Beranda / CEO / Jebakan Cinta sang CEO / Bab 34 | Detektif Rosiana

Share

Bab 34 | Detektif Rosiana

Penulis: Shanum Belle
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-31 20:01:02

“Pak Rasendriya, cepat ikuti mereka,” ucap Rosiana dengan lantang, dadanya membusung membentuk dua perisai kesombongan dengan posisi sejajar kiri dan kanan.

Dia melakukannya untuk membuktikan jika perkataan Pak Malik saat mereka kencan buta dahulu adalah salah. Pada malam itu, Pak Bos mengatai Rosiana akan menjadi bungkuk karena melakukan implan, tentu saja wanita tersebut tidak terima.

Sejak saat itu dia selalu membusungkan dada jika bertemu dengan hal yang berkaitan dengan Pak Malik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

“Tunggu aku ya,” Pak Malik memberikan kunci kamarnya padaku, lalu beliau mengikuti dua lelaki itu tanpa protes.

“Hei, apa dia baru saja mengabaikanku?” tanya Rosiana sambil menepuk-nepuk pundakku. Dia tidak terima karena dianggap sebagai makhluk transparan oleh Pak Malik.

Agar wanita ini tidak berteriak lagi dan mengganggu tamu lain, aku segera membawanya masuk ke kamar Pak Bos. Untung saja ada Rosiana, dia bisa menemaniku sembari menunggu Pak Malik kembali.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 35 | Rasendriya vs Rosiana

    “Iya, Ma. Ini Rara sudah sampai kamar.” Pak Malik memeluk pinggangku, seperti yang biasa dia lakukan saat sedang berkomunikasi dengan Ibu Susan.“Mana mantu Mama?” tanya Bu Susan melalui sambungan video.“Halo, Ma.” Aku melambaikan tangan pada beliau.“Coba putar kameranya, Mama mau lihat kamar kalian,” pinta beliau. Sepertinya Pak Malik sudah memberi tahu ibunya kalau kami sedang menginap di luar kota.Sesuai dengan permintaan Ibu Susan, Pak Malik pun memutar badan kami sehingga kamera dapat menangkap gambar ruangan kamar ini secara keseluruhan, termasuk wanita muda yang bergeming di depan pintu kamar mandi.Memang benar apa kata orang, sepandai-pandainya menyembunyikan durian, baunya tercium juga. Pernikahanku dengan Pak Malik yang kami sembunyikan dari publik, akhirnya ketahuan oleh Rosiana.Aku pun memberi kode pada Pak Malik dengan cara menarik ujung lengan bajunya sebagai tanda agar beliau mengatasi situasi yang krisis ini.“Ma, kita lanjut besok ya,” ucap Pak Malik. Beliau mela

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 36 | Americano Manis

    “Kamu gugup?” tanya Pak Malik.Tentu saja iya. Wanita mana yang tidak gugup kalau ada lelaki yang hanya mengenakan jubah tidur naik ke atas ranjang yang sama dengannya.“Hmm. Kalau ngomong jangan asal ucap ya.” Sebagai perempuan, menjaga harga diri adalah wajib hukumnya, terutama yang berhubungan dengan perasaan. Gengsi dong mengakui perasaan kita yang sesungguhnya.Karena pernikahan kami sudah ketahuan oleh Rosiana, aku pun tak jadi menginap di kamarnya maupun mencari penginapan lain. Mau tidak mau aku harus tidur sekamar dengan Pak Malik.“Saya di sebelah sini, Bapak di sana.” Tanganku menunjuk sisi ranjang yang sudah kubuat batas menggunakan bantal.Meskipun ranjang ini memiliki ukuran 200 x 200 cm namun tidak cukup besar untuk ditempati oleh dua manusia laki-laki dan perempuan. Terlebih lagi, lelaki tersebut baru saja menyatakan cintanya pada si perempuan.Benar! Pak Malik sudah mengatakan perasaannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 37 | Aulia Bigos

