“Penggemarmu bahkan rela kasih bunga pemberian pacarnya sendiri, sepertinya dia itu penggemar beratmu!” Johan menunjukkan ekspresi mengaguminya.Tere, Isabella, dan yang lainnya datang mengerumuni Gina untuk menyapanya.Berhubung semua orang sudah hadir, mereka pun mulai makan, lalu bermain kartu dan bernyanyi. Suasana di dalam ruangan seketika menjadi ramai.Gina duduk di samping Reza, lalu bertanya dengan tersenyum, “Besok siang aku berencana ke rumahmu untuk kunjungi Bibi. Besok kamu di rumah, ‘kan?”“Nggak,” balas Reza dengan singkat.Kedua mata Gina langsung berkilauan. “Bukannya besok libur? Memangnya ada kerjaan di kantor?”Reza langsung menjawab, “Bukan, Sonia mau pulang ke rumah kakeknya. Aku mau antar dia!”Senyuman di wajah Gina spontan terkaku. “Sepertinya kamu sudah terlalu baik sama dia. Masa kamu turun tangan buat antar guru bimbel Tandy pulang ke rumah kakeknya. Kenapa nggak suruh sopir saja?”“Aku ingin antar dia!” balas Reza dengan terus terang.Gina terbengong hingga
Jason lanjut berkata, “Meskipun kamu berencana untuk maafin Chelsea, dan berencana nggak permasalahin masalah itu lagi, mereka juga nggak bisa kabur dari jeratan hukum. Mereka sudah pasti akan dipenjara!”“Aku nggak akan maafin dia!” Terlintas ekspresi galak di wajahnya.Jason menyadari tubuh Kelly sedang gemetar. Dia pun mengerutkan keningnya. Tiba-tiba Jason merasa menyesal untuk memberi tahu semua ini kepadanya. Kali ini Jason merendahkan nada bicaranya mencoba untuk menenangkan Kelly. “Mulai sekarang polisi nggak akan cari kamu lagi. Aku akan bantu kamu tangani masalah selanjutnya. Semuanya sudah berlalu, nggak usah dipikirkan lagi!”Kelly langsung menatap Jason. Dia menyadari betapa lembut dan tajam tatapan lelaki di hadapannya. Detak jantungnya spontan berdegup kencang. Kelly lekas mengalihkan tatapannya, lalu membalas, “Terima kasih, Kak Jason. Aku terus berutang budi sama kamu!”“Semua ini bisa terjadi juga gara-gara aku. Kamu nggak berutang apa-apa sama aku. Hanya saja, aku b
Frida mengangkat-angkat alisnya, lalu berbicara dengan santai, “Aku benar-benar nggak nyangka! Aku kira anak tamatan Kibau University sangat berpendidikan, ternyata ada pengecualiannya!”Amarah Johan langsung membara. Kalau bukan karena ada banyak orang di sekitar, sepertinya dia ingin mengajukan putus dengan Frida!Johan pasti sudah gila! Makanya dia baru setuju untuk pura-pura berpacaran dengan Frida!Gina segera berkata, “Sudah, jangan berantem lagi! Johan, apa kamu nggak bisa ngalah? Dia itu pacarmu!”Johan tersenyum sinis.Sonia memberi isyarat mata kepada Frida, menyuruhnya untuk jangan berbicara lagi.…Saat waktu menunjukkan pukul sebelas malam, akhirnya mereka semua berpamitan dan bubar.Reza juga dengan terang-terangan mengajak Sonia untuk menaiki mobil, sekaligus mengantar Kelly pulang.Sonia berpamitan dengan Frida, Jason, dan yang lainnya. Saat memalingkan kepalanya, Sonia menyadari tatapan sinis Gina. Dia terlihat sangat geram saat ini.Namun, Sonia tidak menghiraukannya,
