Share

110. Berdosa

Penulis: Flutterby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mau liat dulu Ricko jemput Shaka."

Kayden menatapnya sebal. Lihat mulut itu, begitu lancar menyebut nama seorang pria.

"Hujannya masih lebat?" tanya Sekar.

Kayden memonyong-moyongkan bibir mengejek Sekar. Sekar pura-pura tidak melihat.

"Bang~" rengek Sekar.

Kayden lalu menyingkap gorden dan memperlihatkan keadaan hujan di luar yang hanya sisa rintik-rintik kecil saja.

"Tungguin Ricko jemput dulu." Pinta Sekar.

Kebetulan jendelanya langsung menghadap gerbang. Dia bisa melihat Shaka yang berlutut di depan gerbang dari kejauhan. Hatinya tersentuh melihat itu.

"Cowok emang gitu kalo lagi ada maunya. Sok paling punya tekad. Liat aja tiga bulan lagi, paling juga kamu dicampakin lagi." Ucap Kayden nyinyir.

Sekar sebal mendengarnya. Seharusnya sebagai abang, Kayden mendoakannya yang baik-baik.

Tak lama hujan mulai reda. Terlihat dua motor dengan empat orang mendekat. Itu adalah Ricko dan teman-temanny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    111. Cinta Itu Anugerah

    "Bingung kenapa?"Sekar menatap Andrew ragu-ragu. "Jangan bilang bang Kay tapi ya?"Andrew menganggukkan kepalanya."Yayang Andrew ingatkan Sekar pernah pacaran dua minggu?""Kamu masih cinta sama dia?" Sambar Andrew. Matanya melebar.Sekar cemberut. "Gak jadi. Sekar mau minta jemput bang Aldric aja. Sekar mau nginap di sana."Andrew buru-buru menahan tangan Sekar yang ingin turun dari ranjangnya. Dia menarik gadis itu lagi untuk berbaring di lengannya. Andrew juga merapikan selimutnya."Iya, maaf. Sini cerita lagi. Gue dengerin."Sekar memicingkan matanya.Andrew terkekeh. "Iya, gue diam. Gue gak akan nge-judge lo apa-apa. Gue jadi pendengar yang baik."Sekar menghela nafas. Dia menatap langit-langit lagi. "Sekar gak tau masih cinta dia atau gak. Tapi Sekar selalu kepikiran dia di otak Sekar. Sekar juga masih ingat semua janji-janji yang pernah dia ucapin. Sekar... Sekar bodoh, ya?" Sekar mend

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    112. Jangan Ketawa

    "Apa yang abang nasehatin buat Sekar bener. Sekar dan dia belum punya pikiran yang dewasa. Bang Kay juga bilangnya Sekar boleh temenan sama Shaka lagi, tapi kalo buat pacaran gak dibolehin. Abang sama bang Kay bilang gitu pasti buat kebaikan Sekar. Sekar cuma... Sekar." Sekar menatap ragu Andrew. Pipinya merona."Kamu apa?""Abang jangan ketawa tapi."Andrew mengangguk."Sekar takut Shaka diambil orang kalo gak sama Sekar. Sekar takut Shaka jatuh cinta sama orang lain."Andrew mengelus sisi wajah Sekar. "Gimana kalo ternyata Sekar yang malah jatuh cinta sama orang lain?"Mata Sekar melotot. "Gak mungkin lah! Sekar itu cin- c-cinta sama Shaka." Sekar tersipu karena keceplosan.Andrew terkekeh. Dia mencolek pucuk hidung Sekar. "Begitu juga sama Shaka. Kalo dia bener jatuh cinta sama kamu, gak mungkin dia akan jatuh cinta lagi sama orang lain. Kalo iya, berarti cintanya gak gede-gede amat. Dia gak berhak dapatin adek abang

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    113. Rumah yang Mana

    "Mau gue sewa. Kan kata lo gue belum bisa daftar.""Terserah lo." Bara membuang muka."Sekarang." Desak Shaka."Ya ngapa nyuruh gue. Sendiri kan bisa, tinggal buka hape." Bara melototinya.Shaka terkekeh. "Kan gue lagi sakit ceritanya."Ujung mata Bara berkedut-kedut melihat kelakuan orang itu. "Itu lo lagi main hape?""Gue kan lagi sakit. Mana boleh capek sih."Bara memejamkan matanya dan menghela nafas dalam-dalam. "Pilek aja gegayaan lo." Sungutnya kemudian membuka ponselnya.***Broto melambaikan tangannya saat melihat Dewo masuk pintu restoran. Laki-laki itu berjalan menghampiri Broto."Mau ngomongin hal penting apa, To? Darurat banget kayaknya." Dewo menarik kursi di depan Broto. Dia melepas kancing jas yang dikenakannya sebelum duduk. "Gue gak bisa lama kayaknya, Sari mau minta anter ke temennya nanti."Broto mengangguk ringan. Dia memperhatikan Dewo di depannya lamat-lamat.

