Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 120 [ASISTEN KEHORMATAN]

Share

Chapter 120 [ASISTEN KEHORMATAN]

last update Last Updated: 2025-01-31 09:33:07

Aldrich melirik sekilas tas-tas belanjaan yang ia bawa di kedua tangannya. Beberapa kantong kertas berlogo butik Elizabeth tersampir di sana, isinya tentu saja beberapa gaun yang dipilih Valerie tadi.

Sebenarnya, Elizabeth bersikeras agar Valerie tidak perlu membayar gaun-gaun itu sebagai bentuk kompensasi atas kejadian sebelumnya. Namun, seperti yang Aldrich duga, Valerie menolak mentah-mentah.

Wanita itu tidak suka menerima sesuatu secara cuma-cuma. Meskipun pada akhirnya, Elizabeth tetap memberikan potongan harga yang cukup besar—sesuatu yang, menurut Aldrich, masih termasuk dalam kategori ‘cuma-cuma’ dalam standar Valerie.

Saat mereka berjalan bersisian menuju parkiran, Aldrich melirik Valerie yang tampak santai melangkah di sampingnya.

"Jadi, kau akan memakai gaun itu untuk nanti malam?" tanyanya, nada suaranya terdengar setengah iseng, setengah ingin tahu.

Valerie mengangkat bahunya acuh. "Ya, sepertinya begitu."

Aldrich mencibirkan bibir bawahnya.

Ia kembali menatap tas-tas be
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 121 [TIDAK PUNYA HATI UNTUK DISAKITI]

    “Oh, jadi mall tadi benar-benar milikmu?” tanya Valerie, tiba-tiba teringat perkataan Aldrich saat di butik Elizabeth tadi.Aldrich yang fokus mengemudi menatap sekilas pada Valerie. Dia tersenyum tipis. "Hanya salah satu properti milik keluarga," katanya santai dengan bahu terangkat.Mulut Valerie membentuk huruf ‘O’. Tapi melihat betapa mewahnya kehidupan Aldrich, dia tak heran jika pria itu sangat kaya. Bahkan bisa sesukses itu di usianya yang baru tiga puluhan.“Bagaimana? Kau tertarik untuk jatuh cinta padaku?” canda Aldrich, mengerling genit.Perut Valerie serasa dikocok-kocok. Dia merasa mual. Buru-buru Valerie memasang wajah jijik yang dibuat-buat.Melihat itu, Aldrich pun memasang wajah sakit hati yang dibuat-buat. “Padahal aku tampan dan sempurna,” keluhnya.Valerie menyetujui perkataan Aldrich barusan. “Ya, untuk ukuran gigolo, kau memang sempurna.” katanya, mengangguk-angguk kecil.Aldrich mencibir, mengingat pertemuan pertama mereka di Paris. Mau tak mau, keduanya pun ter

    Last Updated : 2025-01-31
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 122 [TIDAK PUNYA MASA DEPAN]

    "Ah, kasurku yang empuk!"Valerie menjatuhkan dirinya ke atas ranjang dengan penuh kepuasan, membiarkan tubuhnya tenggelam dalam kelembutan kasurnya yang sudah lama tak ia tiduri. Beberapa hari terakhir, ia terlalu sibuk di mansion Aldrich sehingga jarang pulang ke apartemen.Matanya melirik sekilas ke jam di dinding. 17.30. Masih ada beberapa jam sebelum pesta yang diadakan ayahnya dimulai.Pesta ulang tahunnya yang ke-24. Sekaligus pengumuman pertunangannya dengan Aldrich.Valerie mendesah, awalnya ia tidak terlalu bersemangat menghadiri acara itu. Namun, mengingat siapa saja yang akan datang, terutama Charlos dan Jennifer, senyum licik langsung tersungging di wajahnya."Bagaimana ekspresi mereka nanti, ya? Apakah Charlos akan menyesal?" gumamnya sambil tersenyum penuh arti.Charlos. Lelaki yang pernah menjadi bagian dari hidupnya selama beberapa tahun. Hubungan mereka dulu terlihat stabil di mata orang lain, tapi pada kenyataannya, Charlos mengkhianatinya.Valerie masih ingat bagai

    Last Updated : 2025-02-01
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 123 [BENCI BERBAGI]

