Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 127 [CINTA ATAU TIDAK]

Share

Chapter 127 [CINTA ATAU TIDAK]

last update Last Updated: 2025-02-05 20:57:58

"Val... Valerie, tunggu!"

Langkah Valerie terhenti di depan koridor menuju toilet ketika mendengar suara yang sudah lama tak ingin ia dengar dengan nada penuh harap. Ia mendesah pelan, merapikan gaunnya yang elegan sebelum berbalik dengan ekspresi malas.

Charlos sudah berdiri di hadapannya, wajahnya dipenuhi kecemasan dan rasa bersalah yang terlambat. Pria itu mengulurkan tangan, berusaha menggenggam pergelangan Valerie, namun dengan sigap wanita itu menepisnya.

"Apa!" sentak Valerie dengan nada tajam.

Charlos menatap Valerie dengan sorot mata terluka, seolah ia adalah korban di sini.

"Maafkan aku," ujarnya dengan suara rendah, penuh kepura-puraan. "Kita kembali seperti dulu lagi, ya? Aku masih mencintaimu."

Jika kata-kata itu diucapkan Charlos dulu, mungkin Valerie akan luluh. Mungkin ia akan menangis, mempertimbangkan untuk memaafkan. Namun, sekarang?

Perasaan itu sudah lama mati.

Valerie menyeringai kecil, memandang Charlos dengan tatapan penuh ejekan.

"Lucu sekali," katanya pelan,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 128 [DANSA]

    “Kenapa lama sekali?”Aldrich bersandar di meja bar, tatapannya tajam saat melihat Valerie berjalan dengan ekspresi kesal.Tanpa menjawab, Valerie langsung meraih gelas koktail dingin dan meneguknya habis dalam sekali tegukan. Gelas berkaki itu diletakkannya kembali dengan sedikit hentakan, seolah ingin melampiaskan kekesalannya.“Charlos mencegatku!” desisnya, nafasnya sedikit naik turun.Alis Aldrich terangkat. Tatapan matanya berubah dingin, rahangnya mengeras.“Dia bilang masih mencintaiku. Cih, siapa yang sedang dia bohongi?” Valerie tertawa sinis, menggeleng tak percaya.Aldrich tetap diam. Namun sorot matanya semakin tajam, seolah menilai sesuatu yang tak diungkapkan Valerie.“Jadi, apa kau masih mencintainya?” tanyanya datar.Valerie yang baru saja meneguk minuman keduanya nyaris tersedak. Matanya melebar, menatap Aldrich dengan tak percaya.“Serius kau bertanya begitu?” Valerie menghela nafas, lalu mendekat, tatapannya penuh ketidakpercayaan.“Kalau aku masih mencintainya, ak

    Last Updated : 2025-02-06
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 129 [CIUMAN DI LANTAI DANSA]

    Valerie terperangah, napasnya tercekat. Tatapan Aldrich begitu dalam, begitu membara, seolah pria itu benar-benar akan melakukannya.Musik masih mengalun, tetapi bagi mereka, dunia terasa berhenti. Hanya ada Aldrich. Hanya ada ketegangan di antara mereka yang kian menyala.Valerie tahu seharusnya dia menjauh, menghindar, tetapi tubuhnya terasa terpaku di tempat. Kenapa godaan pria ini begitu kuat, begitu menggoda?Aldrich semakin mendekat, wajahnya hanya berjarak beberapa inci dari Valerie. Napas hangatnya menyapu kulitnya, menciptakan sensasi aneh yang membuat jantung Valerie berdebar tak karuan.Matanya menatap bibir Valerie, lalu kembali menatap mata wanita itu, seolah memberi kesempatan untuk menolak. Namun, Valerie tetap diam, tidak mundur, tidak menghindar.Saat itulah Aldrich kehilangan kendali.Tangannya melingkar di pinggang Valerie, menarik tubuh wanita itu lebih dekat. Lalu, tanpa peringatan, bibirnya menyapu bibir Valerie—lembut, namun mendalam.Valerie terkejut, tapi buka

    Last Updated : 2025-02-06
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 130 [KERJA SAMA CHARLOS DAN JENNIFER]

