Share

Bab 17

"Jangan buang air matamu percuma, Nona! Aku takut burung-burung akan beterbangan dan matahari malas bersinar begitu mendengar suara tangismu yang teramat menyayat hati," usik Jejaka lagi, mulai kambuh penyakitnya.

"Diam! Namaku bukan Nona! Aku Ningrum! Dan lagi, tak seharusnya kau mencampuri urusanku, Pemuda Usil! Mau aku menangis di sini kek, di tempat lain kek. Apa pedulimu?" bentak si gadis yang ternyata Ningrum, murid tunggal si Raja Pedang Kupu-kupu.

"Cccck...! Cccckkk...! Oh... jadi namamu Ningrum? Bagus juga namamu. Oh, ya Ningrum. Apa kau tidak lihat kalau burung-burung kontan beterbangan, begitu mendengar suara tangismu?" goda Jejaka.

"Pemuda nyinyir! Apa telingamu budek? Aku bilang diam! Kenapa kau masih ngoceh tidak karuan?" sungut si gadis jengkel.

Si pemuda tersenyum-senyum nakal. Lalu tanpa mempedulikan kemarahan si gadis, Jejaka meletakkan pantat di depannya.

"Uh... genit!"

Sambil memaki begitu, si gadis menyingkir agak menjau

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status