Menyadari kehormatannya terancam, murid Raja Pedang Kupu-kupu itu mulai putus asa. Tanpa disadari airmata pun menitik. Dengan suara tersendat-sendat, berkali-kali Ningrum minta dirinya dilepaskan. Namun suara-suara itu dianggap sebagai rintihan penuh nikmat oleh lelaki kasar itu.
"Jangan menangis, Cah Ayu! Kau tidak akan ku sakiti. Aku malah akan membawamu terbang jauh ke langit tingkat tujuh," desis Algojo Angin Timur.
"Boleh-boleh saja kau ajak gadis cantik itu terbang jauh. Tapi, hati-hati! Nanti malah kau sendiri yang jatuh ke comberan!"
"Heh...?!"
Tiba-tiba terdengar suara dari arah samping yang disertai serangkum angin dingin ke arah Algojo Angin Timur. Lelaki sesat ini cepat menggulingkan tubuhnya, kalau tak ingin celaka.
Brakkk!
Batang pohon sebesar satu lingkaran tangan manusia yang tak jauh dari tempat itu kontan tumbang dan jatuh berdebam ke tanah terkena serangan nyasar. Debu-debu pun langsung membubung tinggi menyelimuti tempat
Melihat datangnya serangan, murid Begawan Tapa Pamungkas itu segera membuka jurus-jurus 'Naga Pamungkas' yang menjadi andalannya. Sedang kedua telapak tangannya yang kini berubah jadi putih terang siap melontarkan pukulan maut tenaga 'Inti Es'."Heaaa!”Dan begitu serangan-serangan Algojo Angin Timur mulai mendekati sasaran, kedua telapak tangan Jejaka yang membentuk dua cakar naga pun segera bergerak lincah.Plakkk! Plakkk!Begitu terjadi benturan tangan, dengan gerakan sulit terduga Algojo Angin Timur melayangkan bogem mentah ke beberapa bagian yang mematikan di tubuh Jejaka. Namun pada saat itu, si pemuda segera dapat membaca arah gerakan. Cepat bagai kilat segera dipapakinya pukulan-pukulan Algojo Angin Timur dengan gerakan cakaran telapak-cakaran telapak kedua telapak tangannya.Plakkk! Plakkk!Serangan-serangan Algojo Angin Timur berhasil ditangkis oleh cakaran telapak-cakaran telapak kedua tangan Jejaka. Seketika buku-buku tanga
Wajah cantik murid si Raja Pedang Kupu-kupu mendadak jadi berseri-seri. Senyum manisnya pun tampak tersungging di bibir. Namun ketika menyadari sikapnya tadi sewaktu mereka masih berada di puncak Bukit Karang Kanjen, mendadak sikapnya jadi salah tingkah."Ah...! Aku benar-benar minta maaf, Jejaka. Demi Tuhan, aku tidak menduga kalau kau adalah Jejaka Emas yang sedang banyak dibicarakan orang," ucap Ningrum gugup.Jejaka alias Jejaka Emas hanya tersenyum. Sementara sepasang matanya yang tajam tak henti-hentinya memandangi buah dada Ningrum yang membusung indah. Dan tanpa sadar, si pemuda jadi menelan ludahnya sendiri.Ningrum yang kini menyadari keadaan dirinya jadi malu bukan main. Semburat rona merah pun kontan menghiasi kedua pipinya. Namun ketika hendak menutupi buah dadanya, gadis cantik itu jadi mengeluh. Ternyata tubuhnya masih kaku tak dapat digerakkan."To.... Tolonglah bebaskan totokanku, Jejaka!" pinta Ningrum malu-malu.Jejaka yang masih
"Hayo, duduk! Kan enak kalau bicara sambil duduk begini," ujarnya.Ningrum yang merasa lamunannya dibuyarkan oleh tarikan tangan Jejaka pun segera tersadar. Namun untuk sesaat, ia belum juga buka suara. Perasaannya yang menggemuruh sejenak dibiarkan bermain dalam hati. Namun perlahan ia mulai dapat kendalikan perasaannya yang galau. Dan mulailah si gadis bercerita.Selama Ningrum bercerita, Jejaka hanya mengangguk-angguk saja. Tak ada keinginan untuk memotong cerita Ningrum. Namun ketika Ningrum berkali-kali menyebut nama Dewa Abadi, si pemuda jadi mulai tertarik."Apa? Kau bilang, kau diberi tugas untuk dapat menemukan seorang anak manusia yang dilahirkan bersama naga, Ningrum?""Iya. Dan untuk itu pula manusia durjana Dewa Langit itu melukaiku. Entah kenapa, sejak terkena totokan tua bangka keparat itu, ulu hatiku terasa nyeri bukan main. Tapi, tak apalah. Nanti kalau aku sudah menemukan orang yang dicari Dewa Abadi, baru aku boleh menemuinya di Hutan S
Tak jauh dari tempat mereka, tampak dua orang lelaki tua tengah tegak mengamati. Kedua orang lelaki tua itu sama-sama sudah berusia lanjut. Yang sebelah kanan mengenakan pakaian kafan warna putih. Tubuhnya tinggi kurus. Rambutnya yang panjang memutih digelung ke atas. Wajahnya pun pucat mirip mayat.Sedang lelaki tua di sebelahnya memiliki paras lucu menyerupai wajah bayi. Rambutnya putih dibiarkan riap-riapan di bahu. Tubuhnya yang pendek kurus dibalut pakaian ringkas warna hitam. Melihat ciri-cirinya, mereka tidak lain dari Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi.Sejak mereka dikalahkan oleh Dewa Abadi, Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi jadi kesal sekali. Untung saja mereka dapat membebaskan diri dari totokan Dewa Abadi. Kemudian mereka sepakat untuk mencari Jejaka."Cepat jawab pertanyaanku! Benarkah kau bergelar Jejaka Emas!" bentak Iblis Pocong garang.Jejaka alias Jejaka Emas tenang saja, seperti tak mempedulikan kehadiran kedua orang tua itu."Kau
