"Yang ujung. Cat biru, pagar putih." jawab Anna ketus.
Kayden hanya terkekeh. "Yuk masuk," Kayden menggandeng tangan Anna setelah turun dari motor. Dia bertingkah seolah dialah yang punya rumah. Anna yang tamu. Anna buru-buru menepis tangan Kayden saat melihat orang tuanya berdiri di teras rumah. Awalnya Broto keluar karena penasaran dengan bunyi knalpot yang berisik. Dia kira teman anak bungsunya yang datang. Semingguan ini anak bungsunya terus merengek ingin bergabung dengan geng motor. Broto sampai pusing mendengarnya. "Perkenalkan saya Kayden om, tante." Kayden menyalami Broto dan Sandra dengan sopan. Dia lalu mengangsurkan martabak manis pada Sandra. Sandra menerimanya dan mengajak mereka ke ruang tamu. Broto melihat Kayden dari atas ke bawah. Masih pakai seragam sekolah. Broto menghela nafas dalam hati. "Kamu baru pulang sekolah jam segini?" tanya Broto p"Maaf, om. Nanti Kayden tanya sama Sekar dulu, ya." Kayden menjawab sungkan.Seharusnya tidak ada kata tidak untuk calon mertua. Tapi karena masih ada hubungan dengan Dewo, Kayden takut Sekar tidak nyaman. Apalagi ini adalah acara penting untuk Sekar."Om paham maksudmu. Kalau seandainya Sekar keberatan pun jangan dipaksa. Om bisa memakluminya." kata Broto."Baaang, bang Renooo!" Seseorang tiba-tiba membuka pintu dengan heboh. Dia berteriak sambil melempar tas ranselnya tidak menyadari empat orang yang ada di ruang tamu."Wa'alaikumussalam!" Ucap Sandra. Dia menatap sengit putra bungsunya."Eh eh. Assalamu'alaikum mama." Alfa dengan terkekeh menyalami mama papanya. Kakaknya lalu terakhir Kayden."Habis dari mana aja kamu baru pulang jam segini?" tanya Broto."Biasa, Pa, Alfa latihan taekwondo dulu demi masa depan yang cerah." kekeh Alfa. Anna memutar mata. Masa depan apanya cuma masuk geng motor."Oiya
"Ups. Sori, sori. Gue gak tau kalo ada lo." Kata Kayden. Tapi dia terkekeh melihat kelakuan Anna. Dia yang topless, kenapa gadis itu yang tersipu malu. "G-gue cuma nganterin baju buat lo." Anna menunjuk pakaian yang teronggok di atas kasur. "Thanks." kata Kayden. Anna hanya mengangguk sebelum keluar dari kamar Alfa. Dia tidak mengangkat kepala sama sekali. Kayden gemas melihatnya.***Anna turun menuju meja makan bersama Alfa dan Kayden. Alfa terus saja memonopoli Kayden. Anna sampai jengah melihatnya."Kak Kayden, kenalin ini bang Reno abangnya Alfa." Alfa mengenalkan pemuda manis berkaca mata yang duduk di samping Broto."Reno," Reno menyalami Kayden. Tadi begitu pulang dia juga menanyakan pemilik motor besar di depan rumahnya. Broto lalu menceritakan siapa Kayden sekalian tentang Sekar juga. Daniel langsung merasa kagum dan simpati pada mereka."Kayden." Kayden menjabat tangannya. "Oh ya, gue izin minjam baju lo."