    "Aldrich."Aldrich menoleh, dan mendapati Valerie berdiri di depannya. Wanita itu tampak mempesona dalam balutan gaun mermaid dusty pink. Untuk beberapa detik, Aldrich terdiam, pria itu bahkan hampir meneteskan liurnya sendiri. Membuat Valerie terkekeh, lalu berjalan mendekat ke arah Aldrich dan langsung menggandeng tangan pria itu."Matamu hampir keluar, Tuan," bisik Valerie geli.Aldrich mengusap kasar wajahnya, "Sial, babe. Kau seksi sekali, rasanya aku ingin menyeretmu masuk kembali ke apartemen. Kau benar-benar menggoda. Aku tak rela kau dilihat pria lain di luar sana," katanya dengan satu tarikan napas.Valerie mendecih, lalu Aldrich pun membukakan pintu untuknya."Sayang sekali, kau harus berbagi keindahanku dengan semua tamu malam ini," ujar Valerie menggoda.Gantian Aldrich mendecih sambil menyalakan mesin mobil. "Sial. Aku benci berbagi.""Silakan, Tuan Putri." Aldrich berkata lagi.Malam ini, Aldrich menggunakan setelan jas dusty pink dengan potongan tailored-fit yang semp

    Last Updated : 2025-02-02
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 124 [MEMPERMALUKAN]

    “Akhirnya kamu datang juga, sayang.”Bastian berkata dengan nada puas, tatapannya bergantian antara Valerie dan Aldrich. Ia kemudian menepuk pundak Aldrich dengan akrab, menandakan persetujuan dan rasa hormatnya.“Acaranya belum dimulai, karena memang pemeran utamanya belum datang.” Bastian menambahkan dengan senyum penuh arti.Di seberang ruangan, Jennifer yang tengah bercakap dengan Charlos langsung membelalak marah saat melihat interaksi itu.Wanita itu berdiri anggun dengan gaun off-shoulder berwarna merah menyala, membalut tubuh rampingnya dengan sempurna. Belahan gaun yang tinggi di salah satu sisi memperlihatkan kakinya yang jenjang, sementara rambut panjang bergelombangnya disanggul setengah, membiarkan beberapa helaian jatuh di bahunya dengan kesan menggoda.Wajahnya dipoles sempurna dengan riasan bold—lipstik merah pekat yang serasi dengan gaunnya, eyeliner tajam yang membuat tatapannya semakin menusuk, serta highlighter yang menambah kilauan di tulang pipinya. Perhiasan be

    Last Updated : 2025-02-03
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 125 [IDENTITAS YANG TERBUKA]

    "Kau wanita murahan!" pekik Jennifer, suaranya melengking tajam hingga menarik perhatian beberapa tamu di sekitarnya.Langkah Valerie terhenti, tetapi alih-alih tersinggung, ia justru tersenyum tenang. Senyum itu—yang terlihat seperti ejekan terselubung—hanya semakin memanaskan amarah Jennifer."Kau bahkan sampai menjual tubuhmu yang murahan itu hanya demi gaun terbaru?" tambah Jennifer lagi, suaranya dipenuhi cemoohan.Bisik-bisik mulai menyebar di antara para tamu. Suasana yang tadinya dipenuhi percakapan santai kini berubah menjadi lebih tegang, hingga akhirnya perhatian beralih ke tempat Jennifer dan Valerie berdiri.Dari kejauhan, Bastian dan Aldrich, yang sedang berbicara dengan Dylan—ayah Aldrich—menyadari ketegangan itu.Valerie, tetap dengan ekspresi santainya, menatap Jennifer seolah baru saja mendengar sesuatu yang mengejutkan. "Oh, kau menuduhku atas perilakumu sendiri?" tanyanya dengan nada polos yang jelas dibuat-buat.Tawa tertahan terdengar dari beberapa tamu di sekit

    Last Updated : 2025-02-03
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 126 [PANDANGAN JIJIK]

    "Ti—tidak. Mana mungkin Valerie anak Bastian."Jennifer menggelengkan kepalanya, suaranya hampir tak terdengar. Matanya membelalak, menatap Valerie dengan kebingungan, lalu beralih ke Bastian yang kini berdiri di atas panggung."Tidak! Aku sudah mengenalnya bertahun-tahun, dia bukan putri orang kaya!" gumamnya lagi, kali ini dengan nada panik.Di sebelahnya, Charlos tampak gelisah. Pria itu menggigit bibir bawahnya, tubuhnya menegang. Ada firasat buruk yang menggerogoti pikirannya, namun ia masih berharap semua ini hanya lelucon belaka.Namun, harapannya hancur seketika saat suara lantang Bastian menggema di seluruh ruangan."Valerie Brianna Caitlin!"Suara itu terdengar tegas dan penuh wibawa, seolah menegaskan otoritasnya.Jennifer merasakan lututnya lemas. Nafasnya tercekat, tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan."Va—Valerie?" ulang Charlos tak percaya.Tatapannya terpaku pada Valerie, wanita yang dulu ia tinggalkan demi Jennifer. Wanita yang dulu ia anggap tidak memiliki masa dep

