Johan menatap ibunya dengan tatapan terkejut. “Kenapa Ibu lebih sayang sama menantu?”Maria langsung memelototi Johan. “Pokoknya besok kamu pergi cari Frida. Ajak dia nonton atau jalan-jalan! Jangan pulang sebelum malam!”Selesai berbicara, Maria langsung naik ke lantai atas!Johan berkata dengan tidak berdaya, “Ibu, besok libur!”Kali ini Maria langsung menghentikan langkahnya, dan langsung memarahi Johan, “Libur apaan! Kalau kamu nggak berhasil membujuk menantuku, kamu nggak usah pulang lagi!”Johan terdiam membisu. Dasar “ibu tiri”!Setelah Reza mengantar Kelly pulang. Waktu pun sudah hampir jam 12 malam ketika mereka pulang ke Imperial Garden.Sewaktu Reza sedang mandi, Sonia pun kepikiran dengan Yandi. Berhubung sekarang sudah larut malam, Sonia tidak menelepon Yandi, melainkan mengirim pesan kepadanya.[ Sudah tidur belum? ]Yandi langsung melakukan panggilan video. Sonia berjalan ke balkon, lalu mengangkatnya. Dari dalam video, dapat dilihat bahwa Yandi sedang berada di dalam
Kedua mata Sonia bergerak. Dia lalu menjawab dengan perlahan, “Kita bekerja sama-sama. Yandi juga adalah teman kakakku. Dia yang ajari aku teknik memanah.”Reza masih ingin bertanya lagi. Tiba-tiba Sonia menjinjit kakinya, lalu mengecup bibir Reza. Dia menyipitkan matanya sambil bergumam, “Sudah malam, kita tidur yuk?”Reza langsung menggendong Sonia, menciumnya sambil berjalan ke sisi ranjang.Kali ini Reza tidak lanjut bertanya lagi. Masa lalu Sonia tidaklah penting. Masa depannya bersama Sonia barulah penting.Sonia ditindih di atas ranjang. Dia melilit leher Reza, fokus membalas kecupannya.Reza mencium kening Sonia, lalu beralih mencium matanya. “Sonia, kita akan pisah selama dua malam.”Saat ini kedua mata Sonia sudah berlinangkan air mata. Suaranya juga terdengar lembut. “Emm.”Reza lalu beralih mencium tulang selangkanya.“Kamu mesti kangen sama aku!”…Keesokan siangnya, Reza mengendarai mobil mengantar Sonia ke bandara. Kemudian, Sonia menaiki pesawat pribadi Reza menuju ke A
Reza berjalan memasuki rumah dengan perlahan. Hari ini dia sedang mengenakan busana santai berwarna krim. Tubuhnya tegapnya membuat Reza terlihat sangat berkelas.Ketika si lelaki berjalan mendekat, jantung Gina langsung berdegup kencang. Namun, dia berlagak tenang dengan menyesap teh.“Bu! Kak!” sapa Reza.Diana bertanya, “Sonia sudah naik pesawat?”“Emm!” Reza mengangguk dengan perlahan.Lysa pun berkata, “Tadi ayahmu suruh kamu ke ruang bacanya. Kamu pergi sana.”Reza mengangguk, lalu berjalan naik ke lantai dua.Gina merasa agak kecewa ketika menyadari Reza pergi tanpa menyapanya.…Reza mengetuk pintu ruang baca. Ketika melihat si lelaki sedang membaca di belakang rak buku, Reza pun berkata, “Ayah, Ayah cari aku?”Tommy mengangkat kepalanya, melepaskan kacamata, lalu menunjuk sofa di sampingnya dengan wajah serius. “Duduk!”Setelah Reza duduk, Tommy bertanya, “Kenapa kamu nggak pulang selama beberapa hari ini?”“Banyak pertemuan di malam hari. Jadi, belakangan ini aku tinggal di a
Sewaktu Sonia hampir sampai di rumah, dia menerima panggilan dari Hendri. Suaranya masih terdengar lembut seperti biasanya, seperti seorang ayah yang lembut. “Sonia, hari ini libur, kamu pulang ke rumah, ya!”Sonia membalas, “Aku sudah pulang ke Atria!”“Ke Atria?” Hendri merasa agak terkejut. “Kamu pergi jenguk kakekmu?”“Iya!”Hendri berkata dengan tersenyum, “Kalau begitu, sampaikan salamku kepadanya. Uangmu masih cukup nggak? Sekarang aku transfer ke rekening kamu, ya. Belikan makanan enak untuk dia.”“Nggak usah, aku sudah beli!” balas Sonia.Ketika menyadari sikap dingin Sonia, Hendri pun tidak tahu harus berkata apa lagi. “Kalau begitu, kamu hati-hati di jalan!”“Ayah!” Tiba-tiba Sonia memanggil Hendri.Hendri merasa agak syok. “Ya?”Sonia berkata, “Kelak jangan cari Reza lagi!”Kali ini Hendri terdiam beberapa saat. Dia merasa sangat canggung. Hendri bisa mencari Reza juga karena kondisi agak mendesak. Kondisi bisnisnya semakin memburuk. Jadi, dia ingin meminta bantuan dari Ke