"Hati hati dong." Kayden khawatir. Sekar terkekeh menunjukkan buku jarinya yang merah-merah. "Gak luka, kok." "Emang gabisa diem kamu tuh." Ucap Kayden. "Yakan mau nunjukin ke abang gimana besarnya rasa sayang Sekar!" jawab Sekar ngegas. "Iya iya, gak perlu ditunjukin lagi. Abang udah tau kok gimana sayangnya kamu." Kayden terkekeh gemas. "Ya terus kenapa masih nanya." Sekar cemberut. Matanya melotot lucu. "Pengen goda kamu aja." jawab Kayden terkekeh. "Bang Kay, Sekar kangen~" rengek Sekar. Kayden tersenyum. Dia apalagi. "Pulang dong. Abang ke sana kamu gak bolehin." Sekar terkekeh melihat wajah cemberut Kayden. Kemarin dia mengancam jika Kayden nekat menyusulnya, Sekar akan pindah sekolah di Paris saja sekalian menjaga oma. "Kamis Paman Louis baru bisa berangkat. Sekar duluan gak dibolehin." Sekar mengadu. Bibi
Diman memperhatikan motor besar di belakang mobilnya. Beberapa kali Diman berbelok, motor itu juga ikut berbelok. Diman menurunkan laju kendaraannya dan menunggu pengendara motor itu melewatinya tapi motor itu ikut berjalan pelan. Diman mengusap keringat di dahinya. "Non, sepertinya ada yang mengikuti mobil kita." Ucap Diman. "Siapa?" Anna meletakkan ponselnya dan menoleh ke belakang. "Motor besar yang warna merah itu, non. Agak di belakang. Tapi saya yakin dari tadi motor itu ngikutin kita." Anna memicingkan matanya. Dia mengepalkan tangannya saat mengenali orang itu. Lima hari ini cowok itu selalu mengganggunya di sekolah. "Apa kita ke kantor polisi aja, non?" tanya Diman. Suaranya terdengar panik. "Atau telpon papa non?" "Nanti mampir ke kafe Raya, ya." Pinta Anna. "Pelanin mobilnya, pak." Anna kemudian membuka kaca mobil, dengan isyarat tangan dia menyuruh Shaka mengikuti ke
"Wa'alaikumussalam." jawab Sandra."Lama kakak tuh," decak Alfa tidak puas.Anna mencubit pipi Alfa. Dia kemudian menatap Kayden di sampingnya dengan penasaran."Kay, lo ada apa ke mari?" "Kagak ada basa-basinya jadi cewek." Alfa menepuk jidatnya sendiri. Anna menatapnya sebal. Kayden terkekeh, "Gue mau ke pantai lagi liat persiapan acara, kali aja lo mau ikut.""Mau. Gue mau!" ucap Anna semangat. "Beneran kagak ada malu-malunya ni cewek." Alfa menepuk jidat lagi. Jika begini ceritanya dia yakin Kak Kayden tidak perlu bantuannya lagi untuk bisa mendapatkan hati Anna. Yang ada Anna yang langsung mempersembahkan hatinya tanpa syarat. Anna menatap Alfa dengan sebal. "Mama, Alfa~" Kayden mengulum senyum melihat Anna yang mengadu. Gemasnya. "Alfa jangan isengin kakaknya, ih." Sandra mengusap kepala Alfa sayang. Dia lalu beralih menatap Anna. "Kamu juga cepet siap-siap sana.""Mama kas
"Ini mama sama adeknya Anna, pakde. Anna harap pakde gak keberatan Anna datang rame-rame." Ucap Anna meminta izin. Paijo terkekeh, "ya, ndak papa. Malah bagus jadi tambah ramai tho. Nanti ajak ketemu sama budemu."Paijo lalu menepuk pundak Kayden, "nanti bantu pakde pilih furniture. Biar bisa langsung diisi besok. Bantu video call pak Louis juga." Paijo terkekeh. Kayden menatapnya sebal. Pakde itu sudah dibelikan Sekar hape canggih, tapi untuk melakukan video call masih canggung. Katanya aneh karena bisa memunculkan wajah. "Yaudah Kayden mau anter tante dulu.""Iya, anter dulu calon mert- iya antar aja dulu."Kayden menatap pamannya kesal.Paijo hanya terkekeh sambil mendorong bahunya. "Keceplosan nak Kayden." katanya lagi. Alfa menarik-narik Jaket Kayden. Kayden mengulum senyum melihat kelakuan Alfa. Dari tadi matanya selalu tertuju pada sekelompok pemuda yang berada di samping motor-motor besar yang terpar