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    114. Atas Nama Siapa

    "Sayang, udah di man- ahh. Mmhhh." "Kenapa, ma?" Dewo mengernyitkan dahinya mendengar suara ambigu itu. "Kamh... Kamu j-jadih jhemput kanhh." "Kenapa suara kamu seperti itu? Kamu lagi di mana?" "A-aku lag- laghi mules mhh. Kamuh udah di man- ahh" Dewo mengernyitkan dahinya. "Aku sebentar lagi jalan." "Aku tungguh mhh." Dewo menutup panggilannya dan menggelengkan kepala. "Mules lagi. Udah tau gak tahan makanan pedas." *** Mobil Dewo sedang berhenti di lampu merah. Di sebelahnya terdapat segerombolan siswi berseragam putih biru dengan berboncengan sepeda motor. Ada sekitar lima sepeda motor. Entah sedang membolos atau mengerjakan tugas di luar sekolah. Mereka sedang cekikikan. Tawa mereka terdengar sampai ke dalam mobil Dewo. Dewo melihat para gadis itu tertawa ceria dan dia baru teringat dia tidak pernah melihat Sekar tertawa selama ini. Wajah itu tid

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    115. Ustadz Maimun

    "Mohon jangan ditolak, ustadz. Ini adalah usaha kami untuk menjadi anak-anak yang berbakti pada orang tua kami. Tidak ada yang bisa kami berikan selain mengirimkan doa-doa untuk mereka yang telah tiada. Bacaan kami belum tepat dan fasih, maka kami meminta bantuan Ustadz Maimun dan rombongan untuk mendoakan orang tua kami mewakili kami. Bahkan rasanya nominal segini masih sangat kurang dibanding doa-doanya yang selalu ustadz dan rombongan bacakan. Diterima, ya, ustadz." Kayden menganggukkan kepalanya pelan dan mendorong amplop di tangannya ke dalam tangan ustadz Maimun.Ustadz Maimun tersenyum dan menatap teduh ke arah Kayden. "Saya bersaksi kamu dan Sekar adalah anak-anak yang berbakti. Orang tuamu insyaallah bangga memiliki anak-anak seperti kalian. Semoga kalian berdua selalu berada dalam lindungan Allah." Ustadz Maimun menepuk-nepuk bahu Kayden."Aamiin. Doakan bunda Kayden juga biar bisa segera sembuh, ustadz.""Selalu, nak. Saya selalu mendoakan ibumu

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    116. Makhluk Paling Ganteng

    Shaka terkekeh. "Emang lagi sakit ini. Kan pilek.""Mana ada leader geng motor lemah begini." Sungutnya lagi. Detik berikutnya mata Shaka melototinya.Bara menggaruk tengkuknya. Bulu romanya tegak sebadan-badan. "Hehe. Becanda pak bos." Bara mengangkat dua jarinya dan menunjukkan giginya yang putih."Si Bara emang kagak ada otaknya, pak bos. Padahal kan pilek emang banyak siksaan yak. Kepala berat. Keliyengan. Hidung penuh. Badan meriang. Bejalan kayak melayang."Mata Bara berkedut-kedut melihat Vernon. "Penjilat lu!" Katanya tanpa suara."Bangunin gue deket maghrib ntar." Gumam Shaka. Dia meletakkan lengannya menutupi mata."Mau jadi imam sholat maghrib di masjid mana lo?" Ricko terkekeh.Shaka berdecak. "Mau balik. Papa Banyu udah ulti gue, kalo gak balik juga ke rumah sebelum malam nama gue mau dicoret dari KK."Bara mengelus dadanya dan tersenyum lebar. Akhirnya pulang juga.***"Bentar dul

