Kalau Stella bisa berhasil masuk ke dalam lingkaran mereka, maka status mereka sekeluarga akan meningkat hingga berkali-kali lipat.Mereka berdua bukan hanya akan merasa bangga karena putrinya. Namun di depan seluruh keluarga Dikara, bahkan di seluruh kota Jimbara ini, mereka bisa berjalan dengan dagu yang terangkat.Reviana sudah menghitung semua hal ini di dalam hatinya. Semakin memikirkannya, dirinya semakin semangat. Perempuan itu bahkan sudah membayangkan seluruh keluarga besar Dikara memberikannya selamat di kediamannya. Sekarang, tidak hanya Celine seorang yang menjadi putri paling hebat di keluarga Dikara.Pikiran Stella sendiri juga sedang sibuk berkelana. Dirinya ingin dapat berdiri dengan kokoh di keluarga Dikara, ingin agar seluruh keluarga Dikara dapat melihat kemampuannya sendiri. Sehingga keluarga besarnya tidak akan menganggapnya lagi seperti sebuah benda yang dapat dijual ke orang lain kapan saja!Keesokan siangnya, Pak Welmus menelepon dan memberitahu mereka, bahwa Pa
Welmus langsung bangkit berdiri sambil tersenyum, “Kak.”Kemudian kembali menoleh kepada keluarga Dikara dan memperkenalkan pria itu, “Ini adalah kakak seperguruanku, Juno.”Mereka bertiga langsung bangkit berdiri dan melihat pria muda tampan yang ada di hadapan mereka dengan hati yang kebingungan. Orang ini terlihat masih sangat muda, tapi menjadi kakak seperguruannya Pak Welmus?Mereka sebelumnya memang sudah pernah mendengar bahwa kedua murid Pak Aska adalah pendiri dari Arkava Studio. Diantaranya adalah King, dan satu lagi adalah Juno. Apakah orang di hadapan mereka ini adalah salah satu pendiri dari Arkava Studio?Mengingat hal ini, raut wajah mereka semakin penuh hormat. Stella melihat wajah pria ini sangat tampan, jantungnya pun langsung berdegup kencang, saking gugupnya, perempuan itu sampai tidak tahu harus menaruh di mana kedua tangannya.Juno duduk di sebelah Pak Aska. Lalu dengan lembut menjelaskan, “Ada beberapa konsep artistik yang kurang dalam lukisan Stella, apalagi ka
Ada juga tidak apa-apa. Asalkan dirinya mempunyai kesempatan, Stella pasti bisa membuat pria itu bertekuk lutut dihadapannya.Namun, bagaimana caranya agar dirinya bisa mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan Juno kembali?***Cuaca semakin hari semakin panas, Sonia yang tidak dapat menahan diri karena kepanasan, langsung melahap es krim hingga habis. Hasilnya, tamu bulanannya datang dan membuat perut Sonia sakit hingga tidak dapat bangkit dari kasur.Semenjak usianya lima tahun, perempuan itu sudah mulai berolahraga, sehingga perempuan itu memiliki tubuh yang sehat. Akan tetapi, satu-satunya hal yang tetap tidak dapat dihindarinya adalah tamu bulanan yang datang bagi semua perempuan.Ranty menelepon Sonia, begitu mendengar suara sahabatnya yang lemas dan tidak berdaya, perempuan itu langsung dapat menebak bahwa Sonia sedang datang bulan.Ranty langsung menyuruh pelayan di rumahnya untuk memasak sup ayam jahe dan mengantarnya ke Imperial Garden.Perempuan itu sudah berkali-kali datan
