"Jangan buang air matamu percuma, Nona! Aku takut burung-burung akan beterbangan dan matahari malas bersinar begitu mendengar suara tangismu yang teramat menyayat hati," usik Jejaka lagi, mulai kambuh penyakitnya.
"Diam! Namaku bukan Nona! Aku Ningrum! Dan lagi, tak seharusnya kau mencampuri urusanku, Pemuda Usil! Mau aku menangis di sini kek, di tempat lain kek. Apa pedulimu?" bentak si gadis yang ternyata Ningrum, murid tunggal si Raja Pedang Kupu-kupu.
"Cccck...! Cccckkk...! Oh... jadi namamu Ningrum? Bagus juga namamu. Oh, ya Ningrum. Apa kau tidak lihat kalau burung-burung kontan beterbangan, begitu mendengar suara tangismu?" goda Jejaka.
"Pemuda nyinyir! Apa telingamu budek? Aku bilang diam! Kenapa kau masih ngoceh tidak karuan?" sungut si gadis jengkel.
Si pemuda tersenyum-senyum nakal. Lalu tanpa mempedulikan kemarahan si gadis, Jejaka meletakkan pantat di depannya.
"Uh... genit!"
Sambil memaki begitu, si gadis menyingkir agak menjau
Ningrum terus berkelebat cepat meninggalkan puncak Bukit Karang Kanjen. Saat ini, rasa dendam bercampur kekecewaan berkecamuk dalam hati murid Raja Pedang Kupu-kupu itu. Gurunya tewas di tangan Dewa Abadi. Dan ia sebagai murid, merasa harus berbakti terhadap gurunya. Makanya, kini Ningrum bertekad mencari Dewa Abadi untuk meminta pertanggungjawabannya."Dewa Abadi...!" desis Ningrum penuh kemarahan. "Kini tak ada pilihan lain lagi. Terpaksa aku harus menuruti keinginanmu. Tapi, ingat! Walau sebenarnya aku tak sealiran dengan guruku, tapi sebagai murid bagaimanapun juga harus berbakti. Aku harus meminta pertanggungjawabanmu Dewa Abadi atas tewasnya guruku!"Ningrum sejenak menghentikan langkahnya. Dadanya yang membusung bergerak turun naik, memendam kemarahan membludak. Udara segar di luar hutan Bukit Karang Kanjen terasa sesak."Tapi, ke mana aku harus mencari orang. Seorang anak manusia yang terlahir bersama naga seperti yang di inginkan Dewa Abadi? Hm...! Rasa
Ningrum mengeluh dalam hati. Meski belum pernah bertemu, namun menurut keterangan dari mendiang gurunya, tokoh sesat dari timur itu memiliki kesaktian tinggi. Bahkan sama sekali tidak mengenal belas kasihan."Hm...! Rupanya hari ini aku tengah berhadapan dari tokoh sesat dari timur itu. Agaknya aku harus hati-hati. Sebab menurut keterangan Guru, tokoh sesat ini sangat licik dan keji!" kata Ningrum dalam hati."Hm...! Algojo Angin Timur! Kukira, dosamu sudah bertumpuk. Alangkah akan nyamannya bila orang-orang macam kau ini lekas-lekas enyah dari bumi. Dan akulah yang akan mengirim nyawa busukmu menemui kakek moyangmu di alam kubur!" dengus murid Raja Pedang Kupu-kupu ketus.Algojo Angin Timur tertawa bergelak. Saking gelinya, tokoh sesat dari Hutan Karang Kanjen ini sampai mengeluarkan airmata!"Lucu! Lucu sekali! Baru kali ini aku melihat seorang gadis segalak dirimu. Baik, baik! Tunjukkan kebolehanmu, bagaimana caranya menghajarku! Tapi kalau tak s
Menyadari kehormatannya terancam, murid Raja Pedang Kupu-kupu itu mulai putus asa. Tanpa disadari airmata pun menitik. Dengan suara tersendat-sendat, berkali-kali Ningrum minta dirinya dilepaskan. Namun suara-suara itu dianggap sebagai rintihan penuh nikmat oleh lelaki kasar itu."Jangan menangis, Cah Ayu! Kau tidak akan ku sakiti. Aku malah akan membawamu terbang jauh ke langit tingkat tujuh," desis Algojo Angin Timur."Boleh-boleh saja kau ajak gadis cantik itu terbang jauh. Tapi, hati-hati! Nanti malah kau sendiri yang jatuh ke comberan!""Heh...?!"Tiba-tiba terdengar suara dari arah samping yang disertai serangkum angin dingin ke arah Algojo Angin Timur. Lelaki sesat ini cepat menggulingkan tubuhnya, kalau tak ingin celaka.Brakkk!Batang pohon sebesar satu lingkaran tangan manusia yang tak jauh dari tempat itu kontan tumbang dan jatuh berdebam ke tanah terkena serangan nyasar. Debu-debu pun langsung membubung tinggi menyelimuti tempat
Melihat datangnya serangan, murid Begawan Tapa Pamungkas itu segera membuka jurus-jurus 'Naga Pamungkas' yang menjadi andalannya. Sedang kedua telapak tangannya yang kini berubah jadi putih terang siap melontarkan pukulan maut tenaga 'Inti Es'."Heaaa!”Dan begitu serangan-serangan Algojo Angin Timur mulai mendekati sasaran, kedua telapak tangan Jejaka yang membentuk dua cakar naga pun segera bergerak lincah.Plakkk! Plakkk!Begitu terjadi benturan tangan, dengan gerakan sulit terduga Algojo Angin Timur melayangkan bogem mentah ke beberapa bagian yang mematikan di tubuh Jejaka. Namun pada saat itu, si pemuda segera dapat membaca arah gerakan. Cepat bagai kilat segera dipapakinya pukulan-pukulan Algojo Angin Timur dengan gerakan cakaran telapak-cakaran telapak kedua telapak tangannya.Plakkk! Plakkk!Serangan-serangan Algojo Angin Timur berhasil ditangkis oleh cakaran telapak-cakaran telapak kedua tangan Jejaka. Seketika buku-buku tanga