    "Dalam mimpimu!" Valerie mendesis sebelum menginjak kaki Aldrich dengan cukup kuat.Aldrich meringis, tapi senyumnya tetap terpatri di wajah. Valerie juga tersenyum, meski giginya rapat menahan gemas."Lihat betapa mesranya mereka." Dylan tertawa kecil, melirik ke arah Bastian. "Sepertinya kita harus memberikan waktu untuk sepasang kekasih yang sedang kasmaran ini."Bastian dan yang lainnya mengangguk setuju. Sebelum pergi, Bastian menepuk bahu Aldrich dengan santai, seakan memberi restu yang tak perlu.Begitu orang tua mereka menghilang dari pandangan, Valerie langsung melepaskan dirinya dari Aldrich. Ia menatap pria itu dengan tajam."Dasar tidak tahu tempat!" gerutunya, meninju dada Aldrich dengan gemas.Aldrich hanya terkekeh, tangannya terangkat menahan serangan kecil Valerie. "Tapi kau menikmatinya, kan, babe?" godanya, matanya berkilat nakal.Valerie mendelik tajam. “Berhenti memanggil aku ‘babe’!” katanya, tapi pipinya masih bersemu merah.Aldrich terkekeh. “Baiklah, sayang?”

    Last Updated : 2025-02-07
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 131 [TAMU TAK DI UNDANG]

    "Valerie!"Suara klakson mobil membelah pagi yang tenang, disusul oleh panggilan seseorang yang sangat dikenalnya.Valerie yang baru saja keluar dari gedung apartemennya sontak terlonjak. Jantungnya berdetak cepat, bukan karena terkejut dengan kehadiran seseorang yang tak diundangnya, tetapi karena rasa muak yang langsung menjalar dalam dirinya.Di seberang jalan, Charlos bersandar santai di bodi mobil sport hitamnya, satu tangan menyelip di saku celana, sementara tangan lainnya memegang rokok yang belum dinyalakan. Kemeja putihnya digulung hingga siku, memperlihatkan urat-urat di lengannya yang tegang. Rambutnya yang selalu tertata rapi kini sedikit berantakan, menambah kesan kasual yang sengaja dibuat.Matanya menyipit di bawah sinar matahari pagi, menatap Valerie dengan senyum yang tak bisa dijabarkan—entah itu senyum menggoda, mengejek, atau mungkin penuh kepemilikan. Sesekali, bibirnya bergerak seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi ia menahan diri.Sepatu kulitnya yang mengila

    Last Updated : 2025-02-08
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 132 [PERMAINAN EMOSI]

    "Kau pikir kau siapa? Aku lebih dulu mengenal Valerie! Kau hanya pria yang kebetulan beruntung!" Charlos menatap Aldrich dengan penuh kebencian. Aldrich tersenyum miring, tetapi ada nada dingin dalam suaranya. "Beruntung? Oh, aku tidak percaya pada keberuntungan, Charlos. Aku percaya pada kepemilikan. Dan Valerie adalah milikku."Charlos tertawa sinis. "Milik? Hah! Dia hanya menggunakanmu sebagai pelampiasan! Dia tidak benar-benar mencintaimu, Aldrich. Pertunangan ini hanyalah caranya untuk membalas dendam padaku."Valerie menegang. Ia ingin menampar Charlos atas tuduhan tak masuk akal itu, tetapi Aldrich lebih cepat.Bug!Tinju Aldrich menghantam rahang Charlos begitu keras hingga pria itu terhuyung ke belakang, hampir jatuh ke aspal. Valerie terkejut, tetapi diam-diam merasa puas melihat Charlos mendapatkan balasannya.Aldrich mendekat, menatap Charlos yang kini memegangi rahangnya dengan mata membelalak. "Sekali lagi kau mengatakan omong kosong seperti itu atau menyentuh Valerie

    Last Updated : 2025-02-09
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 133 [SEBATAS PURA-PURA]

    "Apa kau juga lupa? Kita ini hanya berpura-pura," balas Valerie acuh setelah berhasil meredam jantungnya yang berisik. Bibirnya tersenyum, tetapi entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal di dadanya saat mengucapkan itu. Aldrich menarik napas panjang, rahangnya sedikit mengeras. Namun, bukannya membalas, ia hanya mengangguk singkat, lalu meneguk sisa espresso miliknya dalam satu tegukan. Keheningan menyelimuti mereka sejenak, hanya suara gesekan sendok di cangkir dan obrolan samar dari meja lain yang terdengar. Valerie merasa sedikit tidak nyaman. Ia tidak tahu kenapa, tetapi ekspresi Aldrich yang tiba-tiba datar membuatnya gelisah. Setelah beberapa detik, Aldrich melirik cangkir cokelat panas Valerie yang masih terisi setengah. "Ayo habiskan minumanmu," suaranya terdengar lebih tenang dari sebelumnya, meski ada sedikit nada mendesak. "Kita bisa terlambat." Valerie mengangguk pelan, lalu menyesap minumannya dalam diam. Namun, di dalam hatinya, ada pertanyaan yang terus berp