Setelah pukul sebelas malam lebih, Reza datang ke Imperial Garden.Sonia menahan tangan Reza yang sudah dimasukkan ke dalam selimut, dan berkata dengan lembut, “Aku nggak bisa hari ini.”Reza yang penuh pengertian langsung menarik kembali tangannya. Pria itu mendengar ada yang aneh dari suara Sonia, dia pun menyalakan lampu kamar dan menemukan wajah Sonia yang pucat dengan tidak wajar.Sepasang matanya juga tidak bersinar seperti biasanya, terlihat sangat lesu dan lemas, seperti seekor kelinci kecil yang baru saja dipukuli.“Kenapa? Kamu sakit?” Pria itu duduk di pinggir Kasur dan memegang kening Sonia.“Emm, pasti akan sakit setiap kali datang.” Sonia langsung pusing karena melihat cahaya terang yang tiba-tiba datang, perempuan itu pun langsung memejamkan matanya.“Kalau begitu kamu berbaring saja.” Reza kembali menutupi badan perempuan itu dengan selimut, mematikan lampu dan berjalan keluar.Hati Sonia merasa kosong dan sedih, ditambah lagi dengan perutnya yang sakit, sehingga peremp
Reza langsung membuang setengah panci kecil air jahe tersebut. Pria itu menaruh panci dan mangkok kotor ke dalam mesin pencuci piring, lalu kembali ke kamar untuk mandi. Barulah setelah semuanya rapi, pria itu pergi melihat Sonia.Sonia saat itu sudah hampir tidur, tapi karena merasakan ada orang yang berbaring di belakangnya, perempuan itu pun langsung membalikkan badan hendak bertanya mengapa pria itu kembali lagi. Akan tetapi, rasa kantuk yang sangat kuat membuat perempuan itu langsung jatuh tertidur.Reza menaruh kedua tangannya di atas perut perempuan itu dan memijatnya dengan sangat lembut dan hati-hati. Setelah perempuan itu benar-benar tertidur pulas, barulah Reza memeluknya dan menutup mata.Mungkin karena nafas Sonia yang lembut dan teratur, membuat Reza langsung mengantuk. Pria itu pun jatuh tertidur sambil memeluk Sonia.Ketika Sonia bangun keesokan harinya, dia tetap seorang diri di dalam kamar. Seolah pelukan yang dirasakannya semalam, hanyalah mimpinya semata.Begitu per
Tendangan Sonia membuat pria itu terhuyung-huyung mundur ke belakang dan menabrak mobil. Kantong yang berisi sekotak mi yang baru saja dibeli perempuan itu, tumpah dan mengenai kepala pria itu ketika Sonia hendak meninju wajahnya. Pria itu pun langsung melompat-lompat sambil berteriak kepanasan.Hampir pada saat yang sama, empat sampai lima orang pria turun dari mobil itu. Ada yang memegang tali, ada yang memegang pemukul bola, raut wajah mereka semua terlihat sangat bermusuhan dan berjalan ke arah Sonia.Tempat ini memang agak jauh dari keramaian. Ada beberapa orang yang juga kebetulan lewat di sana, mereka buru-buru lari bersembunyi dan mengintip dari kejauhan, seolah takut mereka juga ikut terlibat dalam masalah ini.Sonia langsung menendang dada seorang pria gendut bertato hingga pria itu jatuh terhuyung-huyung. Lalu menginjak tubuh pria gendut tersebut dan melompat sambil menendang bawah dagu pria yang sedang memegang pemukul bola, hingga pria itu melayang.Dengan sangat cepat per
Bahu Sonia sempat terkena pukul oleh penjahat itu, tapi sepertinya tidak terlalu parah. Perempuan itu menggerak-gerakkan bahunya, lalu berkata, “Aku nggak apa-apa.”Reza menjawab “Eem” lalu berkata, “Tunggu aku, aku akan langsung ke sana!”Kira-kira setengah jam kemudian, kepala polisi di Jalan Antik itu pun datang dan menemui Sonia. “Nak, bagaimana keadaan kamu? Apa masih takut? Kamu tenang saja, aku pasti akan menghukum para penjahat yang sudah memukul kamu dengan berat,” ucap kepala polisi itu dengan lembut.Sonia tersenyum lembut sambil menganggukkan kepalanya.Kepala polisi itu langsung turun tangan mengantar Sonia keluar sambil mengatakan beberapa kalimat untuk menenangkannya. Seolah takut perempuan itu akan ketakutan karena ucapan dari anak buahnya sendiri.Robi menunggu perempuan itu di luar kantor polisi, lalu membawanya pergi sambil berkata dengan penuh hormat, “Pak Reza sudah menunggu Anda di dalam mobil.”“Maaf, sudah merepotkan kamu,” ucap Sonia sambil berterima kasih.“Su