Setengah jam kemudian, ketika Johan menunggu hingga hampir ketiduran, sopir pun datang.Sopir melihat seseorang sedang berjongkok di tepi jalan. Dia pun terbengong sejenak, lalu memastikan. “Tuan?”Johan mengangkat kepalanya, dan dia langsung memaki, “Kamu ke mana saja? Kenapa datangnya semalam ini?!”“Saya sudah ngebut, Tuan!”Johan malas berdebat dengan sopirnya lagi. Dia langsung memasuki mobil dengan kesalnya.Sepulangnya ke rumah, amarah di hati Johan malah tidak sedikit pun mereda. Melihat ibunya masih berada di ruang tamu, dia langsung pergi mendekati ibunya untuk memberi tahu apa yang terjadi.Namun baru saja Johan berjalan memasuki ruang tamu, Maria langsung menyambutnya dengan tersenyum lebar. “Nak, akhirnya kamu pulang juga! Ayo kemari!”Johan terbengong. Entah kenapa dia memiliki firasat buruk.Maria masih menunjukkan senyumnya. Dia membuka ponselnya, lalu memperlihatkan 7-8 lembar foto wanita kepada Johan. “Ini putrinya Bu Sandra. Dia baru pulang dari luar negeri. Ibu suda
Johan menatap ibunya dengan tatapan terkejut. “Kenapa Ibu lebih sayang sama menantu?”Maria langsung memelototi Johan. “Pokoknya besok kamu pergi cari Frida. Ajak dia nonton atau jalan-jalan! Jangan pulang sebelum malam!”Selesai berbicara, Maria langsung naik ke lantai atas!Johan berkata dengan tidak berdaya, “Ibu, besok libur!”Kali ini Maria langsung menghentikan langkahnya, dan langsung memarahi Johan, “Libur apaan! Kalau kamu nggak berhasil membujuk menantuku, kamu nggak usah pulang lagi!”Johan terdiam membisu. Dasar “ibu tiri”!Setelah Reza mengantar Kelly pulang. Waktu pun sudah hampir jam 12 malam ketika mereka pulang ke Imperial Garden.Sewaktu Reza sedang mandi, Sonia pun kepikiran dengan Yandi. Berhubung sekarang sudah larut malam, Sonia tidak menelepon Yandi, melainkan mengirim pesan kepadanya.[ Sudah tidur belum? ]Yandi langsung melakukan panggilan video. Sonia berjalan ke balkon, lalu mengangkatnya. Dari dalam video, dapat dilihat bahwa Yandi sedang berada di dalam
Kedua mata Sonia bergerak. Dia lalu menjawab dengan perlahan, “Kita bekerja sama-sama. Yandi juga adalah teman kakakku. Dia yang ajari aku teknik memanah.”Reza masih ingin bertanya lagi. Tiba-tiba Sonia menjinjit kakinya, lalu mengecup bibir Reza. Dia menyipitkan matanya sambil bergumam, “Sudah malam, kita tidur yuk?”Reza langsung menggendong Sonia, menciumnya sambil berjalan ke sisi ranjang.Kali ini Reza tidak lanjut bertanya lagi. Masa lalu Sonia tidaklah penting. Masa depannya bersama Sonia barulah penting.Sonia ditindih di atas ranjang. Dia melilit leher Reza, fokus membalas kecupannya.Reza mencium kening Sonia, lalu beralih mencium matanya. “Sonia, kita akan pisah selama dua malam.”Saat ini kedua mata Sonia sudah berlinangkan air mata. Suaranya juga terdengar lembut. “Emm.”Reza lalu beralih mencium tulang selangkanya.“Kamu mesti kangen sama aku!”…Keesokan siangnya, Reza mengendarai mobil mengantar Sonia ke bandara. Kemudian, Sonia menaiki pesawat pribadi Reza menuju ke A
Reza berjalan memasuki rumah dengan perlahan. Hari ini dia sedang mengenakan busana santai berwarna krim. Tubuhnya tegapnya membuat Reza terlihat sangat berkelas.Ketika si lelaki berjalan mendekat, jantung Gina langsung berdegup kencang. Namun, dia berlagak tenang dengan menyesap teh.“Bu! Kak!” sapa Reza.Diana bertanya, “Sonia sudah naik pesawat?”“Emm!” Reza mengangguk dengan perlahan.Lysa pun berkata, “Tadi ayahmu suruh kamu ke ruang bacanya. Kamu pergi sana.”Reza mengangguk, lalu berjalan naik ke lantai dua.Gina merasa agak kecewa ketika menyadari Reza pergi tanpa menyapanya.…Reza mengetuk pintu ruang baca. Ketika melihat si lelaki sedang membaca di belakang rak buku, Reza pun berkata, “Ayah, Ayah cari aku?”Tommy mengangkat kepalanya, melepaskan kacamata, lalu menunjuk sofa di sampingnya dengan wajah serius. “Duduk!”Setelah Reza duduk, Tommy bertanya, “Kenapa kamu nggak pulang selama beberapa hari ini?”“Banyak pertemuan di malam hari. Jadi, belakangan ini aku tinggal di a