Kayden terkekeh saja. Budenya itu pasti masih merajuk karena Kayden tidak mau menjawab apa hubungannya dengan Anna dari kemarin."Kayden sama Anna mau keluar cari cemilan buat bapak-bapak.""Loh kurang? Nanti bude minta keluarin yang baru dibikin Tia."Kayden menatap budenya sebal. Sungguh tidak pengertian. "Bosan jajanan manis semua. Kayden juga mau cari titipannya anak-anak. Mereka mau tidur di tenda malam ini. Sekalian Kayden juga mau liat hotel yang mau dibooking, cocok apa gak."Marni terkekeh melihat Kayden yang menjelaskan sambil cemberut padanya."Boleh, ya, tante? Janji Annanya dijagain kok." Pinta Kayden.Sandra mengangguk. "Hati-hati." pesannya."Maafin kelakuan anak bujang saya ya, mbak." Ucap Marni setelah mereka berpamitan.Sandra tersenyum. "Kalau nak Kayden, mbak ketemu pertama kalinya di mana?""Pertama kali ketemu pas Sekar ngenalin Kayden setahun kemudian. Pas Sekar udah masuk SD. Sek
"Anak-anak mana dulu, nih. Kalo anak Fonza, sebenarnya udah cukup semua. Kalo anak-anak kita, titipannya cuma satu. Kita calon orang tuanya harus saling cinta dan menyayangi selamanya." Kayden menatap Anna sebentar lewat spion. Dia juga mengedipkan sebelah matanya.Anna menunduk malu. Pipinya langsung merah.Kayden terkekeh. Manisnya calon pacar."J-jadi mau ke mana?" tanya Anna. Dia merinding saat sesekali Kayden mengusap tangannya yang memeluk cowok itu. "Kalo ke KUA boleh, gak?" "A-aku serius." rengek Anna. Dia takut pingsan jika terus mendapat serangan manis Kayden. "Kita keliling aja berdua. Di pantai pakde gangguin terus~ Gabisa berduaan sama kamu." Kayden mengadu. Anna mengulum senyum. "Besok kamu ke sini lagi?" "Kamu mau ikut?" Kayden melihatnya lewat spion. Anna malu-malu mengangguk. Kayden tersenyum. "Tapi kita jenguk bunda dulu, ya. Kamu gak malu kan nemenin aku ke rumah sakit
Sekar cepat menyambar. "Mana ada. Gak boleh kan bang Oda ngajak cowok ke apart?" Oda mengangguk kemudian memandang Kayden di sampingnya. "Kamu ini curigaan sekali." Dia kemudian mengalihkan tatapannya pada Sekar. "Tadi abang cuma becanda. Kamu boleh kok tidur di apart. Harus dipertahanin rajin belajarnya, ya. Jangan pas mau ujian aja." Sekar menggertakkan giginya dan mengangguk sungguh-sungguh. "Maafin Sekar ya Allah, Sekar udah bohongin abang-abang Sekar." Sekar bergumam tanpa suara. Dia melanjutkan langkahnya menuju kamarnya. "Kamu ini kenapa suka sekali mencurigai Sekar. Nanti yang aslinya tidak ada niatan menjadi ada karena kamu." Oda berucap setelah Sekar tidak terlihat lagi. Kayden terkekeh dan menyandarkan punggungnya ke sofa. "Kali aja dia beneran berani nyelundupin cowok ke apart. Tapi bang Oda tau ga," Kayden mencondongkan tubuhnya dan memelankan suaranya. "Semingguan ini Kayden kira ada ya