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    117. Bunga Bangsa

    Sementara Andrew sedang berjalan paling belakang bersama Elroy. Dia menunjukkan seringai lebarnya tiap Kayden melirik ke arahnya. Dia juga mengedipkan sebelah matanya."Naksir Kayden lu ngedip-ngedip begitu?" Elroy menyenggol bahu Andrew.Andrew mendengus jijik. "Masih suka me- masih suka cewek gue, ya!"Elroy terkekeh. "Kayden ngeliatin lo terus dari tadi. Waspada satu kayaknya dia."Andrew terkekeh lalu berbisik-bisik padanya.Elroy melototkan matanya melihat punggung Kayden yang berjalan paling depan. Juga gadis asing di sampingnya. Elroy kemudian terkekeh. "Pantes gak negor lo dia tadi. Jalan juga jadi paling depan. Bokap gue aja dia duluin. Padahal biasanya gak begitu.""Kekuatan cinta kalo kata gue." Andrew ikut terkekeh.***"Kay, gue ikut lo, ya." Andrew masuk ke mobil yang sedang dibukakan Kayden untuk Sekar dan Anna."Heh, lu ikut mobil belakang sama bapak lu!" Kayden menahan kerah belakang An

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    118. Tolong Berhenti

    "Berentiin mobilnya, bang!" Sekar berteriak lagi. Suaranya bergetar hebat.Kayden melihat ke depan dan tidak merasa ada kejanggalan. "Kamu kenapa, Kar?" Tanya Kayden bingung. Tante Alice dan Ninette pun terbangun karena suara teriakan Sekar."Kenapa, sayang?" Alice yang masih linglung berusaha menenangkan Sekar yang mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil. Air mata gadis itu bercucuran."Abang berenti. Berenti sekarang.""Gue pinggirin mobil du- Kar!" Kayden berteriak khawatir melihat Sekar yang sudah melompat keluar dari mobil padahal mobil mereka belum berhenti sepenuhnya.Sekar meringis saat merasakan sakit di pergelangan kakinya saat melompat turun dari mobil. Tumbuhnya hampir tersungkur ke aspal jika tangannya tidak cepat bertumpu. Mobil di belakangnya mengklaksoninya tapi Sekar tak peduli. Dia bangkit dengan tubuh bergetar. Matanya terpaku pada mobil hitam yang kaca jendelanya terbuka separuh saat melewati mobil mereka tadi.Sek

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    151. Kemoceng Lucu

    "A-apa isinya?" Sari merasa panik. Jangan-jangan rahasianya terbongkar. Tapi tidak mungkin. Laki-laki itu sudah meninggalkan Jakarta sejak dua hari lalu. "Tanya saja orang itu. Nanti juga Anda akan tau setelahnya." Kayden tersenyum sinis pada Sari. "Oh ya, maaf tidak bisa mampir. Saya alergi menginjak rumah sepasang penipu." Kayden melambaikan tangannya. Dia berjalan menuju motornya mengabaikan segala umpatan Sari. Perasaannya sungguh puas setelah menyerahkan barang titipan Oda itu. Minusnya hanya pada secarik kertas itu yang diganti Oda di detik-detik terakhir. Kayden menepuk kantong celananya yang lain yang berisi kertas yang asli. Kayden menghela nafas. Biarlah dulu. Sekarang saatnya mengurusi adiknya yang nakal. Sementara itu Dewo mengernyitkan dahi sambil memperhatikan motor Kayden yang mulai meninggalkan halaman rumahnya. Sari di sampingnya menutup telinga karena suara knalpot Kayden yang sengaja digeber-geber.

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    150. Memelihara Pelakor

    Jauh di seberang sana, Sekar sedang membantu mengganti perban untuk Gio bersama seorang perawat. Sekar sendiri yang menawarkan diri. "Aw aw. Pelan-pelan," Gio meringis. "Sus, suster barunya gak becus nih, bintang satu. Enakan juga sama sus Mia." Gio mengedipkan mata. Suster yang berdiri di samping Sekar tersipu malu. Sementara Sekar mencubit pinggang Gio. "Heh masih sakit aja udah gatel. Suntik gila aja, kak Mia." "Iya, biar saya makin tergila-gila sama sus Mia." Gio mengedipkan matanya lagi. Detik berikutnya dia melolong keras karena Sekar lagi-lagi mencubit pinggangnya. Kali ini disertai putaran. "Ganas banget, sih." Gio mengusap-usap area pinggangnya. Sekar terkekeh dan melanjutkan membersihkan luka Gio. "Dah mulai kering~" Sekar tersenyum lega. "Kar, hapemu loh dari tadi bunyi terus." Jovial yang duduk di sofa menunjuk tas ransel Sekar di atas meja. "Hah?