"Kenapa tak berani? Memang kenyataannya kalian semua tolol. Pemuda yang sedang kalian cari-cari itulah yang berjuluk Jejaka Emas; Hayo, kenapa kalian hanya memandangi aku! Kunyuk berponi itu masih punya hutang barang satu dua gebukan padaku. Dan aku tak sabar lagi untuk menagih, berikut bunganya," teriak Peramal Darah nyaring.Habis berteriak begitu, Peramal Darah segera menerjang Jejaka hebat. Dalam sekali kelebatan saja, tongkat hitam di tangan kanannya telah berubah jadi gulungan hitam yang terus mendesak lawannya.Melihat Peramal Darah mendahului, tentu saja Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi tak mau ketinggalan. Dengan senjata masing-masing, mereka pun segera menyerang hebat."Hea...! Hea...!"Dikeroyok bertiga begitu, Jejaka kewalahan bukan main. Gempuran-gempuran ketiga lawannya, berkali-kali mengancam beberapa jalan kematian di tubuhnya. Untung saja sampai sejauh ini serangan-serangan ketiga orang pengeroyoknya dapat dihindari dengan melompat ke san
Jejaka hanya bisa terpana melihat tubuh Ningrum jatuh berdebam ke tanah dan tak dapat bangun lagi. Jejaka yang semula sengaja memberi kesempatan gadis itu untuk mengumbar serangan jadi menyesali kebodohannya. Maka hatinya kontan tersaput kemarahan. Saking tak dapat mengendalikan amarah, wajah Jejaka terlihat berubah memerah."Jahanam! Kalian benar-benar manusia jahanam tak tahu malu! Demi Tuhan aku tidak akan membiarkan kalian menebar angkara murka di depan mataku!" bentak Jejaka penuh kemarahan."Heaaa...!"Dan dengan teriakan membelah angkasa, Jejaka kembali menerjang ketiga orang pengeroyoknya. Gelang-gelang dewa dilengan tangannya kembali terbang berseliweran menyerang ketiga pengoroyoknya. Kali ini Peramal Darah, Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi benar-benar harus mati-mati menghindari serangan gelang-gelang dewa tersebut. Sementara itu ditempatnya, Jejaka terus mengendalikan gerak serang ke-10 gelang dewanya.Sehebat apapun ketiga lawannya, tetap saj
"Dewa Abadi...!!!" desis ketiga orang pengeroyok Jejaka hampir bersamaan. Jejaka sendiri pun sempat terkejut. Ia tidak menyangka kalau lelaki tua renta di sampingnya itulah yang tadi menyerang ketiga orang pengeroyoknya dengan demikian hebat. "Sungguh tak kusangka orang tua renta. Tampaknya tak bertenaga, tapi mampu melancarkan serangan hebat. Dan tampaknya ketiga orang tokoh sesat di hadapanku ini jerih sekali menghadapi orang tua renta ini. Dewa Abadi...! Hm...! Inikah manusia durjana yang dimaksudkan Ningrum? Tapi, kenapa ia menolongku?" gumam hati Jejaka. "Dewa Abadi! Apa matamu buta?! Pemuda yang sedang kami keroyok itulah yang sedang kau cari-cari! Dialah yang bergelar Jejaka Emas. Tapi, kenapa kau malah menyerang kami?" teriak Peramal Darah nyaring. "Hm...!" lelaki tua yang tak lain Dewa Abadi menggumam tak jelas. Kepalanya pun segera berpaling ke arah Jejaka sambil mengangguk-angguk. "Jadi? Pemuda inikah yang telah dilahirkan bersama n
"Nah! Sekarang, kau bisa berbuat apa, Dewa Abadi? Apa kau sanggup menghadapi kami?" tantang pula Peramal Darah."Jangan banyak bacot, Peramal Darah! Akulah lawanmu," teriak Jejaka jengkel.Habis berteriak begitu, Jejaka melompat menerjang Peramal Darah. Kedua telapak tangannya yang membentuk dua cakar naga segera berkelebat cepat ke arah tubuh Peramal Darah. Namun sayangnya baru saja Jejaka berada di udara, Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi segera datang menghadang."Makanlah cemetiku, Bocah Poni!" teriak Iblis Muka Bayi garang.Ctarrr...!Wuttt...!Cemeti berekor sembilan di tangan kanan Iblis Muka Bayi pun segera menyambar-nyambar ganas menyerang Jejaka yang terpaksa harus menarik serangannya. Sedang tulang paha manusia di tangan Iblis Pocong menyambar deras ke arah Jejaka."Hea...! Hea...!"Dikawal teriakan nyaring, Peramal Darah pun turut pula mengeroyok Jejaka. Dalam sekali kelebatan saja, mendadak tongkat hitam di ta