Rok yang baru dipakai sekali itu dirobek dan ditumpuk di sudut ranjang bersama dengan beberapa potongan baju yang dirobek.Seprai dan selimut yang berantakkan di atas lantai dan ranjang, Dela yang berbaring terengah-engah, rambut hitam yang menutupi air matanya tapi tidak bisa menutupi perasaannya yang hancur.Sakit sekali, setiap bagian tubuhnya sangat sakit, dia mengira dirinya sudah mati!Fredy mengerikan sekali, dia meniduri Dela dengan cara yang sama sekali tidak bisa dibayangkan oleh Dela, ingin Dela tahu apa yang dimaksud dengan benar-benar mengerti!Dari awal Dela tidak merasakan sedikitpun kebahagiaan, dia hanya merasakan rasa sakit dan malu yang tidak tertahankan.Fredy yang sudah selesai memakai pakaiannya dengan sombong melemparkan selembar cek ke rambut Dela, "100 miliar anggap tarifmu malam ini!"Setelah itu dia lalu merapikan kerah bajunya dan bersiap untuk pergi.Nada bicaranya yang menghina dan gerakannya yang sombong membangkitkan keinginan bertarung Dela. Tidak tahu
Dela menggelengkan kepala, dia berdiri secara perlahan sambil menahan rasa sakit di tubuhnya. Saat ini tubuhnya sudah memakai baju tidur yang sudah bersih, mungkin dibawakan oleh Ibu Sinta dari rumah.Dela mendongak lalu tersenyum ramah, "Terima kasih Ibu Sinta!""Tidak, Tuan yang menyuruhku menyiapkan semuanya!" Ibu Sinta yang tidak egois segera menyebut nama Fredy, jelas sekali dia ingin agar Dela bisa merasakan perhatian dari Fredy.Dela hanya tersenyum tanpa bereaksi.Sekarang dia tidak ingin mendengar nama orang itu sedikitpun!Dela kembali ke vila dibantu oleh Ibu Sinta, dia lalu beristirahat seharian. Keesokkan harinya dia menelepon seseorang dengan perasaan canggung."Maaf sudah mengganggumu bekerja!" Dela mengangguk kepada orang di depannya."Tidak, hari ini kebetulan aku tidak ada jadwal operasi jadi aku tidak sibuk!" Darwin menjelaskan dengan santai lalu dia mengeluarkan selembar cek dari saku jasnya dan menyodorkan kepada Dela, "Kakak Ipar, ini 100 miliar!"Dela menerima
"Presdir, Presdir Ben meminta untuk bertemu, aku menyuruhnya untuk menunggu di ruang tamu!" ujar Asisten Rai dengan suara rendah.Fredy berdeham dingin, mengisyaratkan sudah menjawab perkataan asisten.Ben yang baru saja memenangkan 2 bidang tanah saja sudah menganggap diri sebagai bos properti? Fredy hanya bisa mengatakan kalau Ben terlalu naif karena hanya menghabiskan sisa hidupnya dalam satu bisnis.Kemarin malam hanya dengan satu panggilan telepon saja semua bank menarik kembali dana pinjaman untuk perusahaannya. Sekarang beberapa proyek properti miliknya yang sedang dibangun pasti akan tertunda karena dukungan dana yang terputus! Tamat sudah Ben!Fredy ingin orang tua itu tahu apa akibat yang akan dia terima kalau berani menyinggung Fredy! Sialan, Fredy sangat ingin membantainya saat teringat orang tua itu memiliki keinginan tidak senonoh kepada Dela.Hanya mempersulit perusahaannya saja sudah termasuk cukup murah hati."Haha, Presdir beberapa hari lagi Perusahaan Konstruksi Ben
Fredy mendengus dingin lalu menatap wanita yang lebih pendek darinya ini, "Apa maksudmu berbicara seperti ini? Apa sedang menyalahkan aku tidak bertanggung jawab kepada keluarga? Hmm?"Dela tidak menoleh, ekspresi wajahnya juga sangat tidak peduli, "Presdir kamu berpikir terlalu banyak. Aku hanya mengatakan tentang kesalahan yang biasanya mudah dilakukan oleh seorang pria. Bisakah kamu jangan selalu menyudutkan diri sendiri? Lagi pula aku juga menjelaskan Darwin bukan pria yang bisa memperlakukan Angel dengan buruk. Semoga saja kamu bisa mengerti!""Mengerti? Istriku, apa yang kamu ingin aku mengerti?" Mata Fredy yang tajam sedikit menyipit, terlihat semakin berbahaya, "Aku sudah lama berada di industri ini, sudah bertemu dengan berbagai macam orang dan kesimpulan yang aku dapatkan adalah tidak mungkin ada hubungan pertemanan biasa antara pria dan wanita. Pria pasti memiliki tujuan kalau ingin membantu wanita atau mungkin saja dia ingin mendapatkan tubuh wanita itu!"Ucapan Fredy memb
