Welmus langsung bangkit berdiri sambil tersenyum, “Kak.”Kemudian kembali menoleh kepada keluarga Dikara dan memperkenalkan pria itu, “Ini adalah kakak seperguruanku, Juno.”Mereka bertiga langsung bangkit berdiri dan melihat pria muda tampan yang ada di hadapan mereka dengan hati yang kebingungan. Orang ini terlihat masih sangat muda, tapi menjadi kakak seperguruannya Pak Welmus?Mereka sebelumnya memang sudah pernah mendengar bahwa kedua murid Pak Aska adalah pendiri dari Arkava Studio. Diantaranya adalah King, dan satu lagi adalah Juno. Apakah orang di hadapan mereka ini adalah salah satu pendiri dari Arkava Studio?Mengingat hal ini, raut wajah mereka semakin penuh hormat. Stella melihat wajah pria ini sangat tampan, jantungnya pun langsung berdegup kencang, saking gugupnya, perempuan itu sampai tidak tahu harus menaruh di mana kedua tangannya.Juno duduk di sebelah Pak Aska. Lalu dengan lembut menjelaskan, “Ada beberapa konsep artistik yang kurang dalam lukisan Stella, apalagi ka
Ada juga tidak apa-apa. Asalkan dirinya mempunyai kesempatan, Stella pasti bisa membuat pria itu bertekuk lutut dihadapannya.Namun, bagaimana caranya agar dirinya bisa mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan Juno kembali?***Cuaca semakin hari semakin panas, Sonia yang tidak dapat menahan diri karena kepanasan, langsung melahap es krim hingga habis. Hasilnya, tamu bulanannya datang dan membuat perut Sonia sakit hingga tidak dapat bangkit dari kasur.Semenjak usianya lima tahun, perempuan itu sudah mulai berolahraga, sehingga perempuan itu memiliki tubuh yang sehat. Akan tetapi, satu-satunya hal yang tetap tidak dapat dihindarinya adalah tamu bulanan yang datang bagi semua perempuan.Ranty menelepon Sonia, begitu mendengar suara sahabatnya yang lemas dan tidak berdaya, perempuan itu langsung dapat menebak bahwa Sonia sedang datang bulan.Ranty langsung menyuruh pelayan di rumahnya untuk memasak sup ayam jahe dan mengantarnya ke Imperial Garden.Perempuan itu sudah berkali-kali datan
Setelah pukul sebelas malam lebih, Reza datang ke Imperial Garden.Sonia menahan tangan Reza yang sudah dimasukkan ke dalam selimut, dan berkata dengan lembut, “Aku nggak bisa hari ini.”Reza yang penuh pengertian langsung menarik kembali tangannya. Pria itu mendengar ada yang aneh dari suara Sonia, dia pun menyalakan lampu kamar dan menemukan wajah Sonia yang pucat dengan tidak wajar.Sepasang matanya juga tidak bersinar seperti biasanya, terlihat sangat lesu dan lemas, seperti seekor kelinci kecil yang baru saja dipukuli.“Kenapa? Kamu sakit?” Pria itu duduk di pinggir Kasur dan memegang kening Sonia.“Emm, pasti akan sakit setiap kali datang.” Sonia langsung pusing karena melihat cahaya terang yang tiba-tiba datang, perempuan itu pun langsung memejamkan matanya.“Kalau begitu kamu berbaring saja.” Reza kembali menutupi badan perempuan itu dengan selimut, mematikan lampu dan berjalan keluar.Hati Sonia merasa kosong dan sedih, ditambah lagi dengan perutnya yang sakit, sehingga peremp
Reza langsung membuang setengah panci kecil air jahe tersebut. Pria itu menaruh panci dan mangkok kotor ke dalam mesin pencuci piring, lalu kembali ke kamar untuk mandi. Barulah setelah semuanya rapi, pria itu pergi melihat Sonia.Sonia saat itu sudah hampir tidur, tapi karena merasakan ada orang yang berbaring di belakangnya, perempuan itu pun langsung membalikkan badan hendak bertanya mengapa pria itu kembali lagi. Akan tetapi, rasa kantuk yang sangat kuat membuat perempuan itu langsung jatuh tertidur.Reza menaruh kedua tangannya di atas perut perempuan itu dan memijatnya dengan sangat lembut dan hati-hati. Setelah perempuan itu benar-benar tertidur pulas, barulah Reza memeluknya dan menutup mata.Mungkin karena nafas Sonia yang lembut dan teratur, membuat Reza langsung mengantuk. Pria itu pun jatuh tertidur sambil memeluk Sonia.Ketika Sonia bangun keesokan harinya, dia tetap seorang diri di dalam kamar. Seolah pelukan yang dirasakannya semalam, hanyalah mimpinya semata.Begitu per