Sonia menggeleng. “Nggak.”Reviana menghela napas. “Kamu jangan kasih tahu orang lain. Kalau nggak, kamu pasti akan dipermalukan!”Stella menunjukkan ekspresi sedih. “Aku juga nggak takut dipermalukan. Aku hanya merasa aku nggak bisa bantu Kak Sonia, aku merasa bersalah, makanya aku nggak bilang sama yang lain.”“Keputusanmu sudah benar!” Tatapan Reviana langsung berkilauan. Dia menebak, “Dia bisa bekerja di Arkava Studio sepertinya demi mempersulit kamu. Kamu mesti lebih hati-hati!”Hendri langsung menyela, “Apa kamu sudah berpikir kebanyakan? Sonia, dia masih kecil, nggak mungkin punya pemikiran jahat seperti itu.”“Sonia itu iri banget sama Stella. Waktu itu dia mengambil hati Cindy dan Ferdi untuk menghadapi Stella. Aku nggak pernah ketemu anak yang lebih licik daripada dia!” ucap Reviana dengan kesal.Hendri mengerutkan keningnya dan berkata, “Sepertinya ucapanmu sudah kelewatan. Bagaimanapun juga, Sonia itu putri kita!”Reviana melipat kedua tangannya di depan dada, lalu berkata
Sandora lekas berkata, “Yvonne, kamu jangan emosi. Kita itu satu keluarga. Semuanya bisa dibicarakan dengan baik!”“Apa yang perlu dibicarakan lagi?” ucap Yvonne dengan ketus. “Tadi aku sudah bilang sama Kelly. Kalau Kelly nggak tanda tangan surat permohonan maaf mereka, aku akan gugurin anak ini!”Kelly langsung mengangkat kepalanya. “Anak apaan?”Sandora berkata, “Kelly, kakak iparmu lagi mengandung.”Kelly menatap Yvonne dengan terkejut. Pantas saja dia bisa bersikap searogan ini. Ternyata dia sudah hamil!Yvonne duduk di kursi sambil menyilangkan kakinya dan melingkari kedua tangan di depan dadanya. “Pokoknya anakku nggak boleh tinggal di rumah kontrakan. Jadi, uang 600 juta itu akan aku gunakan sebagai uang renovasi rumah. Aku nggak akan kembalikan kepada Keluarga Cendana. Kalau kamu masih menginginkan keponakanmu, kamu cabut gugatanmu!”Kenzo merasa serba salah. Dia pun berkata, “Kelly, anggap saja kamu lagi bantu kakakmu, ya?”Kelly sungguh tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia
Beberapa saat kemudian, Kelly mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Jason.Panggilan tersambung dengan cepat. Kemudian, terdengar suara lembut si lelaki. “Kelly!”Kelly berdeham berlagak tenang. “Kak Jason, sebelumnya aku mau minta maaf. Aku … gimana kalau kamu suruh pengacaramu cabut gugatanmu terhadap Chelsea?”Jason terdiam selama beberapa detik, lalu bertanya, “Apa yang terjadi?”Kelly tidak membalas.Kemudian, Jason kembali bertanya, “Siapa yang sudah mempersulitmu?”Kali ini Kelly tidak bisa menahan rasa pilu di hatinya lagi. Air mata spontan menetes, lalu terdengar suara isak tangis dari ujung telepon.Suara Jason berubah serius. “Kelly? Kamu lagi di mana? Kita ketemu langsung!”“Aku nggak apa-apa. Kamu nggak usah ke sini!” jawab Kelly.Jason semakin panik. “Kamu lagi di mana?”Kelly menggeleng sambil menangis. “Aku tutup dulu!”Begitu panggilan ditutup, Jason langsung menghubunginya lagi. Namun, Kelly langsung memutuskan panggilan.Kelly sudah lama duduk di pinggir jalan. Na
Beberapa saat kemudian, Kelly keluar dari pelukan Jason. Dia pun menyadari kemeja Jason sudah basah karena terkena air matanya. Dia semakin tidak enak hati lagi. Kelly menundukkan kepalanya, lalu berbicara dengan terisak-isak, “Aku nggak kenapa-napa lagi.”Jason melirik sekeliling, lalu bertanya, “Kamu belum makan siang, ‘kan? Di depan sana ada kafe, ayo kita ke sana.”Kelly mengangguk, lalu mengikuti Jason masuk ke kafe.Hujan semakin lebat saja. Jason langsung melepaskan jasnya untuk menutupi kepala Kelly. Dia dengan penuh hati-hati menggandeng Kelly melewati jalan raya, lalu berjalan ke arah kafe.Saat ini Kelly dapat mencium aroma parfum yang wangi dari tubuh si lelaki. Ketika dia dilindungi oleh Jason, entah kenapa Kelly akan merasa sangat aman.Tiba-tiba Kelly merindukan ayahnya. Dia teringat sewaktu masih SD dulu, ayahnya akan memboncengnya pulang sekolah. Saat di pertengahan jalan, tiba-tiba turun hujan lebat. Ayahnya langsung melepaskan jaketnya untuk menutupi kepala Kelly.Ke
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m