Sewaktu Sonia hampir sampai di rumah, dia menerima panggilan dari Hendri. Suaranya masih terdengar lembut seperti biasanya, seperti seorang ayah yang lembut. “Sonia, hari ini libur, kamu pulang ke rumah, ya!”Sonia membalas, “Aku sudah pulang ke Atria!”“Ke Atria?” Hendri merasa agak terkejut. “Kamu pergi jenguk kakekmu?”“Iya!”Hendri berkata dengan tersenyum, “Kalau begitu, sampaikan salamku kepadanya. Uangmu masih cukup nggak? Sekarang aku transfer ke rekening kamu, ya. Belikan makanan enak untuk dia.”“Nggak usah, aku sudah beli!” balas Sonia.Ketika menyadari sikap dingin Sonia, Hendri pun tidak tahu harus berkata apa lagi. “Kalau begitu, kamu hati-hati di jalan!”“Ayah!” Tiba-tiba Sonia memanggil Hendri.Hendri merasa agak syok. “Ya?”Sonia berkata, “Kelak jangan cari Reza lagi!”Kali ini Hendri terdiam beberapa saat. Dia merasa sangat canggung. Hendri bisa mencari Reza juga karena kondisi agak mendesak. Kondisi bisnisnya semakin memburuk. Jadi, dia ingin meminta bantuan dari Ke
Juno berkata, “Masuklah! Dingin!”Baru saja Sonia membalikkan tubuhnya, tiba-tiba seorang pelayan berlari ke sisinya. “Nona Sonia!”Juno bertanya dengan datar, “Ada masalah apa?”Pelayan menjawab, “Di luar sana ada yang mengaku sebagai ayahnya Nona Sonia. Katanya, dia ingin bertemu sama Nona Sonia!”Raut wajah Sonia berubah datar. Anggota Keluarga Dikara masih menunggu di luar?Tadi Juno juga sudah melihatnya. Raut wajahnya masih kelihatan datar. “Kasih tahu mereka, Nona Sonia tidak akan bertemu mereka!”Pelayan segera mengiakan, lalu membalikkan tubuh.Juno melihat ke sisi Sonia. “Kelak jangan bertemu dengan anggota Keluarga Dikara lagi.”Sonia menunjukkan ekspresi lembut. “Aku mengerti.”“Ayo, pergi!”Juno merangkul pundak Sonia, lalu berjalan ke sisi taman bunga.Saat Sonia memasuki taman, tiba-tiba dia menerima sebuah pesan masuk. Dia membacanya, ternyata ada pesan masuk dari Melvin. Dia menghela napas ringan. Dia hampir saja melupakan Melvin!Melvin mengirim pesan.[ Sonia, masih a
Di dalam taman bunga, Devin sedang duduk di atas bangku panjang sembari merokok.Rose berjalan mendekatinya, lalu membungkus tubuh Devin dengan jasnya. “Kenapa kamu nggak pakai jasmu? Apa kamu nggak kedinginan?”“Ada matahari. Aku merasa cukup hangat.” Devin mengisap rokok, lalu mengembuskan asap rokok.“Kenapa kamu nggak ngobrol di dalam? Malah keluar?” Rose bersandar di tubuh Devin. Dulu Rose paling tidak suka dengan bau rokok. Sekarang gara-gara Devin, dia pun mulai menyukai bau itu.Mungkin karena merintis pekerjaan terlalu banyak rintangan, Devin pun semakin sering merokok.Devin membalas, “Tuan Reza dan Tuan Matias tidak merokok. Mungkin mereka juga tidak suka dengan bau ini.”“Mereka semua merokok, kok!” ucap Rose.Tatapan Devin seketika berubah tajam. “Tadi mereka menolak rokok pemberianku. Sepertinya mereka tidak suka dengan rokokku.”Rose tertegun sejenak, lalu segera menjelaskan, “Bukan, dulu mereka memang merokok. Sekarang mungkin mereka lagi program anak, makanya ….”“Kamu