    Last Updated : 2025-02-10
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 134 [DIAM ADALAH IYA]

    Setelah pintu tertutup, suasana dalam ruangan terasa lebih tenang. Valerie masih diam di tempatnya, menatap tempat sampah di mana buket bunga itu kini teronggok tanpa arti. Ia menghela napas pelan."Terima kasih," ucapnya tanpa menoleh pada Aldrich.Aldrich tidak segera menjawab. Ia mendekati meja Valerie, bersandar di tepiannya sambil menyilangkan tangan di dada. "Kau bisa saja memberitahuku jika bajingan itu masih mengganggumu."Valerie mendesah, akhirnya menatap Aldrich. "Aku tidak mau membuat masalah ini jadi lebih besar. Lagi pula, aku bisa menanganinya sendiri."Aldrich menyipitkan mata, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit. "Begitu? Karena dari yang kulihat, kau tampak terganggu."Menggigit bibirnya, Valerie tidak ingin mengakui hal itu. Namun, Aldrich selalu bisa membaca dirinya lebih baik daripada yang ia harapkan."Aku hanya tidak suka melihat Charlos masih berusaha kembali dalam hidupku. Itu menjijikkan," akhirnya ia mengaku.Aldrich mengangguk kecil, lalu mengangkat daguny

    Last Updated : 2025-02-11
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 135 [TAK SEPERTI BIASANYA]

    "Hhh...." Aldrich menggenggam kedua pipi Valerie, mempertemukan dahi mereka. Nafas keduanya masih memburu setelah ciuman panas yang baru saja terjadi. Sontak, Valerie pun terkekeh pelan, dan Aldrich ikut tersenyum melihatnya. "Ini kantor," ujar Valerie di sela usahanya mengatur nafas. "Ya, aku tahu," jawab Aldrich, masih enggan menjauh. Tatapannya tetap terkunci pada Valerie, sementara posisi mereka yang begitu dekat bisa dengan mudah menimbulkan kesalahpahaman. Senyuman jahil terukir di bibir Aldrich. "Kau tak penasaran bagaimana rasanya bercinta di kantor? Atau kalau kau mau, kita bisa masuk ke ruangan rahasia." Ia hanya berniat menggoda, yakin Valerie akan segera mendorongnya sambil mengatakan bahwa ia gila—seperti biasanya. Namun kali ini, sesuatu yang berbeda terjadi. Alih-alih menjauh, Valerie justru meremas lembut kedua tangan Aldrich, menatapnya dalam dengan tatapan yang tak terduga. "Sepertinya menarik," bisiknya dengan senyum menggoda. Pernyataan itu seperti bensin

    Last Updated : 2025-02-12

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 215

    Valerie tertawa. “Astaga… aku ingat sedikit. Ayah sempat nangis juga, ya?”“Iya, sambil bilang, ‘Anakku sudah bisa kabur dari rumah!’” ujar Bunda menirukan suara Bastian dengan gaya dramatis, dan mereka berdua meledak dalam tawa.Halaman demi halaman Valerie buka, menemukan momen-momen kecil yang dulu hanya kabur dalam ingatan: waktu ia nyasar di taman belakang dan ditemukan tidur di bawah pohon mangga, saat menangis karena balon ulang tahunnya meletus, atau saat mencoret-coret dinding dengan krayon lalu menyalahkan “kucing tetangga.”“Aku… beneran dulu segemas ini ya Bun?” Valerie mencubit pipinya sendiri.“Gemes banget, sampai bikin Bunda takut kamu cepat besar dan ninggalin Bunda,” ucap Bunda sambil mengelus rambut Valerie.Valerie diam sejenak, menatap satu foto lama. Itu adalah fotonya dan Jennifer, masih berseragam sekolah, tersenyum sambil memegang bunga matahari yang mereka tanam bersama.Wajah Valerie perlahan berubah. Tangannya menyentuh foto itu sejenak, lalu cepat-cepat me

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 214

    Tok. Tok.Ketukan lembut terdengar di pintu kamar Valerie. Suaranya disusul suara lembut yang tak pernah gagal membuat Valerie merasa seperti anak kecil lagi.“Sayang, Bunda boleh masuk?”Valerie yang sejak tadi hanya duduk di tepi ranjang, memeluk bantal sambil memandangi jendela, menunggu pesan dari Aldrich, menoleh pelan. Ia mengangguk meski tahu sang bunda tak bisa melihatnya.Pintu terbuka perlahan. Wanita elegan dengan balutan blouse biru pastel itu melangkah masuk, menenteng secangkir susu hangat. Senyum hangatnya muncul lebih dulu, sebelum ia duduk di sisi tempat tidur Valerie.“Apa kamu merasa nyaman?” tanya Bunda, mengusap pelan tangan Valerie.Valerie mengangguk kecil. “Nyaman, Bun. Lebih dari nyaman.”Tapi bundanya tahu, di balik senyuman itu, ada hal-hal yang masih mengganjal di hati putrinya.Sambil menyerahkan cangkir susu, Bunda menarik napas panjang. “Kamu tahu, waktu Bunda hamil kamu dulu, Bunda juga sering menangis diam-diam.”Valerie menoleh cepat, kaget.“Bunda?”

