"Jawab! Gagu lo gabisa ngomong!" Shaka membentaknya lagi.
"I-iya." Evelyn menunduk. Setetes air matanya jatuh. Dia ketakutan. Seumur hidup dia tidak akan berani menyentuh Shaka lagi.Shaka dengan sengaja menginjak telapak tangan Evelyn saat berjalan meninggalkan gadis itu.Bara dan yang lain mengikuti Shaka dari belakang.Tapi tiba-tiba Vernon berbalik. Dia kemudian mengambil kursi dan duduk di tengah pintu. "Masing-masing boleh nampar mereka dua kali." Kata Vernon.Para murid yang memang memiliki dendam mulai mendekati mereka. Vernon tersenyum sinis melihat mereka mulai menampar tiga orang itu.Salah seorang melayangkan telapak tangannya pada Viona. "Ini karena lo udah rebut pacar gue setahun yang lalu!""Shh." Viona meringis. Kepalanya langsung pusing karena tamparan itu.Plak. Gadis itu melakukannya sekali lagi. "Dan ini karena lo udah bikin gue jadi bahan lelucon di Garuda."Gadis itu mundur. Dan"Ayo jalan~" ajak Andrew.Sekar menggeleng. "Nanti abang jual!" Andrew terbahak mendengarnya. Sekar menyentil bibir Andrew. "Jangan berisik! Nanti oma keganggu istirahatnya." Sekar melototi Andrew. Dia kemudian merapikan lagi selimut Reine. Andrew menggaruk tengkuknya. Dia kemudian meletakkan jarinya di bibir. Tapi senyumnya tak bisa ditahan. Ingatannya kembali pada saat kemarin saat Sekar jalan-jalan bersama Elroy. Dia ikut bergabung di tengah jalan. Saat pulang Andrew menawarkan diri untuk mengantarkan Sekar pulang ke rumah sakit, Sekar setuju karena dia yakin abangnya Elroy yang berprofesi model itu pasti sibuk. Sekar tak ingin terlalu banyak menyita waktunya. Saat perjalanan pulang , Andrew tidak langsung mengantarnya ke rumah sakit. Andrew mengajak Sekar bertemu teman-temannya terlebih dahulu.Andrew juga memperkenalkan Sekar sebagai pacarnya dari Indonesia. Pacar nomor tiganya bulan ini. Raut Sekar masam. Apalagi saat b
"Kenapa, apa sesuatu terjadi?"Sekar mengangguk. "Habis lulus Gio mau pindah ke Jepang. Gio pasti gak mau di sini karena sedih terus. Sekar gak mau Gio pindah. Nanti di sana siapa yang jaga kalo Gio sakit~" Mata Sekar mulai berembun. Hatinya sakit membayangkan Gio benar-benar pergi meninggalkannya dan Kayden. Andrew memeluknya. "Yaudah nanti gue minta temen gue buat bantu lo. Gue juga bantu dari sini."Sekar mendongak. "Beneran?" tanyanya.Andrew mengangguk. "Iya. Dia orang Indonesia yang kuliah di sini. Mumpung dia pulang lama ke Indonesia.""Bener, Aya?" Sekar memastikan.Andrew mengecup puncak kepalanya. "Iya~. Dah jangan sedih lagi. Adek gue gak boleh cengeng."Sekar tersenyum. "Makasih Andrew."Andrew mengacak rambutnya dengan gemas.***"Kay, ada anak Garuda nyari lo di gerbang. Cewek." Seorang murid pergi ke kelas Kayden untuk mengabarinya.John dan yang lain menatap Kayden pen
"S-Sekar sering ke sini?" tanya Anna tergagap."Dari gue kelas sepuluh dia sering main ke sini. Dulu SMP nya Sekar kan deket. Guru-guru sampai hapal sama mukanya." Kayden terkekeh terbayang gadis itu."Gue baru tau ternyata Evelyn sodara tirinya Sekar." Ucap Anna. "Itu kenapa gue gak mau Evelyn ganggu Sekar. Selama ini dia udah rebut semua yang dimiliki Sekar. Bahkan dia pernah maksa Sekar buat dia bisa gabung sama Fonza juga." Kayden memandang kejauhan. Dia teringat masa lalu mereka. "L-lo udah lama kenal Sekar?""Pertama kali gue ketemu Sekar pas dia nangis jongkok di balik pohon di hari pertama dia masuk SD. Anak-anak lain semua ditemenin sama orang tuanya. Cuma dia yang sendiri. Sejak hari itu dia jadi adek gue."Mata Anna merah. Hanya mendengar saja dia sudah merasa tidak kuat. Apalagi jika dia yang menjalaninya seperti Sekar."Dia juga yang selama ini nguatin gue. Makanya gue lebih sayang dia daripada nyawa gue s