Tendangan Sonia membuat pria itu terhuyung-huyung mundur ke belakang dan menabrak mobil. Kantong yang berisi sekotak mi yang baru saja dibeli perempuan itu, tumpah dan mengenai kepala pria itu ketika Sonia hendak meninju wajahnya. Pria itu pun langsung melompat-lompat sambil berteriak kepanasan.Hampir pada saat yang sama, empat sampai lima orang pria turun dari mobil itu. Ada yang memegang tali, ada yang memegang pemukul bola, raut wajah mereka semua terlihat sangat bermusuhan dan berjalan ke arah Sonia.Tempat ini memang agak jauh dari keramaian. Ada beberapa orang yang juga kebetulan lewat di sana, mereka buru-buru lari bersembunyi dan mengintip dari kejauhan, seolah takut mereka juga ikut terlibat dalam masalah ini.Sonia langsung menendang dada seorang pria gendut bertato hingga pria itu jatuh terhuyung-huyung. Lalu menginjak tubuh pria gendut tersebut dan melompat sambil menendang bawah dagu pria yang sedang memegang pemukul bola, hingga pria itu melayang.Dengan sangat cepat per
Bahu Sonia sempat terkena pukul oleh penjahat itu, tapi sepertinya tidak terlalu parah. Perempuan itu menggerak-gerakkan bahunya, lalu berkata, “Aku nggak apa-apa.”Reza menjawab “Eem” lalu berkata, “Tunggu aku, aku akan langsung ke sana!”Kira-kira setengah jam kemudian, kepala polisi di Jalan Antik itu pun datang dan menemui Sonia. “Nak, bagaimana keadaan kamu? Apa masih takut? Kamu tenang saja, aku pasti akan menghukum para penjahat yang sudah memukul kamu dengan berat,” ucap kepala polisi itu dengan lembut.Sonia tersenyum lembut sambil menganggukkan kepalanya.Kepala polisi itu langsung turun tangan mengantar Sonia keluar sambil mengatakan beberapa kalimat untuk menenangkannya. Seolah takut perempuan itu akan ketakutan karena ucapan dari anak buahnya sendiri.Robi menunggu perempuan itu di luar kantor polisi, lalu membawanya pergi sambil berkata dengan penuh hormat, “Pak Reza sudah menunggu Anda di dalam mobil.”“Maaf, sudah merepotkan kamu,” ucap Sonia sambil berterima kasih.“Su
Reza menuangkan secangkir teh dari poci teh untuk Sonia. Aroma wangi teh susu langsung menyebar.Sonia menyeruput teh itu, awalnya rasanya tidak terlalu manis, tapi wanginya sangat pekat. Namun berselang sedetik, rasa manis dari teh itu mulai terasa di tenggorokan Sonia. Perempuan itu tidak pernah meminum teh seperti ini sebelumnya, sepertinya ini adalah teh yang dibuat oleh restoran ini secara khusus.“Sangat enak,” ucap Sonia memberikan penilaian.Reza tersenyum lembut dan menjelaskan, “Ketika aku masih kecil, Kak Widya sempat bekerja di keluarga Herdian. Kemudian suaminya membuka usaha baru, Kak Widya pun mengundurkan diri dan membantu suaminya membuka sebuah restoran. Masakan Kak Widya dan suaminya sangatlah enak, nanti kamu coba sendiri pasti akan tahu.”“Bisa membuka restoran ini selama bertahun-tahun, pasti rasanya nggak diragukan,” ujar Sonia sambil meneguk teh susunya.Setelah beberapa teguk, cangkir Sonia pun kosong. Perempuan itu mengulurkan tangannya untuk mengambil cangkir
Mungkin karena memar yang ada di bahu Sonia cukup parah, membuat kening pria itu bertaut ke tengah, hatinya pun terasa sakit.Selesai mengoleskan obat, Reza merapikan kotak obat tersebut, lalu kembali ke kamar dan mencium wajah Sonia dengan lembut, “Selamat tidur.”Sonia langsung mengangkat matanya terkejut, tanpa sadar perempuan itu mengulurkan tangan dan menggenggam handuk yang melilit di pinggang Reza, “Kamu sudah mau pergi?”Reza menatap perempuan itu sambil berdiri, bola matanya bergerak penuh arti.Wajah Sonia sedikit memerah, matanya yang terang berkedip dengan canggung, “Emm, mungkin karena aku meminum teh susunya kebanyakan, jadi nggak bisa tidur.”Reza membungkuk dan menatap sepasang mata Sonia yang cantik. “Kamu ingin bersenang-senang? Besok saja bagaimana? Kamu terluka, nggak bisa terlalu banyak bergerak, hari ini istirahat saja baik-baik,” ucapnya setengah berbisik.Dengan kedua tangannya yang melilit di leher Reza, Sonia menatap balik pria itu. Wajahnya terlihat lembut da
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum