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    149. Balikan

    "Kak An?" Bella memanggil lagi. "Kamu salah. Cowok itu masih di belakang kita. Kayaknya dia emang lagi ngikutin kita." Anna mengencangkan pegangan tangannya. Punggungnya jadi semakin lurus. Apalagi saat motor pengendara itu sudah beriringan di sampingnya dan menggerakkan dagu isyarat untuk Anna dan Bella mengikutinya. Motor itu berbelok di depan sebuah kafe. "Kak," Bella pucat saat melihat Anna ikut berbelok mengikuti pengendara itu. "Gak ada cara lain. Pengendara itu jelas emang udah ngincer kita." Ucap Anna. Dia merasakan telapak tangannya berkeringat. "Siap-siap telpon Kayden atau Shaka. Kalau misalnya terjadi apa-apa, lo masih sanggup lari, kan?" Tanya Anna berbisik. Bella mengangguk. Raut wajahnya tegang. Dia melepaskan helmnya mengikuti Anna. Tangannya sedikit bergetar. Dengan bergandengan mereka menghampiri pengendara itu yang masih duduk di atas motornya. Dari balik helmnya, Kayden tersenyum geli meli

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    148. Tidak Asing

    Sekar cepat menyambar. "Mana ada. Gak boleh kan bang Oda ngajak cowok ke apart?" Oda mengangguk kemudian memandang Kayden di sampingnya. "Kamu ini curigaan sekali." Dia kemudian mengalihkan tatapannya pada Sekar. "Tadi abang cuma becanda. Kamu boleh kok tidur di apart. Harus dipertahanin rajin belajarnya, ya. Jangan pas mau ujian aja." Sekar menggertakkan giginya dan mengangguk sungguh-sungguh. "Maafin Sekar ya Allah, Sekar udah bohongin abang-abang Sekar." Sekar bergumam tanpa suara. Dia melanjutkan langkahnya menuju kamarnya. "Kamu ini kenapa suka sekali mencurigai Sekar. Nanti yang aslinya tidak ada niatan menjadi ada karena kamu." Oda berucap setelah Sekar tidak terlihat lagi. Kayden terkekeh dan menyandarkan punggungnya ke sofa. "Kali aja dia beneran berani nyelundupin cowok ke apart. Tapi bang Oda tau ga," Kayden mencondongkan tubuhnya dan memelankan suaranya. "Semingguan ini Kayden kira ada ya

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    147. Tes DNA

    "Ternyata orang itu benar selingkuhan wanita itu. Mereka berhubungan sejak masih tinggal di desa." Oda menghisap rokoknya kemudian menghembuskan asapnya ke udara. "Wanita itu juga selalu mentransfer uang dengan jumlah tidak wajar setiap bulannya untuk laki-laki itu." Kayden berdecih melihat video rekaman di ruang hotel itu dan mencocokkan lagi dengan wajah laki-laki itu dengan selembar foto di tangannya dan selembar lainnya adalah foto Evelyn. "Bukalah." Oda menunjuk berkas yang masih terbungkus rapi di atas meja. "Bang Oda gak mau liat duluan?" Tanya Kayden. Tapi tangannya sudah membuka segel berkas itu. Oda terkekeh, "buat apa? Tanpa melihat pun aku sudah bisa menebak apa hasilnya." Oda memperhatikan raut wajah Kayden yang masam dan menaikkan sudut bibirnya dengan sinis. "Apa kataku." Katanya sambil tersenyum sinis. "Seharusnya Kayden senang karena lampir itu terbukti bukan anak kandung om Dewo, tapi rasanya sakit kalo ingat Sekar selama ini diperlakukan gak adil sama om