"Jangan kecapekan, ya, pakle." Kayden mengingatkan."Yang di sebelahnya kenalin sama bude dong, Kay." Pinta Marni dengan terkekeh.Kayden berdecak. "Istri pakde tuh lagi kumat keponya." Dia mengadu pada Paijo.Paijo terkekeh dan mengusap tangannya, "Kenalin dong, pakde juga kepo, nih."Kayden menatap mereka sebal. Ternyata sama saja. "Namanya Anna. Kalau nanya hubungannya apa sama Kayden, mending tanya orangnya langsung.""Jadi nak Anna ini siapanya nak Kayden?" tanya Marni langsung. Dia memang sudah kepo tingkat dewa. Eh? Kenapa jadi nanya dia?Kayden terkekeh melihat wajah Anna. Pasti gadis itu kebingungan harus menjawab apa. "Anna ini temannya Sekar. Tapi kalau mau jadi temen hidupnya Kayden ya alhamdulillah." kata Kayden. Uhukk uhukk Anna yang tidak sedang minum apa-apa langsung tersedak dengan heboh. Marni membantu menepuk punggungnya hingga Anna tenang.Kayden kemudian menyod
"Yang ujung. Cat biru, pagar putih." jawab Anna ketus. Kayden hanya terkekeh. "Yuk masuk," Kayden menggandeng tangan Anna setelah turun dari motor. Dia bertingkah seolah dialah yang punya rumah. Anna yang tamu. Anna buru-buru menepis tangan Kayden saat melihat orang tuanya berdiri di teras rumah. Awalnya Broto keluar karena penasaran dengan bunyi knalpot yang berisik. Dia kira teman anak bungsunya yang datang. Semingguan ini anak bungsunya terus merengek ingin bergabung dengan geng motor. Broto sampai pusing mendengarnya. "Perkenalkan saya Kayden om, tante." Kayden menyalami Broto dan Sandra dengan sopan. Dia lalu mengangsurkan martabak manis pada Sandra. Sandra menerimanya dan mengajak mereka ke ruang tamu. Broto melihat Kayden dari atas ke bawah. Masih pakai seragam sekolah. Broto menghela nafas dalam hati. "Kamu baru pulang sekolah jam segini?" tanya Broto p
"Maaf, om. Nanti Kayden tanya sama Sekar dulu, ya." Kayden menjawab sungkan.Seharusnya tidak ada kata tidak untuk calon mertua. Tapi karena masih ada hubungan dengan Dewo, Kayden takut Sekar tidak nyaman. Apalagi ini adalah acara penting untuk Sekar."Om paham maksudmu. Kalau seandainya Sekar keberatan pun jangan dipaksa. Om bisa memakluminya." kata Broto."Baaang, bang Renooo!" Seseorang tiba-tiba membuka pintu dengan heboh. Dia berteriak sambil melempar tas ranselnya tidak menyadari empat orang yang ada di ruang tamu."Wa'alaikumussalam!" Ucap Sandra. Dia menatap sengit putra bungsunya."Eh eh. Assalamu'alaikum mama." Alfa dengan terkekeh menyalami mama papanya. Kakaknya lalu terakhir Kayden."Habis dari mana aja kamu baru pulang jam segini?" tanya Broto."Biasa, Pa, Alfa latihan taekwondo dulu demi masa depan yang cerah." kekeh Alfa. Anna memutar mata. Masa depan apanya cuma masuk geng motor."Oiya
"Ups. Sori, sori. Gue gak tau kalo ada lo." Kata Kayden. Tapi dia terkekeh melihat kelakuan Anna. Dia yang topless, kenapa gadis itu yang tersipu malu. "G-gue cuma nganterin baju buat lo." Anna menunjuk pakaian yang teronggok di atas kasur. "Thanks." kata Kayden. Anna hanya mengangguk sebelum keluar dari kamar Alfa. Dia tidak mengangkat kepala sama sekali. Kayden gemas melihatnya.***Anna turun menuju meja makan bersama Alfa dan Kayden. Alfa terus saja memonopoli Kayden. Anna sampai jengah melihatnya."Kak Kayden, kenalin ini bang Reno abangnya Alfa." Alfa mengenalkan pemuda manis berkaca mata yang duduk di samping Broto."Reno," Reno menyalami Kayden. Tadi begitu pulang dia juga menanyakan pemilik motor besar di depan rumahnya. Broto lalu menceritakan siapa Kayden sekalian tentang Sekar juga. Daniel langsung merasa kagum dan simpati pada mereka."Kayden." Kayden menjabat tangannya. "Oh ya, gue izin minjam baju lo."
"Hati hati dong." Kayden khawatir. Sekar terkekeh menunjukkan buku jarinya yang merah-merah. "Gak luka, kok." "Emang gabisa diem kamu tuh." Ucap Kayden. "Yakan mau nunjukin ke abang gimana besarnya rasa sayang Sekar!" jawab Sekar ngegas. "Iya iya, gak perlu ditunjukin lagi. Abang udah tau kok gimana sayangnya kamu." Kayden terkekeh gemas. "Ya terus kenapa masih nanya." Sekar cemberut. Matanya melotot lucu. "Pengen goda kamu aja." jawab Kayden terkekeh. "Bang Kay, Sekar kangen~" rengek Sekar. Kayden tersenyum. Dia apalagi. "Pulang dong. Abang ke sana kamu gak bolehin." Sekar terkekeh melihat wajah cemberut Kayden. Kemarin dia mengancam jika Kayden nekat menyusulnya, Sekar akan pindah sekolah di Paris saja sekalian menjaga oma. "Kamis Paman Louis baru bisa berangkat. Sekar duluan gak dibolehin." Sekar mengadu. Bibi