    “Tumben makan siang bareng kita, Al,” celetuk Aulia.Sudah lama aku tidak makan bersama dengan rekan kerja di lantai 17 karena biasanya diriku menemani Pak Malik makan siang di luar bersama rekan bisnis.“Iya, Bapak lagi ada janji dengan calon klien perusahaan,” jawabku.Hari ini Pak Bos makan berdua dengan Ibu Felicia atas inisiatif wanita itu sendiri. Dia datang ke kantor mendekati jam dua belas siang. Dengan alasan tidak ada waktu, beliau meminta agar dapat mengobrol tentang bisnis sambil menikmati makan siang dengannya, tanpa ditemani oleh siapa pun.“Oh perempuan yang pakai baju merah itu ya?” tanya Bunga, wajahnya menunjukkan ketidaksukaan.“Ternyata kamu lihat juga, Nga?” sambung Aulia sambil membuka bekal makan siang yang dia bawa dari rumah.Lain dengan bunga yang suasana hatinya sedang buruk, Aulia malah menunjukkan sikap yang antusias.“Jelas saya lihat, Bu. Orang dia jalannya geal-geol di depan Bunga.” Perempuan itu mengiris perkedel di atas piring menggunakan tenaga kuda

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 38 | KW

    “Ya Tuhan. Ini kan sepatu yang dibuat oleh desainer terkenal,”-Aulia menepuk-nepuk pundakku-“kalian tahu enggak? Ini sepatu cuma ada tiga di Indonesia.”Aku tidak menyangka kalau sepatu ini sangat langka karena diriku hanya menerimanya saja tanpa mencari tahu informasi tentang barang ini lebih lanjut. Kalau saja aku tahu lebih awal bahwa sepatu ini merupakan edisi terbatas, sudah pasti benda ini tak akan kupakai di kantor.“Masa sih Bu hanya ada tiga? Saya yakin pernah lihat ada orang pakai sepatu yang sama,” timpal Bunga.Tentu saja gadis ini pernah melihatnya karena akulah yang pakai. Dengan percaya diri, sepatu ini sudah kubawa keliling lantai 17 mulai dari ruangan Departemen Marketing, ruang kerja CEO, pantri, toilet, bahkan diriku juga sudah membawanya berlenggang ke ruangan Sekretaris Perusahaan di lantai 15.“Kamu lihat di mana, Nga?” tanya Aulia.“Di kantor,” jawabnya.Selesai sudah rahasia pernikahanku dan Pak Malik hari ini jika mereka tahu bahwa sepatu yang hanya ada tiga di

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 39 | Kenapa Kamu Menghindariku?

    Lelaki itu tak langsung duduk setelah memasuki ruang kerjanya. Dia hanya berdiri di sana, tak jauh dari pintu masuk. Dirinya juga tidak memberiku perintah apa pun.Karena situasi jadi canggung seperti ini, mau tak mau diriku harus mengambil inisiatif. Jika tidak melakukannya, mungkin saja kami akan jadi maneken sampai jam kerja berakhir.“Apa yang harus saya lakukan, Pak?” tanyaku yang sekarang berada di belakang tubuh orang itu persis.“Pak?” Dia tak menjawab.Aku takut terjadi sesuatu yang buruk padanya seperti kesurupan atau apa. Maka dari itu, aku tarik lengan bajunya secara pelan-pelan untuk memastikan apakah dia masih sadar atau tidak.“Ah.” Diriku tersentak karena Pak Malik langsung mengunci tubuhku ke dalam pelukannya saat aku menarik lengan baju beliau.Lelaki itu menggosok rambutku dengan lembut dan berkata, “Jangan bergerak, biarkan seperti ini sebentar saja.” Pak Malik mencium puncak kepalaku.Sebenarnya apa yang baru saja terjadi dengan pria ini? Sebelum pergi makan sia

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 40 | Bola Panas Bergerak Liar

    “Dalam beberapa bulan terakhir, kita mendapat keluhan pelanggan dari beberapa brand perawatan kulit. Mereka mengatakan bahwa konsumennya mengeluh tentang cairan toner yang sering tumpah,” ucap Bunga dalam ruang rapat.Pecitra memang bukan perusahaan yang menjual produk kecantikan menggunakan merek sendiri. Kami hanya memproduksi produk tersebut untuk klien dan mereka yang menjualnya menggunakan merek masing-masing.Mengenai kandungan bahan, manfaat dan tujuan penggunaan produk, sepenuhnya diputuskan oleh klien. Posisi Pecitra hanya memberi saran dan rekomendasi pada mereka dalam menentukan pilihan. Meskipun begitu, kami memberikan kualitas yang terbaik agar para klien kami dan konsumennya puas.“Sebagai jawaban atas keresahan mereka, kami memutuskan untuk mengubah packaging dari kemasan lama yang berbentuk tube menjadi kemasan botol,” imbuh Bunga.Ratna pun segera membagikan contoh kemasan baru yang direkomendasikan oleh tim marketing kepada seluruh peserta rapat.Sambil memegang boto

