Reza menuangkan secangkir teh dari poci teh untuk Sonia. Aroma wangi teh susu langsung menyebar.Sonia menyeruput teh itu, awalnya rasanya tidak terlalu manis, tapi wanginya sangat pekat. Namun berselang sedetik, rasa manis dari teh itu mulai terasa di tenggorokan Sonia. Perempuan itu tidak pernah meminum teh seperti ini sebelumnya, sepertinya ini adalah teh yang dibuat oleh restoran ini secara khusus.“Sangat enak,” ucap Sonia memberikan penilaian.Reza tersenyum lembut dan menjelaskan, “Ketika aku masih kecil, Kak Widya sempat bekerja di keluarga Herdian. Kemudian suaminya membuka usaha baru, Kak Widya pun mengundurkan diri dan membantu suaminya membuka sebuah restoran. Masakan Kak Widya dan suaminya sangatlah enak, nanti kamu coba sendiri pasti akan tahu.”“Bisa membuka restoran ini selama bertahun-tahun, pasti rasanya nggak diragukan,” ujar Sonia sambil meneguk teh susunya.Setelah beberapa teguk, cangkir Sonia pun kosong. Perempuan itu mengulurkan tangannya untuk mengambil cangkir
Mungkin karena memar yang ada di bahu Sonia cukup parah, membuat kening pria itu bertaut ke tengah, hatinya pun terasa sakit.Selesai mengoleskan obat, Reza merapikan kotak obat tersebut, lalu kembali ke kamar dan mencium wajah Sonia dengan lembut, “Selamat tidur.”Sonia langsung mengangkat matanya terkejut, tanpa sadar perempuan itu mengulurkan tangan dan menggenggam handuk yang melilit di pinggang Reza, “Kamu sudah mau pergi?”Reza menatap perempuan itu sambil berdiri, bola matanya bergerak penuh arti.Wajah Sonia sedikit memerah, matanya yang terang berkedip dengan canggung, “Emm, mungkin karena aku meminum teh susunya kebanyakan, jadi nggak bisa tidur.”Reza membungkuk dan menatap sepasang mata Sonia yang cantik. “Kamu ingin bersenang-senang? Besok saja bagaimana? Kamu terluka, nggak bisa terlalu banyak bergerak, hari ini istirahat saja baik-baik,” ucapnya setengah berbisik.Dengan kedua tangannya yang melilit di leher Reza, Sonia menatap balik pria itu. Wajahnya terlihat lembut da
Hana mengedipkan matanya, “Reza, apa maksud kamu ini?”Reza menyapukan sorot mata yang dingin ke wajah Hana, “Apa kamu nggak mengenal mereka?”Hana tertawa dengan suara yang sedikit dipaksakan, “Bagaimana mungkin aku bisa mengenal mereka?”Seseorang yang berjongkok di paling depan, tiba-tiba mengangkat kepalanya, “Kak Hana, aku adalah Shawn. Kamu yang memintaku untuk mencari orang dan menangkap anak perempuan itu. Kamu jangan menyangkal hal ini, kalau kamu terus menyangkal, mereka akan memukul kita semua hingga mati.”Raut wajah Hana langsung berubah, perempuan itu langsung membentak dan berkata gusar kepada pria tersebut. “Jangan bicara sembarangan kamu! Aku menyuruh kamu menangkap siapa? Aku nggak kenal sama kamu, kamu jangan asal melempar tanggung jawab ke aku, hanya karena ingin terbebas dari masalah!”Sepasang bola mata Shawn melebar, dia mendelik ke arah Hana dan berkata dengan panik, “Kak Hana, jadi manusia nggak boleh seperti itu! Aku selalu membantu kamu, sekarang giliran aku
Selesai berbicara, pintu ditutup lalu dikunci.Hana menunjukkan ekspresi tidak percaya, lekas pergi menggedor pintu. “Reza, kembali! Jangan memperlakukanku seperti ini! Kalau sampai kakekku mengetahui masalah ini, dia pasti nggak akan maafkan kamu!”“Reza, kamu dengar, tidak?! Kamu tidak berhak berbuat seperti ini!”“Reza!”Hana berteriak sambil menggedor pintu dengan gilanya. Hanya saja pintu tidak bergerak sama sekali. Dia segera membalikkan badan, dan menatap lelaki-lelaki berbadan kekar di belakangnya. “Jangan sentuh aku! Kalau tidak, aku pasti akan bunuh kalian semua!”Selesai berbicara, Hana segera membuka tasnya, dan mengeluarkan ponsel untuk menelepon. Sayangnya, tidak ada sinyal di tempat ini.Hati Hana semakin panik lagi. Dia lanjut menjerit sambil menggedor pintu.…Keluarga Hermansyah sudah mencari Hana selama seminggu, dan mereka akhirnya menemukan sedikit petunjuk, ternyata Hana dibawa pergi oleh anggota Reza.Namun Keluarga Hermansyah tidak berani langsung mencari Reza.