Sekarang teknik kecerdasan buatan yang dikuasai Herdian Group boleh dikatakan terdepan di seluruh dunia, juga telah memonopoli pasar. Seandainya ada yang ingin mendapatkan keuntungan dari bidang ini, mereka pun mesti menjalin hubungan baik dengan Herdian Group.Ekspresi Reza kelihatan lembut. Tidak kelihatan ekspresi spesial lainnya. “Bakal ada kesempatan.”Saat mereka sedang mengobrol, beberapa kali Devin tidak bisa berbaur dalam perbincangan mereka. Dia pun mencari alasan untuk pergi, lalu berjalan pergi melalui pintu samping taman bunga.Rose sedang mengobrol dengan Sonia. Ketika menyadari Devin berjalan pergi, dia segera mengambil jas Devin, kemudian mengikuti langkah Devin.Ranty melihat bayangan punggung mereka berdua sembari mengunyah kacang. “Si Devin itu nggak pantas untuk bersama Rose.”“Emm?” Sonia memilih permen. Usai mendengar, dia mengangkat kelopak matanya. “Ada apa?”Sonia jarang bertemu dengan Devin. Hanya saja, di mata Sonia, Devin adalah seorang pria yang ambisius da
Reaksi Reviana sangat cepat. “Dia itu muridnya Tuan Aska!”“Iya!” Tobias mengangguk. “Mungkin kita bisa mengandalkan hubungan itu agar bisa menemui Tuan Jemmy.”Namun, Reviana merasa harapan itu tidaklah besar. Dia berkata dengan nada dingin, “Dengan karakter Sonia, apa dia akan membantu kita?”“Apa kalian punya cara lain?” Kening Tobias berkerut. Tiba-tiba dia kepikiran dengan Stella. “Bagaimana hubungan Stella dengan gurunya, Tuan Welmus?”Raut wajah Reviana semakin muram saja. Dia terdiam membisu.Setelah Stella terkenal waktu itu, dia mengatakan kata-kata yang arogan dan sempat terjadi hal tidak menyenangkan dengan Welmus. Sejak saat itu, mereka berdua sudah putus hubungan.Sepertinya Welmus juga tidak menganggap Stella sebagai muridnya lagi. Jika mereka pergi mencari Welmus, seharusnya tidak ada harapan juga!Begitu melihat ekspresi mereka berdua, Tobias juga tidak menaruh harapan di diri Stella lagi. Dia semakin gusar saja. “Cepat atau lambat kalian akan hancur di tangan Stella!”
Tommy juga berkata, “Sepertinya terlalu lama?”Reza berkata dengan tersenyum datar, “Tidak lama. Hanya diundur beberapa bulan saja.”Lysa merasa gelisah. “Berarti masih harus menunggu beberapa bulan lagi. Pemandangan musim dingin di Kota Jembara juga sangat cantik, kok!”Lysa masih ingin mengadakan resepsi pernikahan sebelum Tahun Baru. Dengan begitu, mereka bisa merayakan hari raya bersama Sonia!Jemmy bertanya dengan serius, “Ini ide siapa?”Sonia ingin menjawab, tetapi Reza malah menggenggam tangan Sonia, lalu berkata dengan suara lembut, “Semua ini ideku. Perusahaan sangat sibuk di akhir tahun. Aku takut aku tidak ada waktu untuk mempersiapkan pernikahan. Aku tidak ingin mengecewakan Sonia. Jadi, aku butuh waktu yang lebih panjang untuk mengaturnya.”Sonia mengintip raut wajah Jemmy. Dia takut Jemmy akan menyalahkan Reza. Dia pun segera menimpali, “Aku juga berpikir seperti itu. Semua ini usulan aku dan Reza.”Jemmy tidak berbicara. Suasana di ruang makan menjadi berat. Pada saat i
Suasana di rumah Aska sangat ramai hari ini lantaran kedatangan banyak tamu. Ada Tommy, Lysa, Ranty, Matias, Rose, dan juga kekasihnya, Devin. Selain itu, juga kedatangan Reza dan Sonia.Begitu Reza dan Sonia datang, mereka langsung disindir oleh Ranty. Sonia dan Ranty adalah buah hati Jemmy. Dia pun menyaksikan dengan tersenyum.Aska membela, “Sonia bisa datang juga karena menghormatiku. Aku sungguh gembira!” Aska memalingkan kepalanya untuk melihat Tommy. “Jangan terlalu keras terhadap anak muda!”Tommy menyesap tehnya, lalu berkata dengan tersenyum, “Sonia bisa seunggul ini juga berkat diajari guru unggul seperti Tuan Aska!”Aska tertawa terbahak-bahak. “Jangan bicara seperti ini. Nanti ada yang cemburu!”Jemmy yang berdiri di samping mendengus dingin. “Jangan semakin tidak tahu diri! Kamu malah sengaja buat orang-orang merasa betapa sempitnya hatiku!”Semua orang spontan tertawa. Pelayan berjalan kemari, lalu mengatakan makan siang sudah dipersiapkan. Mereka semua bersama-sama ber