Reza menuangkan secangkir teh dari poci teh untuk Sonia. Aroma wangi teh susu langsung menyebar.Sonia menyeruput teh itu, awalnya rasanya tidak terlalu manis, tapi wanginya sangat pekat. Namun berselang sedetik, rasa manis dari teh itu mulai terasa di tenggorokan Sonia. Perempuan itu tidak pernah meminum teh seperti ini sebelumnya, sepertinya ini adalah teh yang dibuat oleh restoran ini secara khusus.“Sangat enak,” ucap Sonia memberikan penilaian.Reza tersenyum lembut dan menjelaskan, “Ketika aku masih kecil, Kak Widya sempat bekerja di keluarga Herdian. Kemudian suaminya membuka usaha baru, Kak Widya pun mengundurkan diri dan membantu suaminya membuka sebuah restoran. Masakan Kak Widya dan suaminya sangatlah enak, nanti kamu coba sendiri pasti akan tahu.”“Bisa membuka restoran ini selama bertahun-tahun, pasti rasanya nggak diragukan,” ujar Sonia sambil meneguk teh susunya.Setelah beberapa teguk, cangkir Sonia pun kosong. Perempuan itu mengulurkan tangannya untuk mengambil cangkir
Tandy berkata dengan emosional, “Beberapa anak perempuan di dalam kelas adalah penggemarmu. Kalau mereka tahu kamu adalah bibiku, mereka pasti bakal cemburu banget sama aku!”“Oh! Pantas saja kamu ingin suruh aku pergi ….” Sonia kepikiran sesuatu. “Apa ada wanita yang kamu sukai?”“Cih!” Tandy merasa risi. “Mana mungkin aku bakal suka sama wanita yang kekanak-kanakan itu? Aku itu orang yang punya aspirasi mulia.”“Aspirasi apa?”“Menjadi seseorang yang mirip dengan Paman Reza!”Sonia terdiam membisu. Beberapa saat kemudian, dia tersenyum. “Ada satu hal lagi. Pekerjaanku di lokasi syuting sudah berakhir. Setelah Ranty menikah nanti, aku akan kembali ke Kota Atria untuk menemani Kakek. Kamu mesti belajar sendiri.”Prestasi Tandy sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi. Sesungguhnya, dia juga tidak membutuhkan guru bimbel lagi. Setiap minggu Sonia kemari juga demi menemani Tandy mengerjakan tugasnya dan mengobrol santai saja.“Berapa lama?” tanya Tandy.Sonia berpikir sejenak. “Sekitar sebul
Tandy membuka layar ponselnya, lalu mengirim pesan untuk Reza.[ Paman, apa urusan di sana masih belum selesai? Lusa hari nanti hari pernikahan Bibi Ranty! ]Setelah mengirim pesan, Tandy baru kepikiran seharusnya Reza sedang tidur saat ini. Dia membuka kembali foto yang dikirimkan Tasya tadi, kemudian mengamati gerak-gerik dan ekspresi Reza dengan saksama. Dia ingin mencari petunjuk dari foto itu untuk membuktikan bahwa pertemuan Reza dan wanita itu hanya kebetulan belaka. Hubungan mereka bukanlah seperti yang diberitakan oleh reporter.Saat Tandy sedang mengamati, tiba-tiba pintu kamar diketuk. Dia segera membalikkan ponsel dan meletakkannya di samping, lalu menjerit, “Masuk!”Sonia memasuki kamar. Dia melihat Tandy sedang duduk di sofa sembari menatapnya lekat-lekat. Kening Sonia spontan berkerut. “Kenapa kamu menatapku?”Tandy mengamatinya. “Aku lagi lihat apa kamu dikerjai nenekku lagi atau tidak?”Sonia duduk di depan meja belajar. “Apa kamu bisa memikirkan hal yang lebih berguna