Melvin bersama anggotanya pergi mencari Hana. Begitu pintu rumah dibuka, para lelaki yang sedang tiduran di lantai langsung bangkit, dan menatap ke sisi Melvin dengan ketakutan.Kening Melvin langsung berkerut. “Di mana Hana?”Shawn berdiri lalu menunjuk ke sisi pintu kamar dengan merinding. “Di dalam!”Melvin pergi membuka pintu, kemudian tercium bau tidak sedap dari dalam ruangan. Melvin merasa mual dan hampir saja muntah.Kamar sangatlah kotor. Hana terlihat sedang berbaring di atas ranjang bagai sudah kehilangan nyawa saja.Lantaran merasa jijik, Melvin pun mundur beberapa langkah, lalu memerintah bawahan untuk menggendong Hana, mengantarnya ke rumah sakit.Hana tidak dilecehkan. Setelah Reza pergi, berhubung tidak ada sinyal, dia pun tidak bisa menelepon. Lantaran takut akan dilecehkan oleh Shawn, Hana pun segera berlari ke kamar dan mengunci pintu.Selama tujuh hari ini, ada yang mengantarkan makanan dan minuman. Hanya saja, Hana tidak berani keluar dari kamar. Sementara tidak ad
Ranty tersenyum dan berkata, “Iya, iya, nggak perlu interaksi, lagi pula orang-orang yang mesti menjilat desainer King Studio!”Sonia meliriknya sekilas. “Apa kamu sudah lama tidak dijitak?”“Ampun! Apa kamu nggak kasihan sama aku? Coba kamu lihat, aku sudah bertengkar dengan Matias? Ampunilah aku! Sekarang kakiku juga masih memar. Kalau kamu tidak percaya, coba lihat sendiri!”Sonia menatapnya dengan mengerutkan kening. “Apa kamu tidak bisa menahan dirimu?”“Apa perlu menahan diri?” balas Ranty dengan tersenyum.Sonia terdiam membisu.Mereka berdua masuk ke ruangan VIP, dan terlihat begitu banyak wanita di dalam sana. Begitu menyadari kedatangan Ranty, mereka pun langsung mengerumuninya.Ranty memperkenalkan Sonia kepada mereka. Dia merangkul pinggang Sonia sambil tersenyum lebar. “Perkenalkan, dia adalah adikku, Sonia Dikara. Mohon bantuannya, ya!”Salah seorang wanita yang bernama Merry langsung bercanda, “Ternyata adikmu cuma Sonia saja, ya? Bagaimana dengan kami?”Semua orang lang
Ranty berpikir sejenak, lalu duduk tenang tanpa bergerak. Dia hanya mengatakan, “Kalau dia membuatmu kesal, kamu jangan bersabar. Nggak masalah kalau kita nggak punya lelaki, tapi kita nggak boleh diinjak-injak oleh orang lain!”Sonia tersenyum. “Jadi ini adalah pengalaman yang kamu kumpulkan selama beberapa tahun ini?”Ranty tersenyum manis. “Tentu saja!”Saat mereka berdua sedang berbicara, tiba-tiba terdengar suara dobrak pintu, dan 4-5 orang berjalan masuk ruangan. Wanita yang berdiri di paling depan memiliki tinggi badan 1,75 meter, dan memiliki kelima indra yang indah. Dia terlihat seperti blasteran. Dia melirik orang-orang di dalam ruangan, lalu tatapannya tertuju pada diri Siska. Kemudian, si wanita pun berjalan menghampirinya.Melihat gambaran ini, Siska spontan berdiri. “Lina, untuk apa kamu datang ke sini?”“Apa benar Pak Bagus memilihmu untuk menjadi pemeran utama dalam filmnya?” tanya wanita yang bernama Lina dengan dingin.Manajer Siska, Devi, langsung berdiri. “Masalah i
Reza mengangkat kepalanya. “Apa katamu?”…Setelah Reza, Jason, dan yang lainnya tiba di ruangan, situasi pun sudah semakin kacau saja. Anggota Lina sedang menjaga di depan pintu, mereka tidak memperbolehkan siapa pun masuk ke dalam.Robi langsung mendobrak pintu, dan ketika hendak masuk ke dalam, seorang wanita hendak melarangnya. Robi malah langsung menarik pergelangan tangan wanita itu, lalu membantingnya ke lantai.Para satpam segera menyerbu ke dalam, langsung melerai semua orang yang sedang berkelahi.Reza langsung melirik kerumunan. Saat dia menemukan keberadaan Sonia, Sonia kebetulan juga sedang menatapnya.Baru saja Reza hendak mendekatinya, Lina tiba-tiba terlepas dari kendali satpam, dan berlari ke hadapan Reza. Dia lalu berkata, “Kamu yang namanya Reza? Jadi kamu yang sudah mendukung Siska? Apa kamu tahu berapa banyak orang yang sudah kamu hancurkan dengan uangmu? Kalian semua pantas mati!”Semua orang terbengong. Mereka tidak menyangka Lina punya nyali sebesar ini.Wanita
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum
Begitu pintu lift terbuka, Sonia melangkah keluar. Di hadapannya, terbentang lorong panjang dengan lampu neon putih yang dingin dan suram menggantung di atas kepala.Sonia keluar dari lift dan melangkah ke koridor. Di kedua sisi koridor, terdapat laboratorium dan ruang penyimpanan. Melalui pintu-pintu kaca, dia bisa melihat berbagai macam alat yang aneh dan rumit. Dia terus berjalan lebih dalam.Suasana di sekitarnya begitu sunyi hingga terasa mencekam. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara aneh, seperti kuku yang menggores kaca, bercampur dengan suara geraman liar yang menyerupai auman binatang buas.Sonia mengikuti arah suara itu. Tak jauh di depan, sebuah pintu besar terlihat berdiri kokoh. Pintu itu terlihat sangat kuat dan dilengkapi dengan sistem pengamanan berbasis sandi. Dia segera mengirim perintah ke Frida.Dalam waktu 30 detik, Frida berhasil membobol sistem pengamanan tersebut. Setelah memasukkan kode yang diberikan, pintu itu perlahan terbuka secara otomatis. Ketika Sonia
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun
Kase balik bertanya sambil tersenyum, "Kamu bahkan nggak mengenali penyelamatmu?"Hallie tertegun menatapnya dan terlihat bingung. Di sisi lain, Sonia berucap, "Masih ada beberapa jam sebelum matahari terbit. Lebih baik kamu naik ke atas dan beristirahat dulu. Kita bicarakan hal lainnya besok."Hallie mengangguk dengan cemas, lalu mengikuti Sonia menuju lantai atas. Sonia menunjukkan kamar di sebelah kamarnya sendiri, lalu berucap, "Di dalam lemari, ada piama dan baju ganti. Kamu bisa memakainya sesukamu."Hallie memandang Sonia dengan penuh rasa terima kasih, lalu berujar, "Makasih banyak. Kamu sudah menyelamatkanku dua kali!""Jangan berterima kasih padaku. Kali ini, orang yang menyelamatkanmu adalah pria yang tadi di bawah," ujar Sonia.Hallie tertegun sebelum bertanya, "Dia yang menyelamatkanku? Apa tadi aku bersikap nggak sopan?"Suasana di bar tadi terlalu kacau. Hallie begitu ketakutan hingga tak tahu apa yang terjadi. Saat dibawa ke vila ini, dia masih merasa ketakutan bahkan s
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak
"Ivy, lihat! Itu gadis dari Cendania!" Gadis pirang di sebelah Sonia menggenggam tangannya dengan penuh semangat.Sonia dengan halus menghindari genggamannya, tetapi dia tertegun sejenak ketika melihat gadis di atas panggung. Itu ternyata gadis yang kemarin dia temui di luar toserba, Hallie. Dia telah ditangkap, lalu dijual ke tempat ini.Di Hondura, seorang gadis cantik bisa dijual hingga 5.000 dolar Amwrika. Sonia terlihat mengernyit. Sepertinya Hallie sama sekali tidak mendengarkan nasihatnya dan tetap keras kepala mencari pacarnya.Hallie terbangun di atas panggung. Melihat orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya seperti serigala, dia sangat terkejut.Dengan ketakutan, Hallie berusaha bangkit untuk melarikan diri, tetapi setelah itu dia menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan bikini. Dalam sekejap, dia memeluk tubuhnya erat-erat dan duduk kembali dengan cemas.Juru lelang mulai menyebutkan harga awal. Wajah Hallie kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, dia
"Baiklah!" Sonia membawa kotak camilan ke dalam, diikuti oleh pria kulit putih itu. Selama waktu ini, Sonia mendengar suara percakapan pria dan wanita dari arah ruang tamu.Ekspresi Sonia tetap tenang. Setelah meletakkan makanan di atas meja, dia berbalik dan berjalan keluar. Pria itu mengikutinya dari belakang dan menutup pintu.Sonia kembali mendorong troli menuju lantai atas. Setelah mengantarkan 12 porsi camilan, dia tetap tidak menemukan orang yang sedang dia cari.Namun, Sonia tidak terburu-buru. Ini baru hari pertama. Saat dia hendak membawa troli kembali ke lantai satu, tiba-tiba seorang gadis lain yang juga mengenakan seragam pelayan berlari menghampirinya.Gadis itu menarik tangannya dengan penuh semangat, lalu berucap, "Jangan sibuk lagi. Malam ini ada lelang, sebentar lagi bakal dimulai!"Gadis itu menarik Sonia menuju lift. Mereka naik ke lantai 32 yang ternyata adalah sebuah bar. Istana Fers yang terlihat sunyi dan tak berpenghuni di siang hari, berubah menjadi tempat yan