Ningrum terus berkelebat cepat meninggalkan puncak Bukit Karang Kanjen. Saat ini, rasa dendam bercampur kekecewaan berkecamuk dalam hati murid Raja Pedang Kupu-kupu itu. Gurunya tewas di tangan Dewa Abadi. Dan ia sebagai murid, merasa harus berbakti terhadap gurunya. Makanya, kini Ningrum bertekad mencari Dewa Abadi untuk meminta pertanggungjawabannya.
"Dewa Abadi...!" desis Ningrum penuh kemarahan. "Kini tak ada pilihan lain lagi. Terpaksa aku harus menuruti keinginanmu. Tapi, ingat! Walau sebenarnya aku tak sealiran dengan guruku, tapi sebagai murid bagaimanapun juga harus berbakti. Aku harus meminta pertanggungjawabanmu Dewa Abadi atas tewasnya guruku!"
Ningrum sejenak menghentikan langkahnya. Dadanya yang membusung bergerak turun naik, memendam kemarahan membludak. Udara segar di luar hutan Bukit Karang Kanjen terasa sesak.
"Tapi, ke mana aku harus mencari orang. Seorang anak manusia yang terlahir bersama naga seperti yang di inginkan Dewa Abadi? Hm...! Rasa
Ningrum mengeluh dalam hati. Meski belum pernah bertemu, namun menurut keterangan dari mendiang gurunya, tokoh sesat dari timur itu memiliki kesaktian tinggi. Bahkan sama sekali tidak mengenal belas kasihan."Hm...! Rupanya hari ini aku tengah berhadapan dari tokoh sesat dari timur itu. Agaknya aku harus hati-hati. Sebab menurut keterangan Guru, tokoh sesat ini sangat licik dan keji!" kata Ningrum dalam hati."Hm...! Algojo Angin Timur! Kukira, dosamu sudah bertumpuk. Alangkah akan nyamannya bila orang-orang macam kau ini lekas-lekas enyah dari bumi. Dan akulah yang akan mengirim nyawa busukmu menemui kakek moyangmu di alam kubur!" dengus murid Raja Pedang Kupu-kupu ketus.Algojo Angin Timur tertawa bergelak. Saking gelinya, tokoh sesat dari Hutan Karang Kanjen ini sampai mengeluarkan airmata!"Lucu! Lucu sekali! Baru kali ini aku melihat seorang gadis segalak dirimu. Baik, baik! Tunjukkan kebolehanmu, bagaimana caranya menghajarku! Tapi kalau tak s
Menyadari kehormatannya terancam, murid Raja Pedang Kupu-kupu itu mulai putus asa. Tanpa disadari airmata pun menitik. Dengan suara tersendat-sendat, berkali-kali Ningrum minta dirinya dilepaskan. Namun suara-suara itu dianggap sebagai rintihan penuh nikmat oleh lelaki kasar itu."Jangan menangis, Cah Ayu! Kau tidak akan ku sakiti. Aku malah akan membawamu terbang jauh ke langit tingkat tujuh," desis Algojo Angin Timur."Boleh-boleh saja kau ajak gadis cantik itu terbang jauh. Tapi, hati-hati! Nanti malah kau sendiri yang jatuh ke comberan!""Heh...?!"Tiba-tiba terdengar suara dari arah samping yang disertai serangkum angin dingin ke arah Algojo Angin Timur. Lelaki sesat ini cepat menggulingkan tubuhnya, kalau tak ingin celaka.Brakkk!Batang pohon sebesar satu lingkaran tangan manusia yang tak jauh dari tempat itu kontan tumbang dan jatuh berdebam ke tanah terkena serangan nyasar. Debu-debu pun langsung membubung tinggi menyelimuti tempat
Melihat datangnya serangan, murid Begawan Tapa Pamungkas itu segera membuka jurus-jurus 'Naga Pamungkas' yang menjadi andalannya. Sedang kedua telapak tangannya yang kini berubah jadi putih terang siap melontarkan pukulan maut tenaga 'Inti Es'."Heaaa!”Dan begitu serangan-serangan Algojo Angin Timur mulai mendekati sasaran, kedua telapak tangan Jejaka yang membentuk dua cakar naga pun segera bergerak lincah.Plakkk! Plakkk!Begitu terjadi benturan tangan, dengan gerakan sulit terduga Algojo Angin Timur melayangkan bogem mentah ke beberapa bagian yang mematikan di tubuh Jejaka. Namun pada saat itu, si pemuda segera dapat membaca arah gerakan. Cepat bagai kilat segera dipapakinya pukulan-pukulan Algojo Angin Timur dengan gerakan cakaran telapak-cakaran telapak kedua telapak tangannya.Plakkk! Plakkk!Serangan-serangan Algojo Angin Timur berhasil ditangkis oleh cakaran telapak-cakaran telapak kedua tangan Jejaka. Seketika buku-buku tanga