Wajah cantik murid si Raja Pedang Kupu-kupu mendadak jadi berseri-seri. Senyum manisnya pun tampak tersungging di bibir. Namun ketika menyadari sikapnya tadi sewaktu mereka masih berada di puncak Bukit Karang Kanjen, mendadak sikapnya jadi salah tingkah."Ah...! Aku benar-benar minta maaf, Jejaka. Demi Tuhan, aku tidak menduga kalau kau adalah Jejaka Emas yang sedang banyak dibicarakan orang," ucap Ningrum gugup.Jejaka alias Jejaka Emas hanya tersenyum. Sementara sepasang matanya yang tajam tak henti-hentinya memandangi buah dada Ningrum yang membusung indah. Dan tanpa sadar, si pemuda jadi menelan ludahnya sendiri.Ningrum yang kini menyadari keadaan dirinya jadi malu bukan main. Semburat rona merah pun kontan menghiasi kedua pipinya. Namun ketika hendak menutupi buah dadanya, gadis cantik itu jadi mengeluh. Ternyata tubuhnya masih kaku tak dapat digerakkan."To.... Tolonglah bebaskan totokanku, Jejaka!" pinta Ningrum malu-malu.Jejaka yang masih
"Hayo, duduk! Kan enak kalau bicara sambil duduk begini," ujarnya.Ningrum yang merasa lamunannya dibuyarkan oleh tarikan tangan Jejaka pun segera tersadar. Namun untuk sesaat, ia belum juga buka suara. Perasaannya yang menggemuruh sejenak dibiarkan bermain dalam hati. Namun perlahan ia mulai dapat kendalikan perasaannya yang galau. Dan mulailah si gadis bercerita.Selama Ningrum bercerita, Jejaka hanya mengangguk-angguk saja. Tak ada keinginan untuk memotong cerita Ningrum. Namun ketika Ningrum berkali-kali menyebut nama Dewa Abadi, si pemuda jadi mulai tertarik."Apa? Kau bilang, kau diberi tugas untuk dapat menemukan seorang anak manusia yang dilahirkan bersama naga, Ningrum?""Iya. Dan untuk itu pula manusia durjana Dewa Langit itu melukaiku. Entah kenapa, sejak terkena totokan tua bangka keparat itu, ulu hatiku terasa nyeri bukan main. Tapi, tak apalah. Nanti kalau aku sudah menemukan orang yang dicari Dewa Abadi, baru aku boleh menemuinya di Hutan S
Tak jauh dari tempat mereka, tampak dua orang lelaki tua tengah tegak mengamati. Kedua orang lelaki tua itu sama-sama sudah berusia lanjut. Yang sebelah kanan mengenakan pakaian kafan warna putih. Tubuhnya tinggi kurus. Rambutnya yang panjang memutih digelung ke atas. Wajahnya pun pucat mirip mayat.Sedang lelaki tua di sebelahnya memiliki paras lucu menyerupai wajah bayi. Rambutnya putih dibiarkan riap-riapan di bahu. Tubuhnya yang pendek kurus dibalut pakaian ringkas warna hitam. Melihat ciri-cirinya, mereka tidak lain dari Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi.Sejak mereka dikalahkan oleh Dewa Abadi, Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi jadi kesal sekali. Untung saja mereka dapat membebaskan diri dari totokan Dewa Abadi. Kemudian mereka sepakat untuk mencari Jejaka."Cepat jawab pertanyaanku! Benarkah kau bergelar Jejaka Emas!" bentak Iblis Pocong garang.Jejaka alias Jejaka Emas tenang saja, seperti tak mempedulikan kehadiran kedua orang tua itu."Kau
"Kenapa tak berani? Memang kenyataannya kalian semua tolol. Pemuda yang sedang kalian cari-cari itulah yang berjuluk Jejaka Emas; Hayo, kenapa kalian hanya memandangi aku! Kunyuk berponi itu masih punya hutang barang satu dua gebukan padaku. Dan aku tak sabar lagi untuk menagih, berikut bunganya," teriak Peramal Darah nyaring.Habis berteriak begitu, Peramal Darah segera menerjang Jejaka hebat. Dalam sekali kelebatan saja, tongkat hitam di tangan kanannya telah berubah jadi gulungan hitam yang terus mendesak lawannya.Melihat Peramal Darah mendahului, tentu saja Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi tak mau ketinggalan. Dengan senjata masing-masing, mereka pun segera menyerang hebat."Hea...! Hea...!"Dikeroyok bertiga begitu, Jejaka kewalahan bukan main. Gempuran-gempuran ketiga lawannya, berkali-kali mengancam beberapa jalan kematian di tubuhnya. Untung saja sampai sejauh ini serangan-serangan ketiga orang pengeroyoknya dapat dihindari dengan melompat ke san