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03
  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 41 | Spesialis Neurologi

    “Pak, saya bisa jalan sendiri. Tolong turunkan saya,” pintaku pada Pak Malik, namun beliau menolaknya. Lelaki itu mengemban diriku dari ruang rapat hingga masuk ke mobil, bahkan sampai di rumah sakit.Aku malu setengah mati karena tatapan khalayak. Lebih malu lagi karena siapa pun yang melihat kami pasti akan merekamnya.Momen memalukan yang seharusnya dapat mereka lupakan dalam sehari berubah menjadi kenangan abadi yang tersimpan di galeri ponsel mereka. Semoga saja mereka tidak mengunggahnya ke dunia maya.“Nona Alba!” seru perawat di rumah sakit.Pak Malik sungguh berlebihan. Hanya karena kepalaku terbentur meja, beliau membawaku bertemu dengan dokter spesialis neurologi.“Silakan masuk, Kak,” ucap perawat tersebut.“Dengan Nona Alba Ayuningtyas?” tanya Pak Dokter.Aku meringis. “Benar Dok.”“Ehm….” Pak Malik mengoreksi, “Nyonya Alba, Dok.”Aish, Pak Malik kenapa sih? Antara nona dan nyonya saja dikomentari.“Baik Nyonya Alba, silakan katakan keluhannya,” ucap dokter spesialis neuro

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03
  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 42 | Nightwear

    Hampir setengah jam diriku berada di sini, di ruang pakaian Pak Malik. Sejak selesai mandi hingga sekarang, aku hanya melihat-lihat pakaian saja, tak dapat menentukan akan memakai baju yang mana.“Alba, makan malamnya sudah siap!” teriak Pak Malik dari ruang makan.“Iya Pak, tunggu! Saya pakai baju dulu,” jawabku.Meski banyak pakaian wanita tersedia, namun mereka tak pantas untuk dikenakan di depan orang lain, apalagi di depan lawan jenis karena sebagian dari pakaian yang ada di sini menggunakan kain yang tipis. Ukuran bajunya juga tak panjang, hampir semuanya di atas lutut, sedangkan bagian dada terlalu ke bawah.“Kamu ngapain aja sih di dalam, kenapa lama sekali?” tanya Pak Malik. Lelaki itu masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Aaahh…!” Tanganku refleks menutupi dada saat lelaki itu datang. Bagaimana ini? Sekarang aku masih memakai handuk mandi dan tak memakai apa pun selain itu.Aku terkejut, Pak Malik juga demikian. Lelaki itu langsung menutup matanya dan berba

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04

Bab terbaru

  • Jebakan Cinta sang CEO   Thankful

    Terima kasih aku ucapkan pada:Editorku, Kak Dian dan Kak Lucy. Berkat kalian berdua, ‘Jebakan Cinta sang CEO’ dapat tayang di Goodnovel;Para pembaca. Kalian memotivasiku untuk menyelesaikan cerita. ‘Jebakan Cinta sang CEO’ atau memiliki judul lain ‘Suami Magnetis’ merupakan naskah pertamaku di platform ini. Aku harap kalian menyukainya;Terkhusus untuk Jin, lelaki paling tampan di dunia dan sejagat raya pada abad ini. Oppa, thank you for giving me inspiration in writing this manuscript. If Oppa hadn’t held fan meeting a few months ago as well as became the torch bearer for The Paris 2024 Olympics, ‘Jebakan Cinta sang CEO’ would have had a different storyline. Oppa, i have a dream that one day my scripts will be adapted into drama and you become the one who play the main role. I hope my dreams come true.Saat ini aku sedang mengerjakan naskah lain berjudul Hidden Tea. Semoga cerita tersebut dapat tayang di platform ini juga. Sekian.

  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 109 | Suami Magnetis

    “Sayang, kamu enggak marah sama aku?” tanyaku.Saat ini diriku berada di bawah selimut yang sama dengan Rasenda. Setelah kami berdua melakukan penyatuan, rindu yang mengapur pun melebur. Suasana yang awalnya dingin, kini menjadi cair.Dengan lembut, Rasenda memeluk tubuhku yang masih polos dan apa adanya. “Marah kenapa?”“Karena aku jual Jantung Medusa, hadiah dari Mama,” jawabku dengan suara yang pelan, lalu menyembunyikan wajah di pelukan Rasenda.Pada saat diriku bilang ke Rosiana bahwa aku akan melepas Jantung Medusa, sebenarnya aku takut jika Rasenda membenciku. Meski pada saat itu lelaki ini membiarkan tindakanku, namun tetap saja ada perasaan tak enak.“Asalkan itu membuatmu senang, tidak ada masalah,” jawabnya.“Lagi pula, kamu tidak jual benda itu atas dasar keputusanmu sendiri. Aku masih punya andil di dalamnya. Ingat! Aku yang melepas perhiasan itu ke orang lain karena akulah yang menyimpannya. Jadi, jangan salahkan dirimu, oke,” imbuhnya.Betapa baiknya suamiku. Padahal ka