Kerharmonisan yang keliru akhirnya terpecahkan, hanya tersisa suasana tegang di antara mereka berdua.Awalnya mengira setelah bertengkar hebat, Fredy akan menghilang lagi.Namun Fredy tidak pergi dari rumah, dia muncul di ruang makan pada saat jam makan malam. Dela tidak meliriknya sama sekali, hanya makan dalam diam dan langsung kembali ke kamar setelah selesai.Dela mengunci kamar dan membaca dokumen perusahaan dengan tenang. Pinjaman yang sudah didesak oleh pihak bank akhirnya sudah dilunaskan sebagian. Langkah selanjutnya tentu saja harus mengambil beberapa pesanan agar bisa menghasilkan keuntungan.Waktu terasa begitu cepat berlalu saat sedang fokus mengerjakan sesuatu.Malam dengan cepat sudah dipenuhi dengan bintang-bintang yang berkedip.Tiba-tiba terdengar suara kunci pintu dibuka, Dela mendongak dan melihat ternyata Fredy yang berjalan masuk ke dalam."Tuan Wijaya, kamu salah masuk kamar!" Ekspresi wajah Dela terlihat tenang atau bisa dikatakan tanpa ekspresi.Fredy sedikit
Dela segera duduk di atas ranjang saat melihat Fredy yang melangkah mendekatinya. "Aku akan pergi kalau kamu bersikeras untuk ada di sini!" Dela lebih memilih tidur di bangku taman daripada melihat Fredy.Lengan Fredy dengan tepat menarik pergelangan tangan Dela lalu berkata dengan dingin, "Dela jangan selalu buat aku mengingatkanmu kalau kamu istriku! "Dela menjawab, walaupun istriku aku juga punya hal untuk menolak! Dela menarik kembali lengannya lalu keduanya saling berhadapan."Menolak?" tanya dia sambil tersenyum.Dela berkata dengan sangat yakin, "Benar menolak. Suasana hatiku tidak sebaikmu yang bisa melakukan hal yang terlalu intim. Jadi tolong lepaskan aku!""Apa maksudmu hal yang terlalu intim?" Fredy pura-pura tidak mengerti.Dela benar-benar sangat kesal, apakah Fredy bisa tidak mengerti hal yang dimaksud oleh Dela? Seharusnya dia yang paling tahu, rona merah di pipi Dela membuat fitur wajahnya terlihat semakin cantik.Fredy menunggu jawaban Dela sambil sedikit tersenyum,
"Rudi, bagaimana penjualan produk kita?" Dela bertanya kepada manajer penjualan yang baru saja berjalan masuk.Rudi menggelengkan kepala dengan lesu, lalu mencari tempat duduk dan berkata, "Manajer, tadi aku pergi ke toko besar untuk melihat dan memang penjualan produk kita sangat buruk!""Kalau begitu kita harus cari cara untuk menaruh lebih banyak iklan di toko besar!""Semuanya melakukan seperti itu tapi masih tidak bisa menonjolkan produk kita. Hal yang terpenting adalah kurangnya keunggulan dari produk kita. Harus ada keunikan dari produk kita!" ujar Rudi sambil menggeleng."Lalu bagaimana? Kalau tidak panggil semua anggota bagian penjualan, kita adakan rapat mendadak!" ujar Dela segera."Oke Manajer, aku hubungi mereka sekarang!" Rudi lalu berjalan keluar ruangan.Dela yang sudah kembali duduk menguap lalu mengedipkan mata karena ingin membuat dirinya lebih terjaga. Tapi tanpa sadar dia tetap tidak bisa menahan rasa lelahnya yang datang terus-menerus.Melihat rasa lelah yang ter
Selama ini Fredy selalu merasa dirinya adalah seorang bos yang baik jadi, tidak mungkin bisa marah tanpa sebab di depan karyawannya, "Kenapa kalian terlihat sangat ketakutan, seperti aku adalah seorang monster yang tidak bisa diajak berkompromi.""Tidak, tidak!" jawab sekretaris dengan terbata-bata.Fredy menghela napas lalu menggelng, "Sikapmu ini tidak menunjukkan kalau semuanya baik-baik saja! Sekretaris Lili coba jujur saja, apakah belakangan ini aku memang begitu menakutkan?"Sekretaris Lili menatap Fredy lama dan ekspresi wajahnya terlihat sangat sulit, lalu karena desakan terus-menerus dari Fredy dia akhirnya mengangguk."Sudahlah, jangan persulit sekretaris Lili lagi! Tanyakan saja padaku!" Brian yang masuk tanpa mengetuk pintu terlihat sangat santai, seperti masuk ke ruangannya sendiri.Sekretaris Lili yang melihat kedatangan Brian langsung merasa dewa penolongnya sudah datang, dia segera berkata, "Aku pergi buatkan kopi untuk Presdir Loy." Setelah itu dia langsung kabur dari