Wajah cantik murid si Raja Pedang Kupu-kupu mendadak jadi berseri-seri. Senyum manisnya pun tampak tersungging di bibir. Namun ketika menyadari sikapnya tadi sewaktu mereka masih berada di puncak Bukit Karang Kanjen, mendadak sikapnya jadi salah tingkah."Ah...! Aku benar-benar minta maaf, Jejaka. Demi Tuhan, aku tidak menduga kalau kau adalah Jejaka Emas yang sedang banyak dibicarakan orang," ucap Ningrum gugup.Jejaka alias Jejaka Emas hanya tersenyum. Sementara sepasang matanya yang tajam tak henti-hentinya memandangi buah dada Ningrum yang membusung indah. Dan tanpa sadar, si pemuda jadi menelan ludahnya sendiri.Ningrum yang kini menyadari keadaan dirinya jadi malu bukan main. Semburat rona merah pun kontan menghiasi kedua pipinya. Namun ketika hendak menutupi buah dadanya, gadis cantik itu jadi mengeluh. Ternyata tubuhnya masih kaku tak dapat digerakkan."To.... Tolonglah bebaskan totokanku, Jejaka!" pinta Ningrum malu-malu.Jejaka yang masih
"Hayo, duduk! Kan enak kalau bicara sambil duduk begini," ujarnya.Ningrum yang merasa lamunannya dibuyarkan oleh tarikan tangan Jejaka pun segera tersadar. Namun untuk sesaat, ia belum juga buka suara. Perasaannya yang menggemuruh sejenak dibiarkan bermain dalam hati. Namun perlahan ia mulai dapat kendalikan perasaannya yang galau. Dan mulailah si gadis bercerita.Selama Ningrum bercerita, Jejaka hanya mengangguk-angguk saja. Tak ada keinginan untuk memotong cerita Ningrum. Namun ketika Ningrum berkali-kali menyebut nama Dewa Abadi, si pemuda jadi mulai tertarik."Apa? Kau bilang, kau diberi tugas untuk dapat menemukan seorang anak manusia yang dilahirkan bersama naga, Ningrum?""Iya. Dan untuk itu pula manusia durjana Dewa Langit itu melukaiku. Entah kenapa, sejak terkena totokan tua bangka keparat itu, ulu hatiku terasa nyeri bukan main. Tapi, tak apalah. Nanti kalau aku sudah menemukan orang yang dicari Dewa Abadi, baru aku boleh menemuinya di Hutan S
Tak jauh dari tempat mereka, tampak dua orang lelaki tua tengah tegak mengamati. Kedua orang lelaki tua itu sama-sama sudah berusia lanjut. Yang sebelah kanan mengenakan pakaian kafan warna putih. Tubuhnya tinggi kurus. Rambutnya yang panjang memutih digelung ke atas. Wajahnya pun pucat mirip mayat.Sedang lelaki tua di sebelahnya memiliki paras lucu menyerupai wajah bayi. Rambutnya putih dibiarkan riap-riapan di bahu. Tubuhnya yang pendek kurus dibalut pakaian ringkas warna hitam. Melihat ciri-cirinya, mereka tidak lain dari Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi.Sejak mereka dikalahkan oleh Dewa Abadi, Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi jadi kesal sekali. Untung saja mereka dapat membebaskan diri dari totokan Dewa Abadi. Kemudian mereka sepakat untuk mencari Jejaka."Cepat jawab pertanyaanku! Benarkah kau bergelar Jejaka Emas!" bentak Iblis Pocong garang.Jejaka alias Jejaka Emas tenang saja, seperti tak mempedulikan kehadiran kedua orang tua itu."Kau