Ranty mengira Jemmy jatuh sakit. Dia segera melakukan panggilan video dengan Sonia. Setelah melihat Jemmy baik-baik saja, Ranty pun baru merasa tenang.Ranty mengeluarkan suara manjanya. “Kakek, aku akan segera menikah. Apa Kakek akan hadir?”Jemmy tersenyum ramah. “Tentu saja! Kakek pasti akan hadir!”“Serius?” Ranty sudah mengutus anggotanya untuk mengirim undangan kepada Jemmy. Hanya saja, lantaran khawatir Jemmy tidak ingin meninggalkan Kota Atria, dia juga tidak menelepon Jemmy. Saat ini ketika mendengar Jemmy bersedia menghadiri resepsi pernikahannya, Ranty benar-benar merasa gembira.“Tentu saja. Mana mungkin aku tidak menghadiri resepsi pernikahanmu? Aku bahkan sudah mempersiapkan hadiah untukmu!” balas Jemmy dengan tersenyum.“Nggak usah bawa hadiah. Aku sudah cukup gembira dengan adanya kehadiran Kakek!” Ranty berbincang-bincang beberapa saat dengan Jemmy, lalu mendesak Sonia untuk segera kembali. Tidak lama kemudian, panggilan diakhiri. Ranty berkata pada Matias dengan penu
Johan tersenyum dingin. “Aku hanya khawatir kondisi di sana di luar kendalimu!”Frida memelototi Johan tanda kesal. “Apa kamu bisa bicara bagus-bagus? Kalau kamu nggak mau bicara, nggak ada yang paksa kamu, kok!”Hati Johan terasa penat. Dia pun pergi ke balkon untuk menghirup udara segar. Jika tahu akan seperti ini, Johan juga tidak akan berdoa meminta kedatangan misi!Frida bertanya, “Sebelumnya kamu itu bawahannya Pemimpin. Apa identitasmu nggak bakal terbongkar kalau kamu ke sana sekarang?”Sonia berkata dengan datar, “Tenang saja nggak akan terbongkar. Nggak banyak yang pernah melihat wajah asliku. Orang yang pernah bertemu denganku sudah hampir kubunuh semuanya.”Frida bertanya, “Kapan kamu akan mulai beraksi?”“Setelah resepsi pernikahan Ranty. Sebelumnya pernikahan Ranty dibatalkan karena aku. Aku nggak ingin menunda resepsinya lagi.”Frida mengangguk. “Apa kamu butuh bantuanku?”“Ada!” balas Sonia, “Besok aku mesti pulang ke Kota Atria. Kamu temani aku nginap dua malam di sana
Setelah kembali ke kamar, Frida merasa ada yang aneh dengan ekspresi Johan. Keningnya spontan berkerut. “Kenapa? Apa kamu nggak berstamina?”Tatapan Johan masih tertuju pada layar ponselnya. Beberapa saat kemudian, dia baru menatap Frida dengan kening berkerut. “Bos terima misi baru. Coba kamu lihat!”Frida mengambil ponselnya. Ekspresinya seketika menjadi serius. Dia membuang ponsel ke samping, lalu pergi mencari pakaian. “Kita pergi cari dia!”Johan langsung menuruni ranjang dan mengenakan pakaiannya dengan cepat. Tanpa berbasa-basi, dia mengambil kunci mobil untuk keluar rumah.Cuaca pada malam hari ini agak dingin. Johan mengebut kencang melintasi jalan raya Kota Jembara. Setibanya di Kompleks Anggrek, Frida menghubungi Sonia.Sonia juga tidak terkejut ketika menerima panggilan dari Sonia. Dia berkata dengan datar, “Ayo, naik!”Saat ini, Sonia sedang menunggu kedatangan mereka di depan lift. Sonia tidak langsung membawa mereka ke rumah, melainkan membawa Frida ke rumah seberang. So
Saat film diputar setengah, tiba-tiba muncul simbol notifikasi Aquila di ponsel Sonia. Tatapannya seketika menjadi ingin. Dia mematikan televisi, lalu menginput kata sandi untuk memasuki aplikasi Aquila.Ketika melihat sayap elang berwarna hitam, Sonia menyipitkan matanya, lalu membuka misi rahasia itu.Setelah membaca semuanya, Sonia merenung sembari berjalan ke ruang baca. Dia mengambil ponsel lainnya, lalu memasukkan enam digit kata sandi. Setelah itu, terdengar bunyi panggilan. Beberapa detik kemudian, panggilan tersambung, lalu terdengar suara seorang pria, “Apa sudah terjadi sesuatu?”Sonia membalas, “Aku menerima misi baru, tapi kali ini aku punya persyaratan!”“Katakanlah!”“Setelah aku menyelesaikan misi ini, aku harap Pemimpin bisa mundur.”Orang di ujung telepon terdiam sejenak, lalu berkata, “Pemimpin punya misinya sendiri, tapi kami juga sudah hampir satu bulan tidak bisa menghubunginya. Hidup matinya masih belum diketahui. Aku juga tidak bisa menyetujui janjimu.”Sonia be