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 213

    Ruang interogasi siang itu tak terlalu ramai. Hanya ada dua penyidik, satu pengacara pendamping dari pihak kepolisian, dan Aldrich yang duduk dengan ekspresi tegas di sisi kanan meja.Jennifer duduk di seberang, tangannya terikat borgol, tapi senyumnya masih setengah mengejek seperti biasa. Rambutnya diikat asal, dan tatapannya tajam menusuk ke arah Aldrich.“Jadi,” ujar penyidik, membuka catatan. “Kita ingin memastikan, benar bahwa semua rencana penjebakan, pengawasan, penyebaran video tak senonoh itu berasal dari Anda?”Jennifer menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, menarik napas panjang, lalu melirik Aldrich sejenak. Bibirnya terangkat dalam senyum malas.“Ya,” katanya enteng. “Itu semua ideku.”Ruangan mendadak sunyi.Aldrich hanya memiringkan kepala sedikit, menatapnya lebih dalam. “Kenapa, Jennifer?”Jennifer mendecakkan lidah pelan. “Kenapa? Serius nanya begitu?”Ia mengangkat alis, lalu melipat tangan di atas meja. “Kau tahu, dulunya aku dan Valerie itu sahabat. Bestie, begitu

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 212

    “Karena… kamu sangat cantik pagi ini. Dan aku butuh waktu untuk menikmati itu tanpa disela siapa pun,” jawabnya jujur, dengan suara rendah dan dalam.Valerie tertawa kecil, menunduk menahan senyum. “Gombal!”“Tidak.” Aldrich melangkah mendekat. “Kamu makin bersinar sejak hamil. Kulitmu, matamu, senyummu… aku bahkan tidak yakin bisa berkonsentrasi bekerja hari ini.”Valerie menegakkan dagunya, pura-pura berani. “Berarti salahku kamu jadi malas kerja?”“Tentu.” Aldrich menatap mata Valerie begitu dekat sekarang. “Dan karena itu…”Tiba-tiba, ia mencondongkan tubuhnya cepat dan mencuri satu kecupan ringan di bibir Valerie, hanya sekelebat, nyaris tak tersentuh angin.Valerie terkejut. “Aldrich!”Tapi sebelum ia bisa berkata apa-apa lagi, Aldrich sudah menjauh setengah langkah dengan senyum tak berdosa. “Apa? Aku hanya mengambil hakku sebagai tunangan.”“Kalau dilihat Bunda, aku bisa dikunci di kamar sebulan!” Valerie menepuk dada Aldrich dengan gemas, tapi rona merah sudah merayap sampai

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 211

    Suara bel utama mansion menggema lembut ke seluruh penjuru rumah, membuyarkan tawa keluarga kecil itu di ruang makan.Salah satu maid segera berjalan cepat menuju pintu depan. Tak lama, ia kembali sambil tersenyum, membungkuk sedikit kepada Valerie.“Maaf, Nona Valerie… ada tamu. Tuan Aldrich sudah tiba.”Wajah Valerie seketika berubah. Matanya membulat kecil. “Ha? Aldrich?”Sebelum ia bisa berdiri dari kursinya, langkah-langkah mantap terdengar mendekat. Di ambang ruang makan yang luas dan berlapis marmer itu, Aldrich muncul, membawa sebuket bunga peony berwarna putih kekuningan yang indah, dengan satu kantong kertas berisi botol minuman herbal yang tampaknya dikemas dengan cantik.“Pagi semuanya.” Suaranya rendah dan tenang, tapi senyumnya penuh kelembutan, terarah hanya pada satu orang—Valerie.Valerie yang semula bersandar santai kini duduk lebih tegak. Wajahnya langsung merona. Tangannya refleks menyentuh pipinya yang terasa hangat, lalu menatap Aldrich dengan cemberut malu-malu