"Kenapa tak berani? Memang kenyataannya kalian semua tolol. Pemuda yang sedang kalian cari-cari itulah yang berjuluk Jejaka Emas; Hayo, kenapa kalian hanya memandangi aku! Kunyuk berponi itu masih punya hutang barang satu dua gebukan padaku. Dan aku tak sabar lagi untuk menagih, berikut bunganya," teriak Peramal Darah nyaring.Habis berteriak begitu, Peramal Darah segera menerjang Jejaka hebat. Dalam sekali kelebatan saja, tongkat hitam di tangan kanannya telah berubah jadi gulungan hitam yang terus mendesak lawannya.Melihat Peramal Darah mendahului, tentu saja Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi tak mau ketinggalan. Dengan senjata masing-masing, mereka pun segera menyerang hebat."Hea...! Hea...!"Dikeroyok bertiga begitu, Jejaka kewalahan bukan main. Gempuran-gempuran ketiga lawannya, berkali-kali mengancam beberapa jalan kematian di tubuhnya. Untung saja sampai sejauh ini serangan-serangan ketiga orang pengeroyoknya dapat dihindari dengan melompat ke san
Jejaka hanya bisa terpana melihat tubuh Ningrum jatuh berdebam ke tanah dan tak dapat bangun lagi. Jejaka yang semula sengaja memberi kesempatan gadis itu untuk mengumbar serangan jadi menyesali kebodohannya. Maka hatinya kontan tersaput kemarahan. Saking tak dapat mengendalikan amarah, wajah Jejaka terlihat berubah memerah."Jahanam! Kalian benar-benar manusia jahanam tak tahu malu! Demi Tuhan aku tidak akan membiarkan kalian menebar angkara murka di depan mataku!" bentak Jejaka penuh kemarahan."Heaaa...!"Dan dengan teriakan membelah angkasa, Jejaka kembali menerjang ketiga orang pengeroyoknya. Gelang-gelang dewa dilengan tangannya kembali terbang berseliweran menyerang ketiga pengoroyoknya. Kali ini Peramal Darah, Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi benar-benar harus mati-mati menghindari serangan gelang-gelang dewa tersebut. Sementara itu ditempatnya, Jejaka terus mengendalikan gerak serang ke-10 gelang dewanya.Sehebat apapun ketiga lawannya, tetap saj
Klanggg...!"Hugh...!?"Tubuh Jejaka Emas terjengkang ke belakang beberapa tombak jauhnya. Selintas tadi terlihat Algojo Hijau menempelkan kedua tapak tangannya di punggung Ratu Bulan, begitu Jejaka memapak serangan tusukan tombak berujung bulan sabit. Melihat hal ini Jejaka Emas terperanjat. Dia tahu kalau kakek berkepala gundul itu tengah menyalurkan tenaga dalam. Tenaganya disatukan dengan tenaga nenek itu, lalu bersama-sama menghadapi tenaga Jejaka.Tak pelak lagi, perpaduan dua tenaga dalam dahsyat itu tidak dapat ditahan Jejaka Emas. Untung saja beradunya tenaga dalam tadi terjadi secara tidak langsung melainkan melalui perantara. Sehingga akibatnya tidak terlalu berarti bagi Jejaka Emas. Pemuda berpakaian merah keemasan ini hanya merasa sedikit sesak pada dadanya.Dengan bantuan gelang dewanya, gerakan sesulit apa pun akan sama seperti gerakan biasa. Sehingga walaupun Jejaka berada dalam keadaan kritis, dan serangan Ratu Bulan kembali menyambar cep
Sekali mengelak, Jejaka Emas telah berada di belakang Ratu Bulan. Tapi sebelum pemuda itu sempat melepaskan serangan, Algojo Hijau telah terlebih dulu menyerangnya. Terpaksa Jejaka mengurungkan niat untuk menyerang Ratu Bulan. Dan dengan cepat pula dielakkannya serangan kakek itu. Dan belum juga sempat membalas, kembali serangan Ratu Bulan telah mengancam. Tentu saja hal ini membuat Jejaka Emas kewalahan menghadapi hujan serangan dahsyat yang saling susul.Tak tanggung-tanggung, Jejakapun langsung menggunakan jurus-jurus gelang dewanya untuk menyerang lawannya. Tapi rupanya kedua lawannya sangat tangguh, sehingga dalam beberapa gebrak kemudian, ketiga orang ini pun sudah terlibat sebuah pertarungan berat sebelah. Jejaka Emas terus-menerus didesak lawannya, tanpa mampu balas menyerang.Untunglah pemuda bermata biru ini memiliki jurus 'Naga Pamungkas' yang sangat aneh sehingga dapat mengelakkan serangan yang bagaimanapun sulitnya. Dan berkat jurus inilah Jejaka Emas mamp