  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 108 | Face Mist Lada Hitam

    Empat hari kami berada di Korea mulai dari Kamis hingga Minggu. Kalau saja Aulia bukan budak korporasi, mungkin kami akan berada di sana hingga satu minggu ke depan.“Manu, tolong bawa ke dalam dan bagi dengan yang lain,” pintaku pada orang itu, wanita yang disuruh oleh Rasenda untuk mengawasi gerak-gerikku.Dia membawa masuk koper yang kuberikan dan membukanya. Betapa terkejut wanita itu setelah dia melihat isi dalam koper tersebut. Terdapat berbagai produk kecantikan, seperti masker wajah, lipstik dan pelembab. Tak ketinggalan juga teh yuja, ginseng serta berbagai makanan khas Korea.Selama berada di negeri K-pop, Aku dan Aulia memuaskan diri berkeliling ke berbagai tempat. Dari lokasi wisata hingga pusat perbelanjaan, kami kunjungi semua. Tak peduli mau beli atau tidak, yang penting kami bisa cuci mata.“Ya ampun banyak banget, Bu. Apa enggak rugi kena cukai?” respons Manu.Persetan dengan cukai atau apa pun itu, toh yang bayar suamiku. Dia sendiri juga sudah bilang agar aku memuas

  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 107 | Wangi Kebahagiaan

    “Hai sayang! Gimana kabar?” Rosiana mencium pipiku, kiri dan kanan.“Baik Kak. Kakak gimana?” jawabku.Wanita yang kini mengenakan kemeja putih ini menggenggam tanganku. “Luar biasa.”Kami bertemu di kafe yang terletak di daerah Megamendung. Tempat itu memiliki pemandangan indah yang menghadap ke Gunung Salak.Selain memanjakan mata, kafe tersebut juga memanjakan lidah, terutama bagi pengunjung yang mencintai makanan pedas. Mereka menyediakan berbagai menu yang dipadukan dengan sambal bakar seperti ikan gurame, ayam bakar pedas manis, steik bumbu kacang dan masih banyak lagi.“Langsung saja tidak usah basa-basi. Aku dengar kamu punya Jantung Medusa.” Baru saja bertemu, wanita ini sudah bertanya tentang perhiasan.“Dari mana Kakak mendengarnya?” tanyaku.“Dari kenalanku. Dia ingin membelinya,” ujar Rosiana.Memang yang namanya gosip cepat beredar. Mend

  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 106 | Buku Harian Rasenda

    “Sayang kamu pasti bercanda, kan?”Aku menarik jas pria ini dengan tangan yang gemetar. Bagaimana mungkin dia berubah menjadi begitu kejam?Kertas yang dia berikan padaku merupakan surat pengunduran diri yang sudah diatur olehnya. Dia, bahkan tak meminta pendapatku lebih dahulu. Inikah hukuman darinya?“Selama ini aku tak bermaksud untuk menyembunyikan kebenaran ini. Aku hanya belum sempat mengatakannya…, tidak…, aku tak berani mengatakannya karena takut kalau kamu jadi makin sedih,” ucapku.“Saat itu, kamu baru saja kehilangan Mama. Jika aku memberi tahu kalau aku keguguran….”“Tetap saja aku berhak tahu!” bentaknya. “Bagaimanapun juga, dia juga anakku.”Seumur hidup, aku tak pernah melihat Rasenda marah sampai membentakku seperti malam ini. Biasanya, tak peduli seburuk apa suasana hatinya, dia tak akan berbicara dengan nada tinggi padaku.“Apa kar