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    146. Jalan Berduaan

    "Jadi tujuh tahun lalu, tantenya temennya abang Sekar tiba-tiba bilang sama orang tuanya abang Sekar kalo temennya abang Sekar ini liat abang Sekar sendiri yang dorong adeknya ke tengah jalan raya sampai ketabrak waktu itu. Padahal gak. Ab-" "Maksud lo tante Desi? Jadi dia tiba-tiba pindah ke luar negeri gara-gara itu?" Ricko melototkan matanya. Suaranya tanpa sadar meninggi membuat beberapa orang dari meja lain memperhatikan mereka. "Beneran tante Desi?" Tanya Ricko lagi setelah beberapa saat. Suaranya lemah. Sekar mengangguk. "Gue juga gak nyangka. Selama ini tante Desi selalu baik sama kita." Musthofa mengerutkan dahi, "jadi lo curiga tante Desi ini terlibat? Atau paling gak dia tau pelaku aslinya? Gak mungkin dia tiba-tiba iseng aja bilang begitu, kan?" Sekar mengangguk. "Gio juga bilang dia gak pernah cerita tentang kejadian itu sama tante Desi sama sekali, tapi tante Desi bisa tiba-tiba datengin ayahnya abang Sekar. Pasti ada seseorang yang merintahin dia buat fitnah ab

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    145. Pria Berkacamata

    Kayden segera menutup matanya dengan tangan. "Bang," katanya jengah. Dia menatap sinis Oda setelah Oda menjauhkan kembali laptopnya. "Kayden baru tau abang bisa nyebelin kayak gini." Sungutnya. Oda tersenyum miring. "Kalau sudah tinggal lama memang begitu. Keluar semua sifat bobroknya." Dia lalu meniupkan asap rokoknya ke udara. Kayden cemberut. "Jadi yang cewek yang di video itu siapa?" Oda menghembuskan nafasnya kemudian terkekeh. "Sari. Ibu tirinya Sekar. Dan lawan mainnya adalah selingkuhannya. Bukan Dewo. Dilihat dari cara mereka berinteraksi, kemungkinan mereka sudah berhubungan sejak lama. Anak buahku masih menyelidikinya." Kayden menggelengkan kepalanya sambil bergidik. "Benar-benar keluarga istimewa." "Bayangkan bagaimana jika tua bangka itu tau dia ternyata diselingkuhi selama ini." "Karma." Bisik Kayden pelan. Dia terbayang Sekar yang selama ini terabaikan. Pria itu malah sibuk denga

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    144. Niat Jahat

    Mata Shaka melotot lebar-lebar. "Aku juga baru tau bulan lalu. Tapi aku yakin Ricko gak punya niat jahat. Lagipula sama kayak aku, aku adek Kayden tapi aku sekolah di Garuda gak niat jadi mata-mata. Ricko juga pasti sama." "Ini kenapa jadi kamu kayak lagi belain dia?" Shaka menatap sebal Sekar. Dia mengangkut gadis itu ke pelukannya. "Kamu percaya aku, kan?" Sekar mendongakkan kepalanya menatap Shaka. Shaka menghembuskan nafasnya. "Kayak kamu. Kalau memang kalian niat jadi mata-mata pasti geng Garuda gak damai-damai aja kayak sekarang. Aku cuma kecewa kenapa Ricko gak ngomong jujur aja." Sekar menyipitkan matanya, "kamu ngira ngomong sama kamu itu gampang. Belum dijelasin juga pasti udah dikasih bogem." Shaka terbahak. Dia memegangi sisi kepala Sekar dan mengecupi seluruh permukaan wajah Sekar. "Ini calon suami lagi berusaha buat berubah, sayang. Janji nanti gak emosian lagi." "S

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    143. Adik Sepupu

    Sekar meneguk ludah, "j-jangan." Raut wajah Shaka berubah masam. Dia membuang muka tak ingin Sekar melihatnya. "S-Shaka," panggil Sekar lembut. Hening. Shaka masih tak mau melihat wajahnya. "S-Shak," Sekar meraih tangan Shaka. Dia memberanikan diri menggenggam tangan itu. "Kenapa?" tanya Shaka getir. Matanya masih betah menatap keluar. "Apa kamu lebih suka sama yang lemah lembut kayak Ricko. Yang pikirannya dewasa, gak kekanakan kayak aku. Kamu pasti capek kan hadepin aku. Bentar-bentar emosi. Manja. Tukang modus. Suka maksa." Sekar terdiam. Dia merasa sedih tanpa alasan. "Kalau kamu bener mau kayak gitu, aku janji akan berubah. Tapi gak bisa instan. Aku butuh waktu buat buang semau sifat buruk aku ini. Tapi kamu jangan pergi. Temenin aku." "Shaka," Sekar menggelengkan kepalanya. Matanya berembun. "Gak ada yang perlu

DMCA.com Protection Status