Share

Bab 16

KENDATI sinar matahari berusaha menembus kerimbunan hutan di Bukit Karang Kanjen, tetap saja suasana dalam hutan terasa lengang dan lembab. Di bawah sebuah pohon besar yang tumbuh rindang di tengah hutan, seorang pemuda berambut pendek tak beraturan membentuk poni tengah asyik menikmati daging kelinci panggang. Sepasang mata pemuda yang mengenakan pakaian dibalut rompi berwarna merah dan bersisik keemasan tanpa lengan itu sebentar-sebentar mengerjap-ngerjap penuh nikmat. Lalu begitu daging kelinci telah pindah ke dalam perutnya, buru-buru dipotesnya paha kelinci yang sedikit hangus dan menebarkan aroma kurang sedap.

"Semprul! Tak seharusnya paha kelinci kesukaanku ini terlalu hangus. Tapi, tak apa-apalah! Biar hangus, toh masih terasa daging," celoteh pemuda yang tak lain Jejaka pada diri sendiri.

Sehabis mengoceh begitu, pemuda berjuluk Jejaka Emas ini segera menyantap paha kelinci panggang. Terlalu panas memang, tapi tidak dipedulikannya. Meski lidahnya terasa sepert

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status