang bertampang kasar di hadapannya. ”Rupanya hari ini, si Kapak Setan beruntung dapat menjajal kebolehanmu, Ki Bayuganda…. ”“Hm… silakan, Kisanak. Mari kita mulai,” ujar Jari Setan.Kini, pertandingan siap dimulai. Masing-masing memasang kuda-kudanya dengan mantap. Gaungan Kapak besar yang diputar-puta
Plakkk!Sungguh di luar dugaan! Justru tenaga dorongan yang kuat ketika memapak itu dimanfaatkan Jari Setan untuk memutar tubuhnya sambil mengelebatkan jari tangannya. Begitu cepatnya, sehingga tak bisa dihindari lagi oleh si Kapak Setan. Maka….Clap!”Aaakh…!”Si Kapak Setan kontan menjerit memilukan ketika jari tangan lawan menembus lehernya seperti menembus pelepah pisang. Matanya kontan mendelik ngeri. Dan begitu Jari Setan mencabut jarinya dari leher, darah memuncrat memerciki panggung.Penonton seketika berseru ngeri. Dalam pemandangan semacam itu, mestinya tidak perlu sampai mati. Karena, pertandingan ini semata-mata hanya untuk menentukan orang yang bakal menjadi pengawal Tuan Adi Cokro.Namun rupanya, Jari Setan memang tidak pernah berniat memberi keringanan kepada siapa pun yang berurusan dengannya. Jari Setan segera menjura, memberi hormat kepada hadirin. Wajahnya dingin, sedikit pun tidak memperlihatkan penyesal
“Ayo!, Kita pergi dari sini Jejaka!’ seru Rangga Wulung seraya menarik kuat kuat pergelangan tangan yang dipegangnya. Rangga Wulung terkejut bukan main! Ternyata yang ditariknya bukan lagi tangan Jejaka, melainkan tangan seorang laki-laki tua. Rangga Wulung hanya bisa mendengus kesal. Rupanya pada saat dia terpana barusan, Jejaka itu sempat menukar tangannya dengan tangan seorang aki yang kebetulan berada di dekatnya. Tentu orang tua keriput itu mengamuk sejadi-jadinya. Bibirnya yang sudah berlipat keriput seperti kain lusuh, menyemburkan makian pedas, tepat di depan hidung Rangga Wulung. Bahkan makian orang tua di depannya juga disertai gerimis kecil yang terlontar dari mulutnya. Dengan bibir tersenyum kecut, Rangga Wulung mengusap wajahnya yang hampir basah oleh air ludah.Naas sekali nasibnya hari ini.Setelah itu Rangga Wulung tersadar pada keadaan Jejaka. ”Ke mana dia sekarang?”“Jejaka…!” teriak Rangga Wulung keli
Beberapa jurus yang diruntunkan untuk menghabisi Jejaka. Namun, pemuda tanggung itu lincah sekali berlompatan menghindarinya. Seberapa cepat pun Bayuganda mengerahkan jurus-jurusnya, tetap belum menggores kulit Jejaka sedikit pun.Para pengunjung memang terpesona melihat adegan seru itu. Tapi bukan oleh kehebatan gerakan kedua orang itu, melainkan justru pertarungan yang sulit diikuti mata biasa. Gerakan mereka bagai kilasan-kilasa bayangan saja. Padahal jika mereka bisa melihat, gerakan Jejaka sama sekali tidak menunjukkan sedang bertempur, melainkan gerakan ngawur yang begitu cepat!Sekali lagi tubuh Jejaka melenting ke udara dan mendarat di bibir panggung, tepat di belakang si Jari Setan.“Mungkin ini saatnya aku menguji Ilmu Jari Suci milik Dewa Abadi itu” Batin Jejaka. Maka ;Wukkk! Deb deb deb…!Jejaka pun mulai menyusun kuda-kuda. Setiap kaki atau tangannya bergerak dengan pemusatan tenaga penuh terdengar deru yang sampai
“Tidak apa-apa…,” elak Jejaka, berbohong.“Biar Ningrum ambilkan minum untuk kakang” ujar Ningrum seraya berdiri, lantas pergi mengambikan minuman.Dan begitu gadis itu hilang dari pandangan, Rangga Wulung muncul. Dia langsung menghampiri Jejaka yang masih menatap ke arah kepergian Ningrum.“Siapa kau sebenarnya Jejaka?” tanya Rangga Wulung, begitu tiba di depan Jejaka.Jejaka mengangkat wajah.“Ada apa, Kang Rangga Wulung? Mengapa kau bertanya seperti itu?”“Kau bilang tidak memiliki ilmu kanuragan yang tinggi, nyatanya kau dapat membinasakan tokoh kejam yang banyak ditakuti orang…,” papar Rangga Wulung.Barulah Jejaka mengerti maksud pertanyaan tadi Kepalanya hanya menggelengkan perlahan, sebagai jawaban.“Apa maksudmu?” desak Rangga Wulung.Jejaka menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya kuat-kuat.“Saya hanya peng