"Ternyata orang itu benar selingkuhan wanita itu. Mereka berhubungan sejak masih tinggal di desa." Oda menghisap rokoknya kemudian menghembuskan asapnya ke udara.Kayden berdecih melihat video rekaman di ruang hotel itu dan mencocokkan lagi dengan wajah laki-laki itu dengan selembar foto di tangannya dan selembar lainnya adalah foto Evelyn."Bukalah." Oda menunjuk berkas yang masih terbungkus rapi di atas meja."Bang Oda gak mau liat duluan?" Tanya Kayden. Tapi tangannya sudah membuka segel berkas itu.Oda terkekeh, "buat apa? Tanpa melihat pun aku sudah tau apa hasilnya."Oda memperhatikan raut wajah Kayden yang masam dan menaikkan sudut bibirnya dengan sinis. "Apa kataku." Katanya sambil tertawa."Seharusnya Kayden senang karena lampir itu terbukti bukan anak kandung om Dewo, tapi rasanya sakit liat Sekar selama ini diperlakukan gak adil sama om Dewo. Orang itu lebih mentingin ngebesarin anak yang ternyata bukan anak kandungnya
"Jadi tujuh tahun lalu, tantenya temennya abang Sekar tiba-tiba bilang sama orang tuanya abang Sekar kalo temennya abang Sekar ini liat abang Sekar sendiri yang dorong adeknya ke tengah jalan raya sampai ketabrak waktu itu. Padahal gak. Ab-" "Maksud lo tante Desi? Jadi dia tiba-tiba pindah ke luar negeri gara-gara itu?" Ricko melototkan matanya. Suaranya tanpa sadar meninggi membuat beberapa orang dari meja lain memperhatikan mereka. "Beneran tante Desi?" Tanya Ricko lagi setelah beberapa saat. Suaranya lemah. Sekar mengangguk. "Gue juga gak nyangka. Selama ini tante Desi selalu baik sama kita." Musthofa mengerutkan dahi, "jadi lo curiga tante Desi ini terlibat? Atau paling gak dia tau pelaku aslinya? Gak mungkin dia tiba-tiba iseng aja bilang begitu, kan?" Sekar mengangguk. "Gio juga bilang dia gak pernah cerita tentang kejadian itu sama tante Desi sama sekali, tapi tante Desi bisa tiba-tiba datengin ayahnya abang Sekar. Pasti ada seseorang yang merintahin dia buat fitnah ab
Kayden segera menutup matanya dengan tangan. "Bang," katanya jengah. Dia menatap sinis Oda setelah Oda menjauhkan kembali laptopnya. "Kayden baru tau abang bisa nyebelin kayak gini." Sungutnya. Oda tersenyum miring. "Kalau sudah tinggal lama memang begitu. Keluar semua sifat bobroknya." Dia lalu meniupkan asap rokoknya ke udara. Kayden cemberut. "Jadi yang cewek yang di video itu siapa?" Oda menghembuskan nafasnya kemudian terkekeh. "Sari. Ibu tirinya Sekar. Dan lawan mainnya adalah selingkuhannya. Bukan Dewo. Dilihat dari cara mereka berinteraksi, kemungkinan mereka sudah berhubungan sejak lama. Anak buahku masih menyelidikinya." Kayden menggelengkan kepalanya sambil bergidik. "Benar-benar keluarga istimewa." "Bayangkan bagaimana jika tua bangka itu tau dia ternyata diselingkuhi selama ini." "Karma." Bisik Kayden pelan. Dia terbayang Sekar yang selama ini terabaikan. Pria itu malah sibuk denga
Mata Shaka melotot lebar-lebar. "Aku juga baru tau bulan lalu. Tapi aku yakin Ricko gak punya niat jahat. Lagipula sama kayak aku, aku adek Kayden tapi aku sekolah di Garuda gak niat jadi mata-mata. Ricko juga pasti sama." "Ini kenapa jadi kamu kayak lagi belain dia?" Shaka menatap sebal Sekar. Dia mengangkut gadis itu ke pelukannya. "Kamu percaya aku, kan?" Sekar mendongakkan kepalanya menatap Shaka. Shaka menghembuskan nafasnya. "Kayak kamu. Kalau memang kalian niat jadi mata-mata pasti geng Garuda gak damai-damai aja kayak sekarang. Aku cuma kecewa kenapa Ricko gak ngomong jujur aja." Sekar menyipitkan matanya, "kamu ngira ngomong sama kamu itu gampang. Belum dijelasin juga pasti udah dikasih bogem." Shaka terbahak. Dia memegangi sisi kepala Sekar dan mengecupi seluruh permukaan wajah Sekar. "Ini calon suami lagi berusaha buat berubah, sayang. Janji nanti gak emosian lagi." "S