Begitu pintu lift terbuka, Sonia melangkah keluar. Di hadapannya, terbentang lorong panjang dengan lampu neon putih yang dingin dan suram menggantung di atas kepala.Sonia keluar dari lift dan melangkah ke koridor. Di kedua sisi koridor, terdapat laboratorium dan ruang penyimpanan. Melalui pintu-pintu kaca, dia bisa melihat berbagai macam alat yang aneh dan rumit. Dia terus berjalan lebih dalam.Suasana di sekitarnya begitu sunyi hingga terasa mencekam. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara aneh, seperti kuku yang menggores kaca, bercampur dengan suara geraman liar yang menyerupai auman binatang buas.Sonia mengikuti arah suara itu. Tak jauh di depan, sebuah pintu besar terlihat berdiri kokoh. Pintu itu terlihat sangat kuat dan dilengkapi dengan sistem pengamanan berbasis sandi. Dia segera mengirim perintah ke Frida.Dalam waktu 30 detik, Frida berhasil membobol sistem pengamanan tersebut. Setelah memasukkan kode yang diberikan, pintu itu perlahan terbuka secara otomatis. Ketika Sonia
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun
Kase balik bertanya sambil tersenyum, "Kamu bahkan nggak mengenali penyelamatmu?"Hallie tertegun menatapnya dan terlihat bingung. Di sisi lain, Sonia berucap, "Masih ada beberapa jam sebelum matahari terbit. Lebih baik kamu naik ke atas dan beristirahat dulu. Kita bicarakan hal lainnya besok."Hallie mengangguk dengan cemas, lalu mengikuti Sonia menuju lantai atas. Sonia menunjukkan kamar di sebelah kamarnya sendiri, lalu berucap, "Di dalam lemari, ada piama dan baju ganti. Kamu bisa memakainya sesukamu."Hallie memandang Sonia dengan penuh rasa terima kasih, lalu berujar, "Makasih banyak. Kamu sudah menyelamatkanku dua kali!""Jangan berterima kasih padaku. Kali ini, orang yang menyelamatkanmu adalah pria yang tadi di bawah," ujar Sonia.Hallie tertegun sebelum bertanya, "Dia yang menyelamatkanku? Apa tadi aku bersikap nggak sopan?"Suasana di bar tadi terlalu kacau. Hallie begitu ketakutan hingga tak tahu apa yang terjadi. Saat dibawa ke vila ini, dia masih merasa ketakutan bahkan s
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak
"Ivy, lihat! Itu gadis dari Cendania!" Gadis pirang di sebelah Sonia menggenggam tangannya dengan penuh semangat.Sonia dengan halus menghindari genggamannya, tetapi dia tertegun sejenak ketika melihat gadis di atas panggung. Itu ternyata gadis yang kemarin dia temui di luar toserba, Hallie. Dia telah ditangkap, lalu dijual ke tempat ini.Di Hondura, seorang gadis cantik bisa dijual hingga 5.000 dolar Amwrika. Sonia terlihat mengernyit. Sepertinya Hallie sama sekali tidak mendengarkan nasihatnya dan tetap keras kepala mencari pacarnya.Hallie terbangun di atas panggung. Melihat orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya seperti serigala, dia sangat terkejut.Dengan ketakutan, Hallie berusaha bangkit untuk melarikan diri, tetapi setelah itu dia menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan bikini. Dalam sekejap, dia memeluk tubuhnya erat-erat dan duduk kembali dengan cemas.Juru lelang mulai menyebutkan harga awal. Wajah Hallie kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, dia
"Baiklah!" Sonia membawa kotak camilan ke dalam, diikuti oleh pria kulit putih itu. Selama waktu ini, Sonia mendengar suara percakapan pria dan wanita dari arah ruang tamu.Ekspresi Sonia tetap tenang. Setelah meletakkan makanan di atas meja, dia berbalik dan berjalan keluar. Pria itu mengikutinya dari belakang dan menutup pintu.Sonia kembali mendorong troli menuju lantai atas. Setelah mengantarkan 12 porsi camilan, dia tetap tidak menemukan orang yang sedang dia cari.Namun, Sonia tidak terburu-buru. Ini baru hari pertama. Saat dia hendak membawa troli kembali ke lantai satu, tiba-tiba seorang gadis lain yang juga mengenakan seragam pelayan berlari menghampirinya.Gadis itu menarik tangannya dengan penuh semangat, lalu berucap, "Jangan sibuk lagi. Malam ini ada lelang, sebentar lagi bakal dimulai!"Gadis itu menarik Sonia menuju lift. Mereka naik ke lantai 32 yang ternyata adalah sebuah bar. Istana Fers yang terlihat sunyi dan tak berpenghuni di siang hari, berubah menjadi tempat yan