Algojo Hijau manggut-manggut."Bisa kuterima alasanmu, Jejaka Emas""Terima kasih, Kek!""Jangan'terburu-buru berterima kasih, Jejaka Emas!" sergah Ratu Bulan cepat. "Urusan kami denganmu kini tidak hanya satu macam!" Jejaka mengerutkan keningnya."Apa maksudmu, Nek?""Tidak usah berpura-pura, Jejaka Emas!Bukankah kau yang telah membunuh majikan kami!”"Membunuh majikan kalian"! Aneh"! Kalau boleh kutahu, siapa majikan kalian?" tanya Jejaka. Kerut pada dahinya pun semakin dalam."Seorang pemuda bersenjata sepasang kapak warna perak mengkilat!""Dia majikan kalian?" tanya Jejaka Emas Nada suaranya mengandung keheranan yang besar. "Ya! Karena begitulah bunyi perjanjian antara kami dengannya!" selak Algojo Hijau. "Kami bertemu dan bertempur. Dengan licik dia memancing kami ke dalam suatu perjanjian. Yaitu, apabila dalam tiga puluh jurus kami tidak berhasil merobohkannya, dia akan menjadi majikan kami! Jadi, terpaksa
Tapi untuk yang kesekian kalinya, dengan mempergunakan jurus 'Naga Pamungkas' Jejaka berusaha menghindarinya. Dan tahu-tahu tubuh Jejaka telah berada di belakang Darba. Sebelum pemuda berbaju coklat itu sadar, Jejaka sudah melancarkan serangan baliknya.Wuuut..! Hantaman tangan Jejaka melayang ke arah kepala Darba. Murid Ki Jatayu ini terperanjat kaget Maka sedapat dapatnya dirundukkan kepalanya untuk menghindari sambaran tangan lawan.Wusss...! Usaha untung-untungannya berhasil juga. Tangan itu lewat di atas kepalanya. Tapi, Jejaka tidak tinggal diam. Segera dilancarkan serangan susulan.Bukkk...!"Huakkk...!"Telak sekali pukulan tangan kiri Jejaka Emas mendarat di punggung Darba. Keras bukan main, sehingga tubuh pemuda itu terjerembab ke depan.Cairan merah kental terlontar keluar dari mulutnya. Jelas pemuda berbaju coklat itu terluka dalam!Namun kekuatan tubuh murid Ki Jatayu ini memang patut dipuji. Sekalipun sudah terluka parah
Jejaka terpaku sesaat. Tapi tak lama kemudian amarahnya melonjak."Hiyaaa...!"Sambil berteriak melengking nyaring memekakkan telinga, Jejaka Emas menerjang Darba.Wut...! Ketika serangan gelang dewa Jejaka Emas terayun deras ke arah kepala Darba, pemuda berbaju coklat itu menarik kepalanya ke belakang tanpa menarik kakinya.Wusss...! Gelang dewa itu meluncur deras beberapa rambut di depan wajah Darba. Begitu kerasnya tenaga yang terkandung dalam serangan itu, sehingga rambut berikut seluruh pakaian Darba berkibar keras. Dan cepat-cepat pemuda berbaju coklat itu memberi serangan balasan yang tidak kalah berbahayanya.Wuuut...! Cepat bagai kilat kakinya melesat ke arah dada Jejaka Emas. Sadar akan bahaya besar mengancam, Jejaka segera menangkis serangan itu dengan tangan kirinya disertai tetakan ke bawah.Takkk...! Tubuh Darba melintir. Memang bila dibanding Jejaka Emas, posisi pemuda berbaju coklat itu lebih tidak menguntungkan.Namun