“Hah?” Sonia mengangkat kepalanya dengan syok.Reza berkata dengan perlahan, “Tadi pagi Ayah dan Ibu telepon. Mereka mau mengunjungi Kakek. Jadi, mereka tanya apa kita mau ikut. Aku bilang kamu masih tidur, tidak usah tunggu kita.”Kedua mata Sonia terbelalak lebar. “Kenapa kamu nggak bangunin aku? Bukannya aku jadi kelihatan nggak sopan?”Reza tersenyum tipis. “Memangnya sopan lebih penting daripada tidurmu? Lagi pula, kita itu sekeluarga. Kamu tidak usah berpikir terlalu banyak. Mereka sama seperti Kakek, sama-sama menyayangimu!”Sonia merasa alangkah baiknya untuk bersikap lebih sopan di hadapan senior. Hanya saja, berhubung mereka sudah telat, Sonia juga tidak mempermasalahkannya lagi. Dia hanya bertanya, “Ada urusan apa mereka mencari Kakek?”Reza membalas, “Tentu saja … ada urusan yang sangat penting!”Sonia bertanya, “Ada urusan apa?”“Soal pernikahan kita!”Sonia terdiam membisu. Dia menarik pergelangan tangan Reza. “Kita laksanakan setelah Tahun Baru, ya?”“Tidak!” Reza langsu
Akhirnya Sonia mulai bangun. Dia melirik Reza sekilas, lalu bertanya pada Ranty, “Apa kamu sibuk banget hari ini?”“Nggak, kok. Aku lagi di rumahnya Matias. Aku nggak ada kerjaan sama sekali. Apa nanti kalian berencana untuk mengunjungi Kakek? Aku juga mau ikut,” ucap Ranty.Sonia kepikiran sesuatu. Hari ini dia mau bertemu dengan Jemmy. Namun, sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.Sonia menggaruk rambutnya. “Kalian pergi dulu. Nanti kita ketemuan di rumah Pak Guru!”“Oke, sampai jumpa!” balas Ranty dengan nada bicara manis. Setelah itu, dia pun mengakhiri panggilan.Reza menyingkirkan ponselnya, lalu membungkukkan tubuhnya untuk memberi ciuman di bibir Sonia.Sonia mengelak. “Belum gosok gigi. Lagi pula, sekarang sudah saatnya untuk bangun. Kalau aku nggak sampai rumah Pak Aska sebelum makan siang, aku pasti akan dimarah Kakek.”“Tidak apa-apa. Kalaupun dimarah, aku yang akan dimarah!” Reza suka melihat Sonia yang malas untuk bangun itu. Dia mencium Sonia beberapa saat,
Sonia memelototi Reza. “Tuan Reza harap mengerti. Keputusan ada di tanganku.”Kening Reza sedikit berkerut. “Sayang, kamu akan segera pulang. Waktu kebersamaan kita hanya tersisa dua hari saja. Kita baru saja bersama, sebentar lagi kita malah mesti berpisah.”Nada bicara Reza sangat normal. Hanya saja, tatapannya kelihatan sangat tajam dan nada bicaranya juga terdengar kesal. Saat dia mengatakan perpisahan, kebetulan kata-kata itu menusuk hati Sonia.Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan pakaiannya. “Hanya sekali saja!”Reza mengambil pakaian itu dengan penuh penasaran. “Ini memang sekali pakai, ‘kan? Memangnya kamu ingin pakai beberapa kali?”Sonia terdiam membisu. Sepertinya ucapannya itu mubazir.Reza mengambil pakaiannya. Tatapannya kelihatan semakin tajam. Dia langsung menggendong Sonia. “Tenang saja, kamu tidak usah turun tangan. Aku bersedia untuk melayanimu!”Sonia membalikkan tubuhnya, lalu kedua pahanya mengapit pinggang Reza. Tiba-tiba dia bertanya, “Apa ada cow