    Last Updated : 2025-02-04
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 127 [CINTA ATAU TIDAK]

    "Val... Valerie, tunggu!"Langkah Valerie terhenti di depan koridor menuju toilet ketika mendengar suara yang sudah lama tak ingin ia dengar dengan nada penuh harap. Ia mendesah pelan, merapikan gaunnya yang elegan sebelum berbalik dengan ekspresi malas.Charlos sudah berdiri di hadapannya, wajahnya dipenuhi kecemasan dan rasa bersalah yang terlambat. Pria itu mengulurkan tangan, berusaha menggenggam pergelangan Valerie, namun dengan sigap wanita itu menepisnya."Apa!" sentak Valerie dengan nada tajam.Charlos menatap Valerie dengan sorot mata terluka, seolah ia adalah korban di sini."Maafkan aku," ujarnya dengan suara rendah, penuh kepura-puraan. "Kita kembali seperti dulu lagi, ya? Aku masih mencintaimu."Jika kata-kata itu diucapkan Charlos dulu, mungkin Valerie akan luluh. Mungkin ia akan menangis, mempertimbangkan untuk memaafkan. Namun, sekarang?Perasaan itu sudah lama mati.Valerie menyeringai kecil, memandang Charlos dengan tatapan penuh ejekan."Lucu sekali," katanya pelan,

    Last Updated : 2025-02-05
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 128 [DANSA]

    “Kenapa lama sekali?”Aldrich bersandar di meja bar, tatapannya tajam saat melihat Valerie berjalan dengan ekspresi kesal.Tanpa menjawab, Valerie langsung meraih gelas koktail dingin dan meneguknya habis dalam sekali tegukan. Gelas berkaki itu diletakkannya kembali dengan sedikit hentakan, seolah ingin melampiaskan kekesalannya.“Charlos mencegatku!” desisnya, nafasnya sedikit naik turun.Alis Aldrich terangkat. Tatapan matanya berubah dingin, rahangnya mengeras.“Dia bilang masih mencintaiku. Cih, siapa yang sedang dia bohongi?” Valerie tertawa sinis, menggeleng tak percaya.Aldrich tetap diam. Namun sorot matanya semakin tajam, seolah menilai sesuatu yang tak diungkapkan Valerie.“Jadi, apa kau masih mencintainya?” tanyanya datar.Valerie yang baru saja meneguk minuman keduanya nyaris tersedak. Matanya melebar, menatap Aldrich dengan tak percaya.“Serius kau bertanya begitu?” Valerie menghela nafas, lalu mendekat, tatapannya penuh ketidakpercayaan.“Kalau aku masih mencintainya, ak

    Last Updated : 2025-02-06

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 149

    "Val, duluan ya!"Seorang rekan kerja Valerie menyapa sebelum meninggalkan ruangannya. Valerie, yang baru saja selesai merapikan tumpukan berkas di mejanya, menoleh dan mengangguk."Iya, Mbak. Hati-hati," balasnya singkat.Sekarang jam istirahat, dan Valerie sudah memiliki janji makan siang dengan Aldrich. Pikirannya dipenuhi oleh kemungkinan menu yang akan mereka santap, tetapi lebih dari itu, ada perasaan lain yang membuatnya bersemangat.Sambil bersenandung kecil, Valerie mengambil tasnya lalu berdiri. Langkahnya ringan, menunjukkan suasana hatinya yang baik. Ia tidak menyangka, setelah semua yang terjadi, hubungannya dengan Aldrich kini berkembang ke arah yang lebih dalam—sesuatu yang dulu ia hindari, tetapi kini justru ia nikmati.Setibanya di lobi, ia melihat Aldrich sudah menunggunya di dekat pintu keluar. Pria itu berdiri dengan anggun, mengenakan kemeja biru gelap yang sedikit tergulung di bagian lengan. Mata tajamnya menatap ke arah Valerie, dan begitu wanita itu mendekat, b