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 210

    Begitu ia menginjak lantai marmer utama, aroma masakan segar langsung menyergap lebih kuat. Valerie menuju ruang makan, dan saat pintu geser dibuka oleh seorang pelayan lain, matanya langsung dimanjakan oleh pemandangan yang menggugah selera.Ruang makan itu luas, dengan langit-langit tinggi dan lampu kristal utama bergaya baroque menggantung anggun di tengah ruangan. Meja makan panjang dari kayu walnut mengkilat ditata sempurna dengan taplak putih bersih dan peralatan makan perak. Di tengah meja, berjejer aneka masakan yang menggoda. Omelette keju, salmon panggang, salad buah segar, aneka roti dan croissant hangat, potongan alpukat dan telur rebus, bubur ayam kampung, serta teh melati dan kopi hitam yang masih mengepul.Di ujung meja, sang ayah, Bastian, sudah duduk santai dengan koran pagi terbuka di depan wajahnya, namun begitu Valerie masuk, ia menurunkannya dan langsung tersenyum lebar.“Lihat siapa yang akhirnya bangun!” serunya sambil berdiri. “Nak, daddymu curiga, bundamu s

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 209

    Cahaya matahari pagi menyelinap masuk lewat celah tirai kamar Valerie, menyapu lembut wajahnya yang tenang dan sedikit mengantuk. Kulitnya tampak lebih bercahaya dari biasanya, dengan pipi yang merona alami, sebuah pesona baru yang muncul sejak ia mengandung. Rambutnya yang sedikit berantakan justru membingkai wajah ovalnya dengan manis, membuatnya terlihat semakin menawan meski baru saja terbangun.Ia mengenakan daster satin berwarna lembut—biru muda dengan renda tipis di bagian lengan dan kerah. Bahannya yang jatuh mengikuti lekuk tubuh membuatnya tampak anggun meski dalam kesederhanaan. Valerie menggeliat pelan di atas ranjang, lalu meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas.Senyuman tipis langsung mengembang di wajahnya begitu layar menyala, ada notifikasi dari Aldrich.Aldrich [07.02 AM]:Pagi, sayang. Sudah bangun?Valerie mengetik dengan cepat, senyumnya makin lebar.Valerie [07.03 AM]:Sudah. Tapi belum mandi. Masih mager di kasur.Kenapa tidak bangunkan aku langsung saja?

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 208

    Malam telah turun dengan damai, membungkus mansion megah milik keluarga Bastian dalam kehangatan yang elegan. Di ruang makan utama, cahaya lampu gantung berkilau keemasan, memantulkan bayangan hangat di dinding-dinding tinggi yang dihiasi lukisan klasik.Di meja makan panjang yang ditata rapi dengan peralatan makan mewah berlapis emas, duduklah Valerie, Aldrich, Bastian, dan sang Bunda. Wanita anggun itu mengenakan blus sutra krem yang memancarkan ketenangan, duduk di samping suaminya dengan tatapan penuh cinta pada anak semata wayangnya.Makan malam berlangsung dalam obrolan ringan dan senyum yang tak putus-putus. Sampai akhirnya Valerie meletakkan garpunya perlahan, menatap kedua orang tuanya dengan ekspresi hangat yang terselip gugup.“Ayah, Bunda…” ucap Valerie lirih. “Aku ingin memberitahu sesuatu.”Bunda Valerie segera menatap putrinya itu dengan lembut. “Apa, sayang?”Valerie meraih tangan ibunya, lalu melirik Aldrich yang duduk di sebelahnya, memberi anggukan kecil penuh duku

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 207

    Langit mulai beranjak senja saat rombongan mobil hitam mewah memasuki gerbang besar bergaya klasik Eropa yang berdiri megah di ujung jalan pribadi sepanjang hampir satu kilometer. Pagar besi berornamen emas terbuka perlahan, menampilkan pemandangan mansion Bastian yang seperti diambil dari halaman majalah arsitektur kelas dunia.Mansion itu berdiri tiga lantai dengan dominasi marmer putih krem, jendela-jendela tinggi berbingkai emas matte, dan pilar-pilar kokoh menjulang. Air mancur dengan patung kuda berlapis perunggu menjadi pusat taman depan, dengan rumput yang dipangkas sempurna dan lampu-lampu taman mulai menyala hangat seiring langit menggelap.Saat mobil berhenti, beberapa bodyguard berbadan tegap segera membuka pintu. Valerie turun terlebih dahulu, mengenakan dress soft pink selutut yang membentuk tubuh rampingnya. Flat shoes putihnya menyentuh marmer dengan langkah anggun. Di belakangnya, Aldrich turun dengan gaya khasnya—jas casual warna arang, kemeja putih berpotongan pas

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status