Sekar meneguk ludah, "j-jangan." Raut wajah Shaka berubah masam. Dia membuang muka tak ingin Sekar melihatnya. "S-Shaka," panggil Sekar lembut. Hening. Shaka masih tak mau melihat wajahnya. "S-Shak," Sekar meraih tangan Shaka. Dia memberanikan diri menggenggam tangan itu. "Kenapa?" tanya Shaka getir. Matanya masih betah menatap keluar. "Apa kamu lebih suka sama yang lemah lembut kayak Ricko. Yang pikirannya dewasa, gak kekanakan kayak aku. Kamu pasti capek kan hadepin aku. Bentar-bentar emosi. Manja. Tukang modus. Suka maksa." Sekar terdiam. Dia merasa sedih tanpa alasan. "Kalau kamu bener mau kayak gitu, aku janji akan berubah. Tapi gak bisa instan. Aku butuh waktu buat buang semau sifat buruk aku ini. Tapi kamu jangan pergi. Temenin aku." "Shaka," Sekar menggelengkan kepalanya. Matanya berembun. "Gak ada yang perlu
Sekar melotot. Kenapa malah ke situ. "Tapi begitu aku sadar aku langsung dorong dia kok jauh-jauh." Shaka mengangguk-anggukan kepalanya. Bibirnya kerucut. "Aku juga udah mandi kembang tujuh rupa di rumah. Besoknya juga mandi pakai air tanah liat. Tanya aja Bella." Bella mengacungkan jempolnya dari kerumunan paling depan. Mandi dengan tanah adalah idenya. Sekar terkekeh geli mendengarnya. Shaka tersenyum lega melihat tawa Sekar. "Kamu cantik." Sekar langsung berdehem. Bisa-bisanya dia malah membayangkan Shaka mandi tanah liat dengan dada telanjangnya. "Kamu maafin aku, kan? Plis, sayang, dua hari aja hukumnya. Hari ini kita baikan, ya~" Sekar meneguk ludahnya. Kenapa Shaka sangat menggemaskan sekarang. "Maafin. Maafin." Bella mulai bersorak dan diikuti murid-murid lain. Suasana berangsur ramai. Shaka tersenyum dan mengacungkan jempolnya pada Bella
"Maaf ya, aku kemarin aku ngikutin kamu pulang diam-diam. Aku gak punya niat apa-apa. Aku cuma mau mastiin kamu sampai rumah dengan selamat." Bahkan saat Shaka masih salah paham dan tidak tau kebenaran tentang hubungan Kayden dan Sekar, Shaka sering diam-diam mengikuti Sekar pulang ke apartemen lamanya untuk memastikan gadis itu pulang dengan selamat. Shaka bahkan sering mengabaikan Evelyn yang berstatus pacarnya. "Lo gak punya kewajiban untuk itu." Sekar membuang muka. Jantungnya mendadak berdebar luar biasa. Shaka mengintip Sekar lewat spion. "Aku ngelakuin itu karena keinginan hati aku. Aku gak bisa tenang kalo belum mastiin kamu baik-baik aja." Shaka menghentikan motor besarnya di depan lobi gedung apartemen mewah Sekar. Dia mengulurkan tangannya untuk pegangan Sekar. Shaka membantu Sekar melepaskan helmnya. "Besok aku jemput, ya~" Shaka mengusap rambut Sekar sebelum menjalankan motornya. Dia tidak sabar
Ricko menatapnya sebal. "Gue bakal coba. Tapi gue gak bisa maksa kalo dia gak mau ketemu sama lo." "Bilang aja gue adeknya Andrew." "Yaudah. Buruan kita ketemu Shaka. Makin lama makin marah dia ntar." Ricko berjalan paling duluan. Sekar buru-buru bangkit dan mengejar langkah Ricko. "Ko," panggilnya. "Hm," Ricko meliriknya jengah. "Ternyata seru juga ya temenan sama lo." Ricko berdecih. "Gak. Gak tertarik gue punya temen modelan lu." Ricko mempercepat langkah kakinya. "Heh mulut lu. Gini-gini gue banyak duitnya ya!" Sekar menyingsingkan lengan bajunya dan mengejar langkah Ricko. Ricko terkekeh, "percuma banyak duit tapi doyan gratisan." "Itu namanya tidak menolak rezeki, Iko~" "Eh?" Ricko menghentikan langkahnya. Dia menatap heran Sekar. Sekar menggaruk tengkuknya, "kata Gio itu nama lo jaman bocah." "Ya ta