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 148

    “Ada apa ini?”Suara berat Aldrich menggema di ruangan. Langkahnya terhenti begitu melihat Alicia terduduk di lantai, separuh tubuhnya basah kuyup, sementara para karyawan berusaha menahan tawa mereka.Alicia, yang masih sibuk mengatur emosinya, segera berusaha bangkit. Tatapannya beralih pada Aldrich, berharap pria itu akan menolongnya. Namun, Aldrich hanya menatapnya dengan ekspresi datar selama sepersekian detik sebelum perhatiannya beralih kepada Valerie, yang baru saja keluar dari ruangannya.“Selamat pagi, Pak Aldrich. Anda sudah datang?” sapa Valerie dengan senyum tipis, seolah tidak terjadi apa-apa.Sudut bibir Aldrich berkedut. Wanita itu benar-benar tahu cara bermain peran. Dengan wajahnya yang tenang dan sedikit jahil, Valerie paling cantik saat seperti ini. Alicia, yang tidak terima melihat interaksi itu, segera membuka mulutnya dengan nada memanas. “Ini semua salah Valerie, Pak! Dia yang mendorong saya!” serunya, berusaha menuntut pembelaan.Aldrich mengangkat alisnya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 147

    Valerie melangkah masuk ke lobi perusahaan dengan penuh percaya diri. Sepasang kaki jenjangnya yang terbungkus stiletto hitam mengayun anggun, berpadu dengan rok pensil selutut yang membentuk lekuk tubuhnya. Blus putih berpotongan rapi membalut tubuh rampingnya dengan sempurna, dipermanis dengan blazer tipis yang menggantung di lengannya. Rambut panjangnya yang bergelombang jatuh sempurna di bahu, mempertegas aura elegan seorang wanita yang tahu betul caranya membawa diri.Namun, baru saja ia hendak menuju ruangannya, suara nyaring yang sudah tak asing lagi terdengar memenuhi ruangan.“Kau datang ke perusahaan ini seolah milik ayahmu saja!”Valerie menghela napas pelan sebelum mengangkat dagunya sedikit. Di hadapannya berdiri Alicia, dengan ekspresi sinis dan tangan yang terlipat di dada. Wanita itu mengenakan gaun ketat berwarna merah marun, dengan potongan rendah yang menonjolkan setiap lekuk tubuhnya. Rambut panjang lurusnya tergerai, dengan riasan yang sedikit berlebihan untuk

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 146

    Valerie berdiri di depan pantry dengan wajah sedikit mengantuk, mengenakan kemeja Aldrich yang kebesaran di tubuhnya. Kancing atas terbuka, memperlihatkan sedikit tulang selangkanya yang indah, sementara ujung kemeja jatuh hingga pertengahan pahanya. Rambut panjangnya berantakan, bukti dari malam yang panjang dan panas bersama Aldrich.“Garam, penyedap... apalagi ya?” gumamnya pelan, mengetuk-ngetukkan jari di meja sambil berpikir.Dia bukan seseorang yang ahli dalam memasak. Seumur hidupnya, selalu ada pelayan atau chef yang menyiapkan makanan untuknya. Namun, setelah hidup mandiri dan semakin dekat dengan Aldrich, Valerie merasa ingin mencoba sesuatu yang baru—termasuk membuat nasi goreng dadakan pagi ini.Lagipula, Aldrich juga pernah memasakkan sesuatu untuknya. Rasanya tidak adil jika dia hanya menerima tanpa memberi balasan.Menghela napas, Valerie membuka kulkas, mengeluarkan beberapa bahan yang menurutnya bisa digunakan. Dia menatap bawang merah dan bawang putih di tangannya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 145

    Aldrich menyeringai kembali, matanya berbinar penuh hasrat. Tanpa ragu, ia menarik tengkuk Valerie, memperdalam ciuman mereka setelah mendengar wanita itu mengatakan tidak akan pulang malam ini.Ciumannya semakin dalam, semakin menuntut. Aldrich melumat bibir Valerie dengan intensitas yang membuat napas mereka saling bercampur. Tangannya merambat ke punggung Valerie, menekan tubuhnya lebih erat ke dadanya yang bidang.Saat Valerie mulai kehilangan kendali, Aldrich pun melepaskan ciumannya, hanya untuk menurunkan bibirnya ke rahang Valerie, menelusuri garis lembutnya sebelum akhirnya mendarat di leher jenjang wanita itu. Ia mengecapnya pelan, kemudian menggigit kecil, menikmati bagaimana tubuh Valerie menegang di bawah sentuhannya."Vanila yang kurindukan," bisiknya, suaranya serak dan dalam, menggema di kulit Valerie, membuat bulu kuduknya meremang.Tanpa memberi kesempatan Valerie untuk berpikir, Aldrich kemudian melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu dan dengan mudah merebah