Sementara itu pertarungan antara Cakar Garuda menghadapi pengeroyokan anak buah Darba, berlangsung tidak seimbang. Kepandaian Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas itu, memang terlalu tangguh untuk para pengeroyoknya. Setiap kali besi berbentuk cakar di tangannya bergerak, setiap kali pula ada satu nyawa melayang. Jerit kematian terdengar saling susul."Aaa...!"Pekik nyaring melengking panjang, mengiringi rubuhnya orang terakhir para pengeroyok itu. Cakar Garuda memandangi tubuh-tubuh yang terkapar itu sejenak, baru kemudian beralih pada pertarungan antara Jejaka Emas menghadapi Darba. Terdengar suara bergemeletuk dari gigi-gigi Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas ini. Amarahnya langsung bangkit ketika melihat orang yang dicari-carinya, karena telah membasmi perguruannya."Hiyaaa...!"Diiringi pekik kemarahan laksana binatang terluka, Cakar Garuda melompat menerjang Darba, ketika pemuda itu tengah melentingkan tubuhnya ke belakang untuk menghindari serangan Je
Bergegas Jejaka berlari menghampiri. Sesaat kemudian Jejaka Emas telah berada dalam jarak tiga tombak dari arena pertempuran. Dari sini dapat terlihat jelas, siapa orang yang tengah dikeroyok itu. Dan ini membuat pemuda berbaju merah keemasan ini menjadi agak terkejut.Orang yang tengah dikeroyok itu berusia sekitar empat puluh tahun. Tubuhnya tegap dan kekar. Pada baju hitam bagian dada sebelah kiri terdapat sulaman cakar burung garuda dari benang emas. Di tangannya tergenggam sebuah baja hitam berbentuk cakar baja hitam dikibas-kibaskan dengan ganas. Ke mana saja cakar baja hitam bergerak, di situ pasti ada sesosok tubuh yang rubuh."Cakar Garuda...," desah Jejaka.Tapi pemuda ini tidak bisa berlama-lama mengamati pertarungan. Ternyata Darba yang memang ada di situ dan tengah dicarinya, bergerak menghampiri."Heh"! Kau lagi, Jejaka Emas" Rupanya kau tidak kapok juga. Atau, kali ini bersama-sama temanmu akan mengeroyokku?" ejek Darba memanas-manasi. Sepa
Seketika berubah wajah Jejaka."Maksud, Kakek?" tanya Jejaka Emas.Wajah Algojo Hijau berubah serius."Sejak puluhan tahun yang lalu, kami adalah sepasang tokoh yang tidak terkalahkan. Kami pun gemar bertanding, sehingga tak terhitung lawan yang rubuh di tangan kami. Sampai akhirnya, kami bertemu dengan Begawan Tapa Pamungkas. Melalui suatu pertarungan yang sengit, kami berhasil dikalahkannya. Tentu saja hal ini membuat penasaran, di samping malu yang besar. Maka kami katakan padanya, bahwa sepuluh tahun lagi kami akan datang menantang untuk menentukan siapa yang lebih unggul. Tapi rupanya kami sedang sial, karena lagi-lagi berhasil dikalahkan gurumu. Semenjak itu kami pun kembali giat berlatih, memperdalam ilmu-ilmu kesaktian. Tapi siapa sangka, di waktu kami telah merasa yakin akan dapat mengalahkannya, Begawan Tapa Pamungkas telah lebih dulu pergi ke alam baka. Siapa yang tidak kesal. Untunglah ada dirimu yang menjadi muridnya. Tapi tentu saja kau akan kami b
Nenek berpakaian putih itu menganggukkan kepalanya. "Aku juga tahu. Kalau tidak salah, pemuda itu berjuluk Jejaka Emas!"“Tepat” Ratu Bulan termenung."Dan ciri-ciri Jejaka Emas mirip pemuda ini!" sambung Algojo Hijau lagi."Ahhh...! Kau benar!" nenek tinggi kurus ini mulai teringat. Sementara itu, Jejaka juga terkejut melihat nenek berpakaian serba putih itu. Kelihaian nenek ini sudah dirasakannya. Sekarang dia datang berdua dengan kawannya yang sekali lihat saja diketahui kalau kepandaiannya tidak rendah.Larasati memegang pundak Jejaka dengan lembut agar Jejaka bisa meredam amarahnya. Jejaka sekarang tengah dilanda kemarahan yang meluap-luap. Tapi, tentu saja sebagai seorang pendekar menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, pemuda ini tidak meluapkan amarahnya secara sembarangan. Maka Jejaka yang memang tidak ingin mencari permusuhan, mencoba bersikap tenang. Ditunggu bagaimana tindakan Ratu Bulan terhadapnya. Jelas terlihat kalau nenek it