Pretty melihat Sonia dengan tidak berdaya. Dia sungguh kehabisan akal.…Hari ini tim produksi diwakili oleh Rafael, yang baru saja diangkat sebagai manajer umum perusahaan. Dia adalah putra dari pemilik perusahaan, yang baru kembali dari studi di luar negeri.Rafael memegang gelas anggur. Tatapannya terus tertuju ke suatu arah di aula pesta. Orang di sebelahnya mengikuti arah pandangannya dan berkata dengan tersenyum, “Apa kamu tertarik sama pemeran utama wanita? Tapi si Pretty bukan bintang biasa. Lebih baik kamu jangan mengganggunya!”“Pretty?” Tatapan Rafael semakin berkilauan. Dia berbisik, “Yang pakai pakaian warna biru?”Orang yang berbicara tadi melihat ke arah pandang Rafael, lalu langsung menggeleng. “Bukan, yang itu aku tidak kenal!”Hati Rafael bergejolak ketika melihat anak perempuan itu. Dia berjalan ke samping Teddy, lalu bertanya dengan berlagak santai, “Aku merasa asing dengan wanita berpakaian biru itu. Apa dia itu pemeran dalam syuting kali ini?”Teddy melihat sekila
Sonia mengantar Reza keluar rumah. Setelah melihat mobil Reza semakin menjauh, dia baru kembali ke dalam gedung. Sonia membereskan sedikit barangnya, lalu pergi ke lokasi syuting.Setibanya di lokasi syuting, Sonia menerima pesan masuk dari Reza. Dia sudah check-in penerbangan menuju Lonson. Sonia berpesan kepada Reza supaya bekerja dengan tenang, tidak perlu mengkhawatirkannya.Sudah tidak ada pekerjaan apa-apa di dalam lokasi syuting. Sonia menyusun semua dokumennya, lalu mengobrol dengan Darren dan Amelia.Setelah menyelesaikan syuting adegan terakhir, Pretty berlari ke sisi Sonia. Tanpa memedulikan orang-orang di sekitarnya dan citranya sebagai seorang idola, dia langsung merentangkan tangan dan memeluk Sonia. “Sonia, aku nggak rela berpisah sama kamu. Kalau filmku yang selanjutnya juga syuting di Jembara, kamu mesti jadi desainerku, ya.”Selain Reza, Sonia tidak terbiasa untuk berhubungan terlalu dekat dengan orang lain. Dia menahan dirinya untuk tidak mendorong Pretty, kemudian b
Tidak peduli bagaimana Tandy menidurkan Yana, Yana masih tidak mengantuk. Setelah semuanya bubar, Yana pun melambaikan tangannya kepada Tandu dengan tidak rela. “Sampai jumpa, Kak!”Sonia memuji Tandy, “Aku nggak menyangka kamu bisa main sama anak kecil.”Tandy menunjukkan ekspresi dewasanya. “Biasa saja. Tidak sulit untuk bermain dengan anak kecil seperti dia!”…Setelah keluar dari Nine Street Mansion, saat hendak memasuki mobil, Sonia menepuk-nepuk pundak Tasya, lalu berkata dengan datar, “Pikirkan lagi. Kalau sebuah hubungan membuatmu terasa tersiksa, sudah seharusnya kamu melepaskannya!”Tasya memalingkan kepala dengan syok. Ketika melihat tatapan Sonia, hatinya terasa pilu. Dia hampir saja menangis. Tasya langsung menunduk. “Aku mengerti!”“Semuanya akan berlalu!”“Emm!” Tasya dan Sonia saling berpelukan. Dia membalikkan tubuhnya hendak memasuki mobil.…Sesampainya di rumah, Reza memandikan Sonia. Dia membiarkan Sonia untuk berbaring di atas ranjang, lalu mengoleskan krim di tub