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 144

    "Kau benar-benar tidak tertarik padaku?" tanya Aldrich, suaranya lebih dalam dari biasanya.Menatap Valerie dengan mata yang sulit ditebak. Ada keraguan, ada penasaran, dan sedikit—hanya sedikit—kesedihan yang terselip di sana.Valerie terkekeh, nada tawanya sedikit berat karena efek alkohol yang mulai menguasai dirinya. Ia mengangkat gelas wine ke dahinya, membiarkan dinginnya menyentuh kulitnya sejenak sebelum matanya terpejam. Beberapa detik berlalu, lalu ia membuka matanya lagi, menatap Aldrich dengan sorot yang sulit diartikan."Aku suka," katanya, suaranya samar dan menggoda.Aldrich mencondongkan tubuhnya ke depan, ekspresinya berubah serius. "Lalu mengapa kau menolakku?" tanyanya, ada nada sedih.Valerie tersenyum miring, lalu mencondongkan tubuhnya juga, jari-jarinya menyentuh bahu Aldrich dengan lembut. "Dengar," katanya pelan, suaranya hampir seperti bisikan. Ia kemudian meletakkan gelasnya ke atas meja, seolah ingin lebih fokus pada percakapan mereka. "Kau itu lelaki pil

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 143

    "Aku tidak tahan!"Valerie hampir saja berdiri, tapi sebelum dia sempat menggeser kursinya, Jennifer dan Charlos sudah lebih dulu bangkit. Wanita itu menempel mesra di lengan Charlos, tangannya melingkar erat seolah menandai kepemilikannya.Valerie menyipitkan mata, mengamati keduanya yang berjalan keluar dari kafe dengan penuh percaya diri, seakan tak peduli dengan tatapan orang-orang sekitar. Jennifer bahkan tertawa kecil sambil menepuk dada Charlos sebelum mereka benar-benar menghilang di balik pintu kaca."Akhirnya mereka pergi juga," keluh Valerie, lalu menjatuhkan dirinya kembali ke kursi dengan napas panjang.Aldrich, yang sejak tadi menyaksikan reaksinya dengan ekspresi terhibur, terkekeh santai. "Apa kau juga ingin pergi? Tidak perlu menebak, mereka pasti berakhir di hotel malam ini."Valerie menoleh cepat, menatap Aldrich dengan wajah setengah kesal. "Aku tidak peduli!" ketusnya, memutar bola mata.Tapi Aldrich tidak tertipu. Dia melihat bagaimana Valerie meneguk minumannya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 142

    “Aku tidak tahu mengapa bisa sebuta itu dan menyukai dia!” keluh Valerie, sebelum meneguk minumannya dengan gerakan cepat dan kesal.Di hadapannya, Aldrich hanya terkekeh kecil. Saat pelayan datang membawa cangkir espresso keduanya, ia mengangguk singkat sebagai tanda terima kasih, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada Valerie.“Wajar saja jika manusia khilaf,” komentarnya santai, nada suaranya penuh hiburan melihat ekspresi kesal Valerie.Valerie menghela napas panjang, lalu diam-diam mengangguk, mengakui kebenaran ucapan Aldrich. Dahulu, ia benar-benar menganggap Charlos sebagai pria baik. Seseorang yang ia pikir akan selalu ada untuknya. Namun kenyataannya, pria itu dengan mudah mengkhianatinya, memilih sahabatnya sendiri, Jennifer—dan meninggalkan Valerie begitu saja.Dan sekarang? Mendengar sendiri rencana busuk serta percakapan menjijikkan antara Charlos dan Jennifer membuatnya ingin menertawakan dirinya sendiri. Dulu, ia begitu bodoh hingga menangisi pria brengsek seperti

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 141

    "Jadi?" Charlos menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Jennifer dengan penuh selidik. "Apa rencanamu?"Jennifer tersenyum kecil, matanya bersinar licik. Dengan gerakan anggun, ia mengaduk kopinya perlahan sebelum menjawab, "Kita akan memainkan kesetiaan sebagai senjata. Buat Aldrich percaya bahwa Valerie masih mencintaimu, bahwa hubungan kalian belum benar-benar berakhir."Charlos mengangkat alis, belum sepenuhnya yakin. "Dan kau yakin itu akan berhasil?"Jennifer tertawa pelan, suara lembutnya penuh racun. "Tentu saja." Ia menatap Charlos tajam. "Valerie meninggalkanmu karena perselingkuhanmu denganku. Sekarang, bagaimana jika Aldrich berpikir Valerie masih berharap kembali padamu? Pria sepertinya tak akan tahan dengan pengkhianatan. Dia pasti akan membenci Valerie."Charlos mengusap dagunya, perlahan senyum terbentuk di wajahnya. Membayangkan skenario itu, membayangkan Valerie yang kaya raya dan terluka, kembali dalam genggamannya, terdengar sangat menarik.Dulu, ia meningga

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status