  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 105 | Pembalut Bikin Kalut

    Semenjak Ayu mengunggah video klarifikasi, kepercayaan publik yang sempat hilang pun kembali. Demikian juga dengan kepulangan Rasenda dari Singapura membuat atmosfer Pecitra menjadi lebih baik dari hari ke hari.Lelaki itu berhasil membujuk klien Pecitra yang ingin memutus kerja sama untuk mengurungkan niatnya. Dengan demikian, kerugian yang mengancam perusahaan dapat ditekan.Rasenda berjalan keluar dari ruangannya dan singgah di mejaku. “Sayang, buka akun sekuritas kamu deh,” ucap lelaki itu. Aku pun menurutinya.Betapa terkejut diriku saat melihat ekuitas yang aku miliki saat ini. Besarnya tak tanggung-tanggung hingga mencapai enam bagger. Modal awal yang aku taruh adalah delapan belas miliar enam ratus juta rupiah dan kini nilainya menjadi seratus sebelas miliar enam ratus juta rupiah.“Sayang! Ini beneran uang aku naik lima ratus persen?” tanyaku pada suami untuk memastikan diriku yang masih percaya bahwa ini mimpi.

  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 104 | Amit-amit Jabang Bayi

    Setelah menyelesaikan sambungan telepon dengan suami, aku merasakan ada sesuatu yang mengalir di bawah sana. Awalnya hanya terasa lengket, namun makin lama terasa kian deras.“Bu, silakan dipakai.” Bu Angelic memberikan pembalut padaku. “Di dekat sini ada mol, kita bisa pakai toilet di sana,” sambungnya.Setelah wanita itu berkata demikian, aku pun refleks meraba celanaku dan melihat ke belakang sana. Betapa terkejutnya diriku mendapati rembesan darah yang masih segar.“Ini tidak mungkin,” gumamku.“Sudah Bu, tidak usah malu. Kita kan sama-sama perempuan. Wajar saja kalau bocor saat sedang deras-derasnya,” ujar Ibu Angelic.Selama ini, tak ada yang mengetahui kehamilanku, kecuali suami dan ibu mertua. Oleh karena itu, tak heran jika wanita ini mengira bahwa aku sedang menstruasi. Hal ini ada baiknya juga sebab pendarahanku tak menimbulkan kegaduhan.“Pak Kevin dan Bu Angelic balik duluan

  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 103 | Ayu sudah Berlalu

    “Surprise, moda faka!” ucapku dengan intonasi yang manis disertai senyuman lebar pada Ayu, wanita yang membuat kekacauan di tubuh Pecitra dalam beberapa minggu belakangan.Perempuan itu terburu-buru menutup kembali pintu masuk begitu dia tahu kalau yang berkunjung ke tempat tinggalnya adalah diriku dan dua pejabat tinggi Pecitra. Berani bertaruh, dia pasti tak menyangka kalau kami akan datang ke rumah yang dia rahasiakan dengan baik.“Tidak mempersilakan kami masuk?” Aku menahan daun pintu dengan sepatu.Ayu tetap bersikeras menutup pintu, namun Pak Kevin berhasil menariknya dan menerobos masuk. Perempuan itu pun berteriak minta tolong. Sayangnya, usaha tersebut tak membuahkan hasil karena kami lebih dahulu membungkam mulutnya.“Jangan kamu pikir bisa berbuat seenaknya setelah merusak nama baik Pecitra,” ucapku padanya dengan suara pelan, tepat di telinga perempuan itu.“Kalau kalian berani macam-m

  • Jebakan Cinta sang CEO   Bab 102 | Titik Terang

    “Bagaimana situasi di Jakarta?” tanya Rasenda padaku yang sedang berada dalam perjalanan menuju Petals Allure.“Semua aman terkendali meskipun ada kayu yang melintang. Kamu tenang saja karena aku sudah membereskannya,” kataku, merujuk pada Rapat Dewan Direksi yang baru saja digelar.Bila teringat tentang rapat tersebut, dadaku jadi bergemuruh. Kalau berbuat kekerasan tak melanggar hukum, mungkin aku sudah menarik rambut para direksi sampai kepala mereka botak.“Aku kesal banget tahu. Bisa-bisanya mereka mau gantiin kamu. Dibilangnya kamu mangkir dari tugas saat perusahaan sedang ada masalah. Padahal kan di sana kamu juga masih mengerjakan urusan kantor,” sambungku.“Lalu apa yang kamu lakukan?” tanya lelaki itu dari balik telepon.“Ya aku lawan. Untung saja kamu kasih aku surat kuasa untuk atur saham yang kamu punya. Aku bilang saja kalau aku memegang saham mayoritas bahkan sampai tujuh puluh persen, jadinya mereka enggak bisa berdebat lagi,” jawabku.Rasenda pun tertawa keras setelah